Kondisi Eksisting Ketahanan Pangan di Indonesia

2.1.2 Kondisi Eksisting Ketahanan Pangan di Indonesia

Di Indonesia, UU No. 18 tahun 2012 mendefinisikan ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Pemenuhan kebutuhan pangan menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia yang merupakan kepulauan. Luas wilayah Indonesia secara geografis menjadi penyebab adanya perbedaan kondisi tanah dan kecocokan terhadap jenis-jenis tanaman termasuk tanaman pangan Dewan Ketahanan Pangan, 2015. Adapun beberapa kebijakan pembangunan pertanian Kementrian Pertanian tahun 2010-2014 yang berkaitan dengan pembangunan ketahanan pangan yaitu : i pemantapan swasembada beras, jagung, daging ayam, telur, dan gula konsumsi melalui peningkatan produksi yang berkelanjutan ii pencapaian swasembada kedelai, daging sapi, dan gula industri iii peningkatan produksi susu segar, buah lokal, dan produk-produk substitusi komoditas impor iv peningkatan kualitas dan pengembangan infrastruktur pertanian seperti irigasi, jalan desa, dan jalan usahatani Pujiasmanto, 2013. Sejak tahun 1997, kemampuan Indonesia untuk memenuhi sendiri kebutuhan pangan bagi penduduk terus menurun. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi bangsa Indonesia yang jumlahnya lebih dari 210 juta jiwa, Indonesia harus mengimpor bahan pangan seperti beras 2 juta ton, jagung lebih dari 1 juta ton, kedelai lebih dari 1 juta ton, kacang tanah lebih Universitas Sumatera Utara dari 0,8 juta ton, gula pasir 1,6 juta ton, ternak hidup setara 82 ribu ton, daging 39 ribu ton, susu dan produknya 99 ribu ton per tahun Soemarno, 2012. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kebutuhan pangan tidak mampu dipenuhi dari produksi nasional. Sebagai akibatnya, kebutuhan pangan harus dipenuhi dari impor. Hal ini merupakan kondisi yang tidak baik karena impor menguras banyak devisa serta tidak strategis bagi kepentingan ketahanan pangan nasional dalam jangka panjang Soemarno, 2012. Untuk total konsumsi beras selama periode tahun 2002 – 2013 di Indonesia cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 2003 dan 2008 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,65 dan 4,84 dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata konsumsi beras selama periode 2002 - 2013 sebesar 1,98 kgkapitaminggu atau setara dengan 103,18 kgkapitatahun dengan laju penurunan rata-rata sebesar 0,88 per tahun. Konsumsi beras tertinggi terjadi pada tahun 2003 yang mencapai 108,42 kgkapitatahun. Setelah itu, konsumsi beras cenderung terus mengalami penurunan hingga pada tahun 2013 menjadi sebesar 97,40 kgkapitatahun Pusdatin, 2014. Konsumsi energi pangan masyarakat Indonesia selalu berada di bawah 2.200 kkal selama periode 2002-2011. Konsumsi energi pangan tertinggi adalah 2.146 kkal 97,5 yang terjadi pada tahun 2005, namun pada periode berikutnya 2008- 2011 konsumsi energi pangan turun, atau rata-rata penduduk Indonesia kekurangan sekitar 8-9 asupan energi pangan selama periode tersebut. Dengan membandingkan kondisi aktual asupan energi dengan susunan Pola Pangan Harapan PPH Nasional, terlihat konsumsi padi-padian dalam kisaran 42-47 Universitas Sumatera Utara yang mendekati PPH tetapi lebih dekat pada batas minimumnya. Hal ini berarti konsumsi padi-padian hampir memadai, sementara konsumsi umbi-umbian berkisar antara 2-3, yang berarti belum memadai. Selanjutnya, asupan energi pangan, seperti pangan hewani 5-7,1, kacang-kacangan 2-3,3, gula 4-4,7, sayur dan buah 3,9-4,7 masih sangat kurang memadai. Hal ini memberikan gambaran bahwa program diversifikasi pangan belum optimal selama periode tersebut Kemendag, 2013. Menurut BPS 2015 untuk provinsi Sumatera Utara perkembangan luasan panen dan produksi akan tanaman pangan khususnya padi selama tahun 2003-2014 rata- rata mengalami kenaikan per tahun. Peningkatan dan penurunan ini disebabkan bertambah atau berkurangnya produksi padi sawah, sedangkan produksi padi ladang mengalami fluktuatif tiap tahunnya. Untuk luasan panen padi di Sumatera Utara pada tahun 2014 ada 717.318 Ha, dengan total produksi sebesar 3.631.039 ton, dan rata-rata produksi 50,62 kwHa. Menurut Balitbang 2011 untuk provinsi Sumatera Utara situasi konsumsi pangan masyarakat berdasarkan Susenas 2008 masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang,walaupun konsumsi energi dan protein telah berada di atas rata-rata yakni 2074,5kkalkaphr dan 60 grkaphr, dimana rata-rata konsumsi energi adalah 2000 kkalkaphr dan protein 52 grkaphr. Konsumsi masyarakat Sumatera Utara belum beragam, bergizi dan seimbang yang diindikasikan nilai PPH masih 79,4 atau masih 100. Sedangkan keadaan ketersediaan pangan lokal selama periode 2003-2008 di Sumatera Utara mengalami pertumbuhan produksi masing- masing komoditas pangan pokok dan strategis per tahun sangat bervariasi. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh ubi kayu 15,77 dengan produksi pada tahun Universitas Sumatera Utara 2008 sebesar 736.771 ton dan paling rendah adalah telur minus 2,81 dengan produksi pada tahun 2008 sebesar 133.701 ton. Pertumbuhan produksi beras selama periode 2003-2008 mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,37. Menurunnya ketersediaan beras akan menyebabkan terganggunya ketahanan pangan di Sumatera Utara pada masa yang akan datang. Komoditas pangan merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Untuk itu, pemenuhannya harus disegerakan. Dalam kaitan ini, keterlambatan pemenuhan pangan akan menyebabkan harga pangan tinggi dan bergejolak. Hal ini tentunya akan berimplikasi pada sulitnya mengendalikan harga dan menurunnya kesejahterahaan masyarakat. Di Indonesia, komoditas pangan menyumbang peran cukup besar pada inflasi. Dari beberapa komoditas utama penyumbang inflasi diantaranya merupakan komoditas pangan. Dengan kata lain, ketidakstabilan harga komoditas pangan di Indonesia banyak dipengaruhi oleh permasalahan supply Nurhemi, 2014. Ketidakstabilan harga pangan di Indonesia juga disebabkan oleh sifat komoditas pangan yang musiman dan sangat terpengaruh oleh kondisi alam seperti tanah, perubahan musim, dan juga letak geografis daerah. Faktor-faktor ini akan memengaruhi ketersediaan stok tiap bulannya. Pada musim panen supply meningkat, sehingga harga relatif rendah. Namun, pada saat musim paceklik atau di luar musim panen stok menjadi terbatas. Selain itu, permasalahan distribusi juga menjadi hambatan tersendiri pada masalah transportasi barang antar daerah. Panjangnya rantai pemasaran komoditas pangan juga menyebabkan ketidakefisienan dalam pemasaran Nurhemi, 2014. Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Ketahanan Pangan, Hambatan, dan Peluang

Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun

1 16 70

Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) Terhadap Stabilitas Harga Beras Dalam Rangka Pencapaian Ketahanan Pangan di Kabupaten Langkat

0 0 15

Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) Terhadap Stabilitas Harga Beras Dalam Rangka Pencapaian Ketahanan Pangan di Kabupaten Langkat

0 0 1

Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) Terhadap Stabilitas Harga Beras Dalam Rangka Pencapaian Ketahanan Pangan di Kabupaten Langkat

0 0 7

Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) Terhadap Stabilitas Harga Beras Dalam Rangka Pencapaian Ketahanan Pangan di Kabupaten Langkat

0 0 25

Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) Terhadap Stabilitas Harga Beras Dalam Rangka Pencapaian Ketahanan Pangan di Kabupaten Langkat

0 0 2

Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) Terhadap Stabilitas Harga Beras Dalam Rangka Pencapaian Ketahanan Pangan di Kabupaten Langkat

0 0 5

Analisis Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun

0 0 13

Analisis Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun

0 0 1

Analisis Dampak Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Simalungun

0 0 6