12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kerangka Teori
II.1.1 Efektivitas II.1.1.1 Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif. Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil
dengan baik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektif mempunyai arti kata efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Efektivitas merupakan
suatu keadaaan yang menunjukkan sejauhmana rencana dan sasaran dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, maka semakin efektif pula
kegiatan tersebut, sehingga efektivitas dapat juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Efektivitas adalah adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan
sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya.
1
Menurut Mahmudi, efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi sumbangan output terhadap pencapaian tujuan,
maka semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan
2
Efektivitas berfokus pada outcome hasil, program atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang
diharapkan atau dikatakan spending wisely. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 2.1. mengenai hubungan arti efektivitas dibawah ini.
1
Sondang P. Siagian, Manajeemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Bumi Aksara 2008 hlm.4.
2
Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005 hlm. 92.
Universitas Sumatera Utara
13
Gambar II.1 Hubungan Efektivitas
Sumber: Mahmudi, 2005:92
Sehubungan dengan hal di atas, maka efektivitas adalah menggambarkan seluruh siklus input, proses output yang mengacu pada hasil guna dari suatu
organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan sejauhmana tujuan kualitas, kuantitas dan waktu telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi
mencapai tujuannya dan mencapai targetnya. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah
ditentukan. Sesuai dengan pendapat H. Emerson yang menyatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
3
Menurut Cambel J.P, Pengukuran eefektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah
4
: 1.
Keberhasilan program 2.
Keberhasilan sasaran 3.
Kepuasan terhadap program 4.
Tingkat input dan output
3
Soewarno handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Jakarta: CV. Haji Masagung 1994 hlm.16.
4
Cambel J.P. Riset dalam Efektivtas Organisasi, Terjemahan Sahat Simamora, Jakarta: Erlangga, 1989, hlm. 121.
EFEKTIVITAS =
Universitas Sumatera Utara
14
5. Pencapaian tujuan menyeluruh
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas pelayanan dalam penelitian ini adalah suatu
keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
II.1.1.2 Pendekatan terhadap Efektivitas
Pendekatan efektivitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang berbeda dari lembaga, dimana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa
berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output atau program yang
kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya. Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas suatu organisasi ada tiga
pendekatan yang dapat digunakan, seperti yang dikemukakan oleh Martani dan Lubis, yakni
5
: 1.
Pendekatan Sumber resource approach yakni mengukur efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk
memperoleh sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
2. Pendekatan proses process approach adalah untuk melihat sejauh mana
efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi.
3. Pendekatan sasaran goals approach dimana pusat perhatian pada output,
mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil output yang sesuai dengan rencana.
5
S.B Lubis dan Martani Husseini Hari, Teori Organisasi, Suatu Pendekatan Makro, Jakarta: PAU Ilmu-Ilmu sosial UI 1987 hlm. 55.
Universitas Sumatera Utara
15
Sasaran yang penting diperhatikan dalam pegukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal
berdasarkan sasaran resmi official goal dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yaitu
dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat output yang direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana
organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Dari ketiga pendekatan tersebut dapat dikemukakan bahwa efektivitas
organisasi merupakan suatu konsep yang mampu memberikan gambaran tentang keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya. Dalam hal ini penulis
menggunakan pendekatan proses process approach dan pendekatan sasaran goal approach untuk mengukur efektivitas pelayanan pembuatan paspor secara
online di Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan. Pendekatan proses process approach mencakup kondisi internal dan eksternal. Dimana pendekatan proses
internal menganggap efektivitas sebagai efesiensi dan kondisi kesehatan organisasi internal, yaitu kegiatan dan proses internal organisasi yang berjalan
dengan lancar. Pendekatan proses internal melihat kegiatan internal organisasi dan mengukur efektivitas melalui indikator internal seperti efesiensi dalam pelayanan,
semangat kerjasama dan loyalitas kelompok keja serta hubungan antara atasan dan bawahan. Sedangkan pendekatan proses eksternal merupakan pengukuran
efektivitas dilihat dari lingkungan luar organisasi yaitu masyarakat. Sementara itu pendekatan sasaran goal approach yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan melihat sejauhmana sasaran dari program pembuatan paspor secara online
Universitas Sumatera Utara
16
tercapai. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.
II.1.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas
Menurut Richard M Streers, terdapat empat faktor yang mempengaruhi efektivitas, yaitu
6
: 1.
Karakteristik Organisasi adalah hubungan yang sifatnya relatif tetap seperti susunan sumber daya manusia yang terdapat di dalam organisasi.
Struktur merupakan cara yang unik menempatkan manusia dalam rangka menciptakan sebuah organisasi. Dalam struktur, manusia ditempatkan
sebagai bagian dari suatu hubungan yang relatif tetap yang akan menentukan pola interaksi dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas.
2. Karakteristik Lingkungan, mencakup dua aspek. Aspek pertama adalah
lingkungan eksternal yaitu lingkungan yang berada di luar batas organisasi dan sangat berpengaruh terhadap organisasi, terutama dalam pembuatan
keputusan dan pengambilan tindakan. Aspek kedua adalah lingkungan internal yang dikenal sebagai iklim organisasi yaitu lingkungan yang
secara keseluruhan dalam lingkungan organisasi.
3. Karakteristik Pekerjaan merupakan faktor yang paling berpengaruh
terhadap efektivitas. Didalam diri setiap individu akan ditemukan banyak perbedaan, akan tetapi kesadaran individu akan perbedaan itu sangat
penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Jadi apabila suatu organisasi menginginkan keberhasilan, organisasi tersebut harus dapat
mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan organisasi.
4. Karakteristik Manajemen adalah strategi dan mekanisme kerja yang
dirancang untuk mengkondisikan semua hal yang di dalam organisasi sehingga efektivitas tercapai. Kebijakan dan praktik manajemen
merupakan alat bagi pimpinan untuk mengarahkan setiap kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. Dalam melaksanakan kebijakan dan praktik
manajemen harus memperhatikan manusia, tidak hanya mementingkan strategi dan mekanisme kerja saja. Mekanisme ini meliputi penyusunan
tujuan strategis, pencarian dan pemanfaatan atas sumber daya, penciptaan lingkungan prestasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan
keputusan, serta adaptasi terhadap perubahan lingkungan inovasi organisasi.
6
Richard M. Streers, Efektivitas Organisasi, Jakarta: Erlangga, 1985, hlm.8.
Universitas Sumatera Utara
17
II.1.2 Pelayanan Publik II.1.2.1 Pengertian Pelayanan Publik
Menurut Kotler pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun
hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.
7
Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai hal, cara, atau hasil
pekerjaan melayani. Sedangkan melayani adalah menyuguhi orang dengan makanan atau minuman; menyediakan keperluan orang; mengiyakan; menerima;
menggunakan.
8
Istilah publik berasal dari Bahasa Inggris yaitu Public yang berarti umum, masyarakat, Negara. Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi Bahasa
Indonesia Baku menjadi Publik yang berarti umum, orang banyak, ramai. Oleh karena itu, pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Pelayanan publik
publik service merupakan suatu pelayanan atau pemberian terhadap masyarakat yang berupa penggunaan fasilitas-fasilitas umum, baik jasa maupun non jasa,
yang dilakukan oleh organisasi publik dalam hal ini adalah suatu pemerintahan
9
Dalam pemerintahan, pihak yang memberikan pelayanan adalah aparatur pemerintahan beserta segenap kelengkapan kelembagaannya. Penerima pelayanan
publik adalah orang perseorangan dan atau kelompok orang atau badan hukum yang memiliki hak, dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik. Pelayanan
7
Sampara Lukman, Manajemen Kualitas Pelayanan, Jakarta: STIA LAN Press, 2000, hlm. 8.
8
Ibid, hlm. 6.
9
Ahmad Ainur Rohman, dkk, Reformasi Pelayanan Publik, Malang: Averroes Press, 2008, hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
18
publik diartikan pemberian layanan melayani keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan
tata cara yang telah ditetapkan.
10
Dengan demikian, pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Pada hakikatnya negara dalam
hal ini pemerintah haruslah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
II.1.2.2 Prinsip Pelayanan Publik
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik perlu untuk memperhatikan dan menerapkan prinsip pelayanan publik. Adapun prinsip pelayanan publik adalah
sebagai berikut:
11
1. Kesederhanaan, yaitu prosedur pelayanan publik tidak berbellit-belit,
mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan. 2.
Kejelasan, memuat tentang: a.
Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik. b.
Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaiansengketa
dalam pelaksanaan pelayanan publik.
c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
3. Kepastian Waktu, di mana dalam pelaksanaan pelayanan publik dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. 4.
Akurasi, di mana produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.
5. Keamanan, proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa
aman dan kepastian hukum. 6.
Tanggungjawab, pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan
pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam melaksanakan pelayanan publik.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana, yaitu tersedianya sarana dan
prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai,
10
Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik, Yogyakarta: Pembaruan, 2005, hlm. 4.
11
Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, Bandung: Penerbit Nuansa, 2010, hlm. 101-102.
Universitas Sumatera Utara
19
termasuk penyediaan sarana teknologi komunikasi dan informatika telematika.
8. Kemudahan akses, di mana tempat dan lokasi serta sarana pelayanan
yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi komunikasi dan informatika.
9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, dimana pemberi pelayanan
harus bersikap disiplin, sopan, dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
10. Kenyamanan, yaitu lingkungan pelayanan harus tertib, teratur,
kesediaan ruangan tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan
seperti parkir, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain.
Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan
Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara
Nomor: 63KEPM.PAN72003, yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang
“relevan, valid” dan “reliabel”, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut
12
: 1.
Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;
2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk
mendapatkan pelayanan sesuai
dengan jenis
pelayanannya; 3.
Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung
jawabnya;
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku;
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan
tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan;
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan
yang dimiliki petugas dalam memberikan menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat;
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan; 8.
Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golonganstatus masyarakat yang dilayani;
12
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63KEPM.PAN72003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Universitas Sumatera Utara
20
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati;
10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan; 11.
Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan;
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan; 13.
Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman
kepada penerima pelayanan; 14.
Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko- resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
II.1.2.3 Unsur-Unsur Pelayanan Publik
Empat unsur penting dalam proses pelayanan publik adalah sebagai berikut
13
: 1
Penyediaan layanan, yaitu pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan
dan penyerahan barang goods atau jasa-jasa Service.
2 Penerimaan layanan, yaitu mereka yang disebut sebagai konsumen
Costumer atau kostumer yang menerima berbagai layanan dari penyedia layanan.
3 Jenis layanan, yaitu layanan yang dapat diberikan oleh penyedia layanan
kepada pihak yang membuthkan layanan. 4
Kepuasan pelanggan, dalam memberikan layanan, penyedia layanan arus mengacu pada tujuan utama pelayanan, yaitu kepuasan pelanggan. Hal ini
sangat penting dilakukan karena tingkat kepuasan yang diperoleh para pelanggan itu biasanya sangat berkaitan erat dengan standard kualitas
barang dan atau jasa yang mereka nikmati.
Ciri-ciri pelayanan publik yang baik adalah yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut
14
:
13
Atep Adya, Dasar-Dasar Pelayanan Prima, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004, hlm.11.
14
Kasmir, Etika Costumer Servvice, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hlm.34.
Universitas Sumatera Utara
21
1. Tersediana karyawan yang baik.
2. Tersedianya sarana dan prasarana yang baik.
3. Bertanggung jawab kepada setiap nasabah pelanggan sejak awal hingga
akhir. 4.
Mampu melayani secara cepat dan tepat. 5.
Mampu berkomunikasi. 6.
Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi. 7.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik. 8.
Berusaha memahami kebutuhan nasabah pelanggan. 9.
Mampu membeikan kepercayaan kepada nasabah pelanggan.
II.1.2.4 Ruang Lingkup Pelayanan Publik
Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat 1 UU No. 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik meliputi pendidikan, pengajaran, pekerjaan, dan
usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata,
dan sektor strategis lainnya. Pelayanan jasa publik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi
15
:
1. Penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan atau anggaran pendapatan dan belanja daerah;
2. Penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal
pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara danatau kekayaan daerah yang dipisahkan;
3. Penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian
atau seluruhnnya bersumber dari kekayaan negara danatau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi neara
yang ditetapkan didalam peraturan perundang-undangan.
15
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Pelayanan Publik No. 25 tahun 2009: pasal 1, ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
22
II.1.2.5 Standar Pelayanan Publik
Kualitas layanan harus tercermin dalam setiap dokumen dan tindakan konkrit organisasi dalam rangka penyelenggaraan layanan. Integrasi dan
operasionalisasi kualitas layanan dan indikator-indikator yang digunakan dalam penyelenggaraan layanan oleh organisasi, umumnya dituangkan secara resmi ke
dalam standar pelayanan. Standar pelayanan berisikan panduan, pedoman, prinsip, janji dan garansi pemberian layanan yang berkualitas yang berhak diperoleh oleh
pengguna jasa layanan. Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar
pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi pengguna jasa layanan, sehingga pihak jasa layanan mendapatkan pelayanan yang sama dan
objektif dari orgaisasi pemberi jasa layanan. Standar pelayanan merupakan suatu hal yang diterapkan untuk menjadi
ukuran atau acuan dalam bertindak atau melaksanakan pekerjaan.
16
Standar pelayanan publik sebagai ketetapan dalam meningkatkan kualitas dan efektivitas
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dan memberikan perlindungan atas hak-hak publik yang seharusnya diterima.
Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penelitian kualitas pelayanan sebagai
kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur. Dalam setiap
penyelenggaraan pelayanan harus didasarkan pada standar pelayanan sebagai
16
George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara, 1977, hlm.242.
Universitas Sumatera Utara
23
ukuran yang dibakukan dan wajib ditaati oleh penyelenggaraan pelayanan maupun penerima layanan.
Komponen standar pelayanan publik menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 20 Tahun 2006 sekurang-kurangnya
meliputi
17
: 1.
Jenis pelayanan, yaitu: pelayanan-pelayanan yang dihasilkan oleh unit penyelenggara pelayanan.
2. Dasar hukum pelayanan, yaitu: perundang-undangan yang menjadi dasar
penyelenggaraan pelayanan. 3.
Persyaratan, yaitu: syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan sesuatu jenis pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administratif.
4. Prosedur pelayanan, yaitu: tata cara pelayanan yang dibakukan bagi
pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan. 5.
Waktu penyelesaian pelayanan, yaitu: jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan.
6. Biaya pelayanan, yaitu: besaran biayatarif pelayanan yang harus
dibayarkan oleh penerima pelayanan. 7.
Produk pelayanan, yaitu: hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
8. Sarana dan prasarana, yaitu: fasilitas yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pelayanan termasuk fasilitas pelayanan bagi penyandang cacat.
9. Mekanisme penanganan pengaduan, yaitu: tata cara pelaksanaan
penanganan pengaduan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
II.1.2.6 Jenis-Jenis Pelayanan Publik
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63 tahun 2003 telah membedakan jenis pelayanan menjadi 3 kelompok yaitu
18
: 1. Kelompok pelayanan administratif yaitu pelayanan yang menghasilkan
sebagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau
penguasaan tehadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen
17
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 20 Tahun 2006. Tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik.
18
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Universitas Sumatera Utara
24
ini diantara lain Kartu Tanda Penduduk KTP, akte pernikahan, akte kelahiran, akte kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor BPKB,
Surat Izin Mengemudi SIM, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor STNK.
2. Kelompok pelayanan barang yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentukbarang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan
telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih dan sebagainya. 3. Kelompok pelayan jasa yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan dan sebagainya.
II.1.2.7 Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik
Penyelenggaraan pelayanan publik yang sesuai dengan bentuk dan sifatnya, menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63
Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik terdapat empat pola pelayanan, yaitu
19
: 1.
Pola Pelayanan Fungsional, yaitu pola pelayanan publik diberikan oleh penyelenggara
pelayanan sesuai
dengan tugas,
fungsi dan
kewenangannya. 2.
Pola Pelayanan Terpusat, yaitu pola pelayanan yang diberikan secara tunggal
oleh penyelenggara
pelayanan terkait
lainnya yang bersangkutan.
3. Pola Pelayanan Terpadu yang dibagi ke dalam dua bagian pola
pelayanan, yaitu: a.
Pola Pelayanan Terpadu Satu Atap Pola Pelayanan Terpadu Satu Atap diselenggarrakan dalam satu
tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan dilayani melalui beberapa pintu.
Terhadap jenis pelayanan yang sudah dekat dengan masyarakat tidak perlu disatu atapkan.
b. Pola Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Pola Pelayanan Terpadu satu Pintu diselenggarakan pada satu tempat yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu.
4. Pola Pelayanan Gugus Tugas, yaitu petugasan pelayanan publik secara
perorangan atau dalam bentuk gugus tugas ditempatkan pada instansi pemberi pelayanan dan lokasi pemberi pelayanan tertentu.
19
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
25
Sedangkan menurut Moenir, pelayanan umum yang dilakukan oleh siapapun tidak terlepas dari tiga macam bentuk, yaitu
20
: 1.
Layanan secara lisan Layanan secara lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang hubungan
masyarakat, bidang informasi dan bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelsasan dan keterangan kepada siapapun yang
memerlukan agar setiap layanan berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Maka perlu diperhatikan syarat- syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku
layanan,yakni dengan memahami benar masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya, mampu memberikan penjelasan tentang apa yang perlu
dengan lancar, singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan pelayanan.
2. Layanan melalui tulisan
Merupakan bentuk layanan yang paling menonjol dalam pelaksanaan tugas, tidak hanya dari segi jumlah tetapi juga dari segi perannya, pada
umumnya layanan melalui tulisan cukup efisien bagi layanan jarak jauh karena faktor biaya agar layanan dalam bentuk tulisan dapat memuaskan
pihak yang dilayani perlu diperhatikan faktor kecepatan baik dalam pengolahan masalah-masalah maupun proses penyelesaiannya.
3. Layanan dengan perbuatan
Pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan 70-80 dilakukan oleh petugas tingkat menengah dan bawah. Karena itu faktor keahlian dan
keterampilan petugas tersebut sangat menentukan terhadap hasil pekerjaan.
Bentuk layanan ini dalam kenyataan sehari-hari memang tidak terhindar dari layanan lisan. Hubungan lisan paling banyak dilakukan dalam hubungan
pelayanan umum kecuali yang khusus dilakukan melalui hubungan tulisan, karena faktor jarak. Hanya titik berat terletak pada perbuatan itu sendiri yang
ditunggu oleh yang berkepentingan. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak terlepas dari hasil hubungan ketergantungan pendapat tentang pengertian
pelayanan itu sendiri.
20
Moenir, Manajemen Pelayanan Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, hlm.190.
Universitas Sumatera Utara
26
II.1.3 Paspor
II.1.3.1 Pengertian Paspor
Di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dijelaskan bahwa Dokumen Perjalanan adalah dokumen resmi yang dikeluarkan
oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara, Perserikatan Bangsa-Bangsa, atau organisasi internasional lainnya untuk melakukan perjalanan antarnegara yang
memuat identitas pemegangnya. Sedangkan yang dimaksud dengan Dokumen Perjalanan Republik Indonesia atau yang biasa disebut dengan DPRI adalah
Paspor Republik Indonesia dan Surat Perjalanan Republik Indonesia. Paspor RI adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada
warga negara Indonesia untuk melakukan perjalanan antarnegara yang berlaku selama jangka waktu tertentu.
Dokumen Perjalanan Republik Indonesia berfungsi sebagai Dokumen Perjalanan antarnegara, bukti identitas diri, dan bukti kewarganegaraan Republik
Indonesia dari pemegang paspor yang bersangkutan pada saat berada di luar wilayah Indonesia.
21
Dengan demikian, paspor selain berfungsi sebagai dokumen untuk melakukan perjalanan antarnegara, juga sebagai bukti identitas diri dan
kewarganegaraan seseorang di luar negeri. Secara Internasional seseorang yang memiliki paspor kebangsaan suatu negara maka dapat dikatakan sebagai warga
negara dari negara yang mengeluarkan paspor tersebut. Secara internasional paspor diatur juga daam ketentuan yang terdapat
dalam annex 9 dokumen International Civil Aviation Organization ICAO
21
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Universitas Sumatera Utara
27
mengenai standar, spesifikasi, dan mutu dari sebuah dokumen perjalanan. Sebagai bagian dari anggota ICAO, maka Pemerintah Indonesia perlu menjalankan
rekomendasi ICAO tentang penerbitan paspor antara lain sebagai berikut
22
:
1. Secara berkala terus melakukan pembaruan terhadap fitur kemanan
paspor dengan versi yang terkini untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan dan memfasilitasi negara lain dalam melakukan
pendeteksian terhadap penyalahgunaan, pemalsuan, penggandaan dan pengeluaran yang bertentangan dengan hukum.
2. Membangun pengawasan terhadap pembuatan dan pengeluaran paspor
dalam rangka menjaga terjadinya pencurian terhadap blanko dan ketidaksesuaian standar pengeluaran paspor.
Paspor Republik Indonesia selanjutnya ditulis Paspor RI adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada warga negara
Indonesia untuk melakukan perjalanan antarnegara yang berlaku selama jangka waktu tertentu.
23
Paspor RI adalah dokumen perjalanan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi, Kementerian Hukum dan Hak Aasasi Manusia, dan perwakilan
RI di luar negeri. Paspor ini hanya diberikan kepada Warga Negara Indonesia. Paspor RI harus diperpanjangdiperbaharui setiap lima tahun setelah
paspor tersebut habis masa berlakunya. Jika halaman paspor penuh, rusak berat atau hilang, maka paspor dapat diperpanjang sebelum habis masa berlakunya.
Paspor digunakan ketika kita akan memasuki perbatasan negara lain. Kemudian pihak berwenang dari negara tujuan akan memberi stempel visa atau lembar
lampiran yang ditempel pada halaman paspor sebagai bukti izin untuk masuk ke suatu negara.
22
Jazim Hamidi dan Charles Christian, Hukum Keimigrasian Bagi Orang Asing di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2015, hlm.69.
23
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Universitas Sumatera Utara
28
Pada umumnya, paspor berisikan tentang identitas lengkap pemegang paspor meliputi foto, nama lengkap, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, serta
tanda tangan pemegang paspor tersebut. Informasi lain yang terdapat pada paspor yaitu kode negara, nomor unik paspor, tanggal penerbitan dan berakhirnya
paspor, institusi penerbit, dan nama pejabat yang menerbitkan lengkap dengan tanda tangan dan stempelnya.
Paspor RI merupakan dokumen milik Negara yang dapat dibatalkan atau dicabut sewaktu-waktu oleh Negara tanpa pemberitahuan. Paspor berisi 24 atau
48 halaman dan berlaku selama 5 tahun. Namun paspor yang diterbitkan oleh perwakilan RI di luar negeri lazimnya menerbitkan paspor dengan jangka waktu 3
tahun dan dapat diperpanjang 2 tahun setelahnya. Paspor diterbitkan bilingual dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
Pada halaman pertama paspor RI terdapat himbauan dari pemerintah sebagai berikut:
Dalam bahasa Indonesia: “Pemerintah Republik Indonesia memohon kepada semua pihak yang
berkepentingan untuk mengizinkan kepada pemegang paspor ini berlaku secara leluasa dan memberikan bantuan dan perlindungan kepadanya.”
Dalam bahasa Inggris: “The Government of the Republic of Indonesia request to all whom it may
concerned to allow the bearer to pass freely without let or hindrance and afford himher such assistance and protection.”
II.1.3.2 Jenis-Jenis Paspor
Perlintasan orang antar negara harus dilengkapi dengan suatu surat keterangan jalan yang disebut dengan surat perjalanan atau paspor atau yang
sejenisnya. Di Indonesia, ada beberapa jenis paspor yang berlaku, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
29
1. Paspor Biasa Ordinary Passport
Paspor Biasa diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia maupun Warga Negara Indonesia yang
bertempat tinggal di luar negeri. Paspor biasa diterbitkan oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk.
2. Paspor Diplomatik Diplomatic Passport
Paspor Diplomatik diterbitkan bagi Warga Negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia dalam rangka penempatan
atau perjalanan untuk tugas yang bersifat diplomatik. Paspor diplomatik diterbitkan oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia. Pemegang paspor
diplomatik dapat menikmati beberapa kemudahan perlakuan dan kekebalan di negara tempat mereka bertugas.
3. Paspor Dinas Service Passport
Paspor Dinas diterbitkan bagi Warga Negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia dalam rangka penempatan atau perjalanan
dinas yang bukan bersifat diplomatik. Paspor dinas diterbitkan oleh Menteri Luar Negeri.
4. Paspor Haji
Paspor Haji diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia dalam rangka menunaikan ibadah haji.
Paspor haji diterbitkan oleh Departemen Agama. 5.
Paspor untuk Orang Asing Alien Passport Paspor untuk Orang Asing dapat diberikan kepada orang asing yang memiliki
izin tinggal tetap, akan melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia dan
Universitas Sumatera Utara
30
tidak mempunyai Surat Perjalanan serta dalam waktu yang dianggap layak tidak dapat memperoleh dari negaranya atau negara lain. Paspor untuk orang
asing diterbitkan oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk.
Selain jenis-jenis paspor yang telah dipaparkan di atas, paspor juga dapat dibedakan berdasarkan warnanya, antara lain:
1. Paspor biru, digunakan khusus oleh orang yang bekerja di pemerintahan.
Paspor ini dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri. 2.
Paspor coklat, digunakan khusus oleh jamaah Indonesia untuk menunaikan ibadah haji. Paspor coklat diterbitkan oleh Departemen Agama.
3. Paspor hijau, digunakan oleh warga negara Indonesia yang akan
melakukan perjalanan ke luar negeri. Paspor hijau dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi.
Di samping jenis-jenis paspor tersebut, masih ada jenis paspor lain yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa Bangsa seperti Lasser Pasder untuk
staf pegawai Perserikatan Bangsa Bangsa, dan paspor pengungsi Refugee Passport.
Adapun jenis paspor berdasarkan penerbitannya, paspor biasa dibedakan mendjadi dua yaitu terdiri atas paspor biasa elektronik dan paspor biasa
nonelektronik. Paspor biasa elektronik adalah paspor biasa yang diterbitkan dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian.
24
24
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Universitas Sumatera Utara
31
II.1.4 Layanan Online
Menurut Rowley layanan online didefinisikan sebagai perbuatan, usaha atau pertunjukan yang dimediasi oleh teknologi informasi
.
Definisi ini mencerminkan tiga komponen utama yaitu penyedia layanan, penerima layanan
dan saluran pelayanan yaitu, teknoogi. Misalnya, sebagai yang bersangkutan untuk layanan elektronik publik, badan publik adalah penyedia layanan dan warga
negara sebagai penerima layanan.
25
Kualitas layanan pada lingkungan online menjadi sesuatu yang penting dalam penentuan kesuksesan atau kegagalan dari e-Government. Adapun yang
dimaksud dengan e-Government menurut UNDP adalah “The application of information and Communication Technology ICT by government agencies” e-
Government adalah penerapan dari teknologi informasi dan komunikasi oleh instansi Pemerintah
26
. Penerapan e-Government menginginkan adanya perubahan dalam
pemberian pelayanan kepada masyarakat, sebagaimana yang dikatakan Dharma Setyawan Salam yang menyebutkan e-Government merupakan system manajemen
pemerintahan untuk layanan pembangunan dan pelayanan publik secara transparan, efisien, efektif dan bertanggungjawab seperti yang dicita-citakan oleh
good governance.
27
Dikatakan bahwa e-Government merupakan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang dilaksanakan oleh lembaga
pemerintahan dalam kegiatan pelayanan kepada masyarakat dalam menciptakan tata pemerintahan yang baik.
25
J. Rowley dan J. Farquhar, Relationship and Online Costumer Comunities”, Business Process Management Journal Vol.12, 2006, hlm.162.
26
UNDP, Indonesia Human Development Report 2011, Jakarta: UNDP, 2002, hlm.2.
27
Darma Setiawan Salam, Manajemen Pemerintahan Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2007, hlm.282.
Universitas Sumatera Utara
32
Penerapan e-Government menginginkan adanya perubahan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat, sebagaimana yang dikatakan M.
Khoirul anwar dan Asianti Oetojo S bahwa suatu sistem untuk penyelenggaraan pemerintahan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
terutama yang berkaitan dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat.
28
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa e-Government adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan oleh lembaga pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kinerja aparatur Negara dan menjalin hubungan antar aparatur pemerintah dengan
pihak lain ataupun dengan masyarakat. Penggunaan teknologi informasi ini kemudian menghasilkan hubungan dan memperluas akses publik untuk
memperoleh informasi sehingga akuntabilitas pemerintah meningkat. Dengan demikian keberadaan e-Government tersebut mempunyai
kontribusi yang baik dan sangat membantu bagi pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan mutu kualitas pelayanan terhadap masyarakat.
Parasuraan et. al., mendefinisikan kualitas layanan online dalam interaksinya dengan website adalah “the extent to wich a website facilities efficient
and effective shopping, purchasing and delivery”.
29
Definisi tersebut dapat diartikan bahwa kualitas layanan online sebagai suatu tingkat sebuah website
secara efektif dan efisien memfasilitasi dalam hal berbelanja, pembelian dan proses penyerahan produk atau jasa. Penilaian kualitas layanan online tidak hanya
28
Khoirul Anwar dan Asianti Oetojo S, Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Bagi Pemerintah di Era Otonomi Daerah, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004, hlm.136.
29
A. Parasuraman, Valarie A. Zeithaml Arvind Malhotra, “E-S-Qual: A Multiple Item Scale for Assessing Electronic Service Quality”. Journal of Service Research Volume 7, 2005, hlm.213.
Universitas Sumatera Utara
33
pada saat melakukan interaksi dengan website, tetapi juga saat sebelum dan sesudah melakukan interaksi.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan online merupakan penilaian dari interaksi yang dilakukan pelanggan
melalui website sebagai fasilitas dalam memberikan layanan secara efektif dan efisien saat melakukan pembelian dan proses penyerahan produk atau jasa.
II.1.4.1 Dimensi Kualitas Layanan Online
Kualitas layanan pada lingkungan online merupakan hal penentu terpenting dalam efektivitas dari proses e-Government. Berkembangnya dimensi
kualitas layanan online akan membuat layanan online menjadi lebih efektif dan menarik sehingga membantu perusahaan dalam pencapaian tahap tertinggi
terhadap kepuasan pelanggan yaitu loyalitas pelanggan. Parasuraman et. al., mengemukakan terdapat empat dimensi dalam
kualitas pelayanan online, dimana empat dimensi tersebut merupakan core kualitas pelayanan online diantaranya sebagai berikut
30
: 1. Efisiensi Efficiency: Kemampuan pelanggan untuk mengakses website,
mencari produk yang diinginkan dan informasi yang berkaitan dengan produk tersebut, dan meninggalkan situs bersangkutan dengan upaya
minimal.
2. Pemenuhan Kebutuhan Fulfillment: Aktual kinerja perusahaan kontras dengan apa yang dijajikan melalui website, mencakup akurasi janji
layanan. 3. Ketersediaan Sistem System Availability: fungsionalitas teknik situs
bersangkutan berfungsi sebagaimana mestinya. 4. Privasi Privacy: Jaminan dan kemampuan perusahaan dalam menjaga
integritas data dari pelanggan.
30
Ibid., hlm.233.
Universitas Sumatera Utara
34
II.1.5 E-Government
II.1.5.1 Pengertian E-Government
E-Government merupakan singkatan dari kata Electronic Government. Huruf e- di depan kata government yakni electronic seperti halnya dengan
electronic mail e-mail , electronic business e-business, dan lain-lain. Government yang dalam bahasa inggris berarti pemerintahan. Pemerintahan
elektronik atau e-Government adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk administrasi pemerintahan yang efisien dan efektif, serta
memberikan pelayanan yang transparan dan memuaskan kepada masyarakat. E- Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik
untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik atau proses
kepemimpinan yang
demokratis. Menurut
Conrad Electronic
Administration E-Adm merupakan substitusi atau ungkapan lain dari istilah e- Government
yang diberikan untuk suatu pemerintahan yang mengadopsi teknologi yang berbasis internet yang dapat melengkapi dan meningkatkan
program dan pelayanannya.
31
Tujuan utamanya untuk memberikan sesuatu yang terbaik kepada pengguna jasa atau untuk memberikan kepuasan maksimal.
Menurut Indrajit e-Government merupakan suatu mekanisme interaksi baru antara pemerintah dengan masyarakat dan kalangan lain yang
berkepentingan, dengan melibatkan penggunaan teknologi informasi terutama internet dengan tujuan memperbaiki mutu kualitas pelayanan.
32
31
Lembaga Administrasi Negara Indonesia, SANKRI : Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 2003, hlm.443.
32
Budi Rianto., Tri Lestari, Polri dan Aplikasi E-Government dalam Pelayanan Publik, Surabaya: CV. Putra Media Nusantara PMN, 2012, hlm.36.
Universitas Sumatera Utara
35
Dalam Inpres No.3 tahun 2003 e-Government adalah penyelenggaraan kepemerintahan berbasiskan elektronik untuk meningkatkan kualitas layanan
publik secara efisien, efektif dan interaktif.
33
Clay G. Wescott mendefinisikan e-Government sebagai Penggunaan ICT untuk mempromosikan pemerintahan yang lebih efisien dan penekanan biaya
yang efektif, kemudahan fasilitas layanan pemerintah serta memberikan akses informasi terhadap masyarakat umum, dan membuat pemerintahan lebih
bertanggung jawab kepada masyarakat.
34
E-Government juga dapat dipahami sebagai penggunaan teknologi berdasarkan web jaringan, komunikasi internet dan dalam beberapa kasus,
merupakan aplikasi interkoneksi untuk memfasilitasi komunikasi dan memperluas akses ke dan dari pemberian layanan dan informasi pemerintah kepada penduduk ,
dunia usaha, pencari kerja dan pemerintah lain, baik instansional maupun antarnegara. Selain itu juga untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, kinerja,
proses pelaksanaan layanan, serta tugas pokok dan funginya.
II.1.5.2 LevelTingkatan E-Government
Agarwal membagi pengertian E-Government menjadi 5 tingkatan sebagai berikut
35
:
33
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E- Government.
34
M. Suyanto, Pengantar Teknologi Informasi untuk Bisnis, Yogyakarta: Andi, 2005, hlm. 331.
35
Zainal A. Hasibuan dan Harry B. Santoso, Jurnal: Standardisasi Aplikasi E-Government untuk Instansi Pemerintah, Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia ITB, 3-4 Mei
2005, hlm. 42-43.
Universitas Sumatera Utara
36
1. E-Government pada tingkat awal ini masih bersifat menginformasikan
tentang apa dan siapa yang berada di dalam institusi tersebut. Dengan kata lain, informasi yang diberikan kepada masyarakat luas, masih bersifat satu
arah. Kondisi e-Government yang masih berada pada tahap awal ini belum bisa digunakan untuk membentuk suatu pemerintahan dengan Good
Governance.
2. Tingkat kedua dari e-Government, mulai ditandai dengan adanya transaksi
dan interaksi secara online antara suatu institusi pemerintah dengan masyarakat. Misalnya, masyarakat tidak perlu lagi antri membayar tagihan
listrik, memperpanjang KTP, dan lain-lain. Semuanya bisa dilakukan secara online. Usaha ke arah ini sudah mulai dilakukan oleh beberapa
institusi di pusat maupun di daerah. Komunikasi dua arah antara institusi pemerintah dengan masyarakat sudah mulai terjalin secara online.
3. Level ketiga dari e-Government, memerlukan kerja sama kolaborasi
secara online antar beberapa institusi dan masyarakat. Manfaat yang sangat terasa pada level ini adalah waktu pemrosesan dokumen yang
relatif lebih singkat dibanding secara manual, dan pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas dan kualitas layanan. Peran intermediaries
perantara yang biasanya sebagai sumber ketidakefisienan, pada level tiga ini sudah semakin hilang, sehingga masyarakat dapat melakukan transaksi
setransparan mungkin. Sekiranya level tiga ini diimplementasikan di kalangan institusi pemerintah, ketidakefisienan sudah tidak punya ruang
lagi untuk berkembang.
4. Level keempat dari e-Government sudah semakin kompleks. Bukan hanya
memerlukan kerjasama antar institusi dan masyarakat, tetapi juga menyangkut arsitektur teknis yang semakin kompleks. Dalam level 4 ini,
seseorang bisa mengganti informasi yang menyangkut dirinya hanya dengan satu-klik, dan pergantian tersebut secara otomatis berlaku untuk
setiap institusi pemerintah yang terkait. Misalnya, seseorang yang pindah alamat, dia cukup mengganti alamatnya tersebut dari suatu database miliki
pemerintahan yang besar, dan secara otomatis KTP, SIM, Paspor dan lain- lainnya ter-update.
5. Level kelima, dimana pemerintah sudah memberikan informasi yang
terpaket packaged sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah sudah bisa memberikan apa yang disebut dengan “information-
push” yang berorientasi kepada masyarakat. Masyarakat benar-benar seperti raja yang dilayani oleh pemerintah. Apa saja yang menjadi
kebutuhan masyarakat, e-Government pada level lima ini bisa menyediakannya.
Pada implementasinya, Richardus Eko Indrajit mengatakan bahwa dapat dilihat sedemikian beragam tipe pelayanan yang ditawarkan oleh pemerintah
Universitas Sumatera Utara
37
kepada masyarakatnya melalui e-Government.
36
Oleh karena itu, lebih jauh beliau menjelaskan terdapat jenis-jenis proyek e-Government yang dapat dibagi menjadi
tiga kelas utama, yaitu : 1.
Publish Publikasi Jenis pelayanan ini merupakan jenis pelayanan dengan komunikasi satu
arah. Seperti dikatakan Richardus Eko Indrajit bahwa : Di dalam kelas publish ini yang terjadi adalah komunikasi satu arah,
dimana pemerintah mempublikasikan berbagai data dan informasi yang dimilikinya untuk dapat secara langsung dan bebas diakses oleh
masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui internet.
37
2. Interact Interaksi
Jenis pelayanan pada tingkat interaksi memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara pemerintah dengan pihak lain. Menurut
Richardus E Indrajit ada dua cara yang dapat digunakan untuk melakukan pelayanan interaksi ini, yaitu :
Yang petama adalah bentuk portal dimana situs terkait memberikan fasilitas searching bagi mereka yang ingin mencari data atau informasi
secara spesifik. Yang kedua adalah pemerintah menyediakan kanal dimana masyarakat dapat melakukan diskusi dengan unit-unit tertentu yang
berkepentingan, baik secara langsung seperti chatting, tele-conference, web-TV, dan lain sebagainya maupun tidak langsung melalui e-mail,
frequent ask queation, newsletter, mailing list, dan lain sebagainya.
38
36
Richardus Eko Indrajit, E-Government Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital, Yogyakarta: Andi Offset, 2004, hlm. 29.
37
Ibid. hlm. 30.
38
Ibid. hlm. 31.
Universitas Sumatera Utara
38
3. Transact Transaksi
Jenis pelayanan ini selain memungkin terjadinya komuniskasi dua arah antara pemerintah dengan pihak lain, dapat juga dilakukan transaksi.
Seperti dikatakan Richardus Eko Indrajit bahwa : Yang terjadi pada kelas ini adalah interaksi dua arah seperti pada kelas
interact, hanya saja terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan perpindahan uang dari satu pihak lainnya tidak gratis, masyarakat harus
membayar kasa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah atau mitra kerjanya.
39
II.1.5.3 Tipe Relasi E-Government
Konsep e-Government seperti telah dikatakan sebelumnya adalah penggunaan ICT untuk meningkatkan hubungan pemerintah dengan pihak-pihak
lain, hubungan ini dapat dilihat dari berbagai tipe relasi yang terdapat dalam konsep e-government. Menurut Richardus Eko Indrajit terdapat empat jenis
klasifikasi yang menjadi tipe relasi dari e-Government, yaitu
40
: 1.
Government to Citizen G2C Tipe G-to-C ini merupakan aplikasi e-Government yang paling umum,
yaitu dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan
interaksi dengan masyarakat rakyat. Dengan kata lain, tujuann utama dari dibangunnya aplikasi e-Governement
bertipe G-to-C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan
mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari.
2. Government to Business G2B
Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekonomian sebuah
negara dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, entiti bisnis semacam perusahaan swasta membutuhkan
banyak sekali data dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah. Disamping itu, yang bersangkutan juga harus berinteraksi dengan berbagai
39
Ibid. hlm. 32.
40
Ibid. hlm. 41-45.
Universitas Sumatera Utara
39
lembaga kenegaraan karena berkaitan dengan hak dan kewajiban organisasinya sebagai sebiah entiti berorientasi profit. Diperlukannya
relasi yang baik antara pemerintah dengan kalangan bisnis tidak saja bertujuan untuk memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan
roda perusahaannya, namun lebih jauh lagi banyak hal yang dapat menguntungkan pemerintah jika terjadi relasi interaksi yang baik dan
efektif dengan industri swasta.
3. Government to Governments G2G
Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negara untuk saling berkomunikasi secara lebih intens dari hari ke hari.
Kebutuhan untuk berinteraksi antar satu pemerintah dengan pemerintah setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal-hal yang berbau diplomasi
semata, namun lebih jauhlagi untuk memperlancar kerjasama antar negara dan kerjasama antar entiti-entiti negara masyarakat, industri, perusahaan,
danlain-lain dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik, mekanisme hubungan sosial dan
budaya, dan lain sebagainya.
4. Government to employees G2E
Pada akhirnya aplikasi e-Government juga diperuntukkan untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau
karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dilihat potensi yang begitu besar dari konsep e-Government dengan berbagai tipe relasi yang dimilikinya
untuk memperbaiki kualitas penyelenggaraan pemerintahan yang pada akhirnya bermuara pada perbaikan pelayanan pemerintah. Hal ini mengakibatkan konsep e-
Government menjadi suatu konsep yang tidak mudah untuk diterapkan dan memerlukan sejumlah kesiapan-kesiapan yang matang dalam penerapannya.
Hubungan-hubungan yang terjalin antar pemerintah dengan pihak-pihak lain seperti terdapat dalam tipe relasi e-Government tidak hanya akan memberikan
keuntungan kepada stakeholder masyarakat, kalangan bisnis, karyawan, dan pihak swasta namun lebih jauh dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas
penyelenggaraan pemerintahan. Seperti dikatakan Richardus Eko Indrajit bahwa Keberadannya tidak hanya semata untuk meningkatkan kinerja pelayanan
pemerintah kepada masyarakatnya, namun lebih jauh lagi untuk meningkaktan
Universitas Sumatera Utara
40
kualitas dari penyelenggaran pemerintahan sebuah negara, yang pada akhirnya bermuara pada kemajuan negara itu sendiri.
41
II.1.5.4 Manfaat E-Government
Pemerintahan di berbagai daerah saat ini dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakatnya. Proses administratif yang
panjang dan relatif lama harus segera diubah dengan mengupayakan suatu bentuk sistem pelayanan baru yang lebih cepat, murah, dan mudah. Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi dalam hal ini dapat dijadikan suatu solusi terhadap
permasalahan-permasalahan yang
dihadapi pemerintah
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakatnya. Melalui manfaat-manfaat dari
konsep e-Government maka dapat dilihat adanya perbaikan dalam proses administratif pelayanan pemerinah kepada masyarakat. Menurut Richardus Eko
Indrajit, manfaat-manfaat ICT pada pelayanan publik yaitu : 1.
Biaya administrasi rendah. 2.
Cepat dan lebih akurat dalam menerima respon, termasuk diluar jam kantor.
3. Akses ke semua departemen dan semua level dari lokasi manapun. ICT
mendukung pembangunan secara lebih fleksibel, serta salah satu cara yang sangat baik bagi masyarakat mengakses layanan publik.
4. Pemerintah yang lebih capable: ICT memungkinkan organisasi
pemerintah menjaring data dari feedback-feedback yang diinputkan. Organisasi pemerintah juga bisa membuat informasi untuk masyarakat
yang mendukung pemikiran atau ide-ide baru dengan komunikasi secara online di antara para pembuat keputusan, masyarakat serta
organisasi lainnya.
5. Membantu ekonomi lokal dan nasional dengan adanya G2B
government to bussiness.
42
41
Ibid. Hlm.45.
42
Richardus Eko Indrajit, Membangun Aplikasi e-Government. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo, 2002, hlm. 8.
Universitas Sumatera Utara
41
Disisi lain Al Gore dan Tony Blair memberikan gambaran yang jelas dan terperinci tentang manfaat yang diperoleh dengan menerapkan konsep e-
Government bagi suatu negara, seperti dikutip Richardus Eko Indrajit, antara lain : 1.
Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada stakeholder-nya masyarakat, kalangan bisnis, dan industri. Terutama dalam hal
kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara;
2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintah dalam rangka penerapan konsep Good Coorporate Governance;
3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan
interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder-nya untuk keperluan aktivitas sehari-hari;
4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-
sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan; dan
5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara
cepat dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan tren yang ada; serta
6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra
pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.
43
Berdasarkan beberapa pemaparan tentang manfaat yang diperoleh dari konsep e-Government di atas, secara umum manfaat-manfaat tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu : 1.
Internal Manfaat ini merupakan keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh
badanlembaga yang menerapkan konsep e-Government. Seperti : a.
Meningkatnya hubungan atau jaringan komunikasi dengan pihak danatau departemen lain,
b. Meningkatnya efektivitas dan efisien penyelenggaraan pelayanan,
43
Richardus Eko Indrajit, Op.Cit., hlm. 5.
Universitas Sumatera Utara
42
c. Penyediaan dan pemberian pelayanan danatau informasi yang lebih
mudah, cepat, dan murah, d.
Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaran pemerintahan.
e. Memberikan sumber pendapatan baru bagi pemerintah.
2. Eksternal
Manfaat ini merupakan keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh pihak-pihak lain masyarakat, kalangan bisnis, dan swasta dari penerapan
konsep e-Government yang dilakukan pemerintah. Seperti : a.
Masyarakat dapat memperoleh pelayanan dengan biaya administarasi yang rendah, cepat, dan mudah.
b. Tersedianya informasi-informasi tentang kebijakan, potensi wilayah,
dan lain sebagainya yang bisa diakses setiap saat. c.
Masyarakat dapat berpartisipasi melalui polling-polling yang diadakan pemerintah.
Manfaat-manfaat yang didapat diperoleh dari konsep e-Government tersebut sangat membantu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas kinerja
dan pelayanannya. Sehingga, pemanfaatan dan eksplorasi teknologi informasi dan komunikasi tidak bisa ditunda lagi. Ditengah arus globalisasi dan kemajuan
teknologi saat ini, semakin menuntut pemerintah untuk dapat secepatnya beradaptasi dan menerapkan inisiatif-inisiatif konsep e-Government jika tidak
ingin tertinggal dengan negara-negara lain dan tersingkir dari persaingan dunia.
Universitas Sumatera Utara
43
II.2 Definisi Konsep