Harga gabah setelah program P-LDPM juga berfluktuatif, dimana juga terjadi kenaikan dan penurunan harga gabah setiap bulannya. Program P-LDPM belum
begitu berdampak terhadap kestabilan harga gabah di daerah penelitian, karena tidak menunjukkan perbedaan harga gabah yang signifikan setiap tahunnya
setelah program P-LDPM. Kestabilan harga gabah dapat dilihat bagaimana gejolak harga gabah setiap setiap bulannya dalam tiap tahun. Semakin banyak
selisih harga setiap bulannya maka harga gabah dinilai kurang stabil, begitu juga sebaliknya.
5.2.4 Nilai Stabilitas Harga Gabah Setelah Program P-LDPM
Adapun nilai stabilitas harga gabah setelah Program P-LDPM 2010-2014 yang disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Nilai Stabilitas Harga Gabah Rpkg Tahun 2010-2014 di Kabupaten Langkat
Tahun Nilai Stabilitas Harga Gabah
2010 6,12
2011 7,03
2012 3,98
2013 4,97
2014 4,28
Sumber : Lampiran 2 Dari Tabel 12. Dapat diketahui bahwa nilai stabilitas harga gabah setelah adanya
Program P-LDPM setiap tahunnya juga berbeda-beda. Nilai stabilitas harga gabah tertinggi adalah sebesar 7,03 yaitu pada tahun 2011. Sedangkan nilai stabilitas
harga gabah terendah adalah sebesar 3,98 yaitu pada tahun 2012, yang berarti harga gabah yang paling stabil setelah Program P-LDPM adalah pada tahun 2012.
Dari Tabel 12. juga diketahui bahwa harga gabah setelah Program P-LDPM
Universitas Sumatera Utara
juga stabil. Hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien variasi cv tahun 2010-2014 25.
5.2.5 Dampak Program P-LDPM terhadap Stabilitas Harga Gabah di Kabupaten Langkat
Dampak Program P-LDPM terhadap stabilitas harga gabah Di Kabupaten Langkat
dapat dilihat dengan membandingkan nilai stabilitas harga gabah sebelum dan sesudah Program P-LDPM 2004-2014 dimana hasilnya dapat dilihat pada
tabel 13.
Tabel 13. Hasil Uji Beda Rata-rata T-test Nilai Stabilitas Harga Gabah Sebelum dan Sesudah Program P-LDPM di Kabupaten Langkat
Pada output Paired Samples Test dapat diinterpretasikan sebagai berikut : Sig.
= 0,832 0,05 Keputusan Uji :
Karena nilai Sig. α maka keputusannya adalah Ho diterima. Jadi, dengan tingkat signifikansi 5 dapat disimpulkan rata-rata nilai stabilitas
harga gabah sebelum dan sesudah Program P-LDPM adalah tidak ada perbedaan yang nyata pada nilai stabilitas harga gabah sebelum dan sesudah Program
P-LDPM.
Paired Differences Uraian
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
T df
Sig. 2- tailed
Nilai Stabilitas Sebelum dan
Sesudah Program P-
LDPM .33400
3.30302 1.47715
.226 4
.832
Sumber : Hasil olah data lampiran 2
Universitas Sumatera Utara
Dana bantuan sosial Program P-LDPM di Kabupaten Langkat cukup berhasil untuk menstabilkan harga gabah dan beras di Kabupaten Langkat. Hal ini dapat
dilihat pada nilai stabilitas gabah dan beras yang ditunjukkan oleh koefisien variasi CV pada tahun 2010-2014 25. Tetapi tidak ada perbedaan yang nyata
nilai stabilitas harga gabah dan beras sebelum dan sesudah Program P-LDPM di Kabupaten Langkat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Masih adanya penggunaan gudang penyimpanan gabah yang tidak berfungsi
dengan baik, hal ini dikarenakan letak gudang penyimpanan yang kurang strategis. Dimana gudang penyimpanan tersebut jauh dari tempat penjemuran
gabah, sehingga para Gapoktan tidak menyimpan gabah digudang penyimpanan karena biaya transportasi akan menjadi mahal.
2. Masih banyaknya petani yang menjual gabah kepada tengkulak sekitar. Hal ini
disebabkan para Gapoktan tidak sanggup menyaingi harga gabah yang ditawarkan oleh para tengkulak. Padahal para Gapoktan sudah menawarkan
harga yang sesuai diatas HPP dan sesuai perhitungan mereka dengan membandingkan harga beras di pasar, tetapi para tengkulak menawarkan harga
yang lebih tinggi lagi dengan salah satu alasan mereka tidak ingin kehilangan para pelanggan.
3. Jumlah penerima dana bantuan sosial Program P-LDPM di Kabupaten Langkat
semakin lama semakin menurun, yaitu pada tahun 2009 enam Gapoktan, tahun 2010 satu Gapoktan, tahun 2011 dua Gapoktan, tahun 2012 dua Gapoktan,
tahun 2013 dua Gapoktan dan taun 2014 tidak ada Gapoktan yang menerima dana bantuan sosial Program P-LDPM. Hal ini dikarenakan kuota Gapoktan
yang menerima dana bantuan sosial P-LDPM diatur secara penuh oleh Badan
Universitas Sumatera Utara
Ketahanan Pangan Provinsi dimana tidak ada standarisasi jumlah Gapoktan yang menerima bantuan P-LDPM untuk setiap Kabupaten.
4. Adanya Gapoktan yang tidak menjalankan Program P-LDPM dengan baik,
dimana mereka tidak mampu menunjukkan pengelolaan dana, pembukuan dan administrasi dengan baik kepada Badan Ketahanan Pangan Kabupaten.
5.3 Dampak Program P-LDPM Terhadap Stabilisasi Harga Beras 5.3.1 Perkembangan Harga Beras Sebelum Program P-LDPM
Program P-LDPM juga diharapkan dapat menstabilkan harga beras, karena dengan stabilnya harga gabah, diharapkan harga beras juga dapat stabil. Stabilisasi
harga beras dapat dilihat dari perkembangan harga beras sebelum program P-LDPM dan setelah program P-LDPM. Perkembangan harga beras sebelum
program P-LDPM Di Kabupaten Langkat disajikan pada Gambar 7.
Sumber : Hasil olah data lampiran 3 Gambar 7. Perkembangan Harga Beras IR 64 Rpkg Sebelum Program
P-LDPM 2004-2008 Dari Gambar 7. dapat diuraikan bahwa perkembangan harga beras dari tahun ke
tahun sebelum Program PLDPM 2004-2008 cenderung mengalami kenaikan.
2800 3000
3200 3400
3600 3800
4000 4200
4400 4600
4800 5000
5200 5400
5600 5800
6000
Tahun 2004 Tahun 2005
Tahun 2006 Tahun 2007
Tahun 2008
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2004, harga beras setiap bulannya cenderung stabil. Dimana selisih harga beras setiap bulannya tidak begitu besar. Harga beras dari bulan Maret
sampai bulan Juli stabil. Harga beras tertinggi pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp 3100kg pada bulan September. Sedangkan harga beras terendah tahun 2004 yaitu
sebesar Rp 3019kg pada bulan Desember. Pada tahun 2005 harga beras juga mengalami perubahan setiap bulannya. Pada
tahun 2005 harga beras juga cenderung mengalami peningkatan. Harga beras pada tahun 2005 juga cukup stabil, yaitu pada bulan April sampai bulan Oktober harga
beras konstan. Harga beras tertinggi pada tahun 2005 adalah sebesar Rp 3700kg yang terjadi pada bulan Desember. Sedangkan harga beras terendah pada tahun
2005 adalah sebesar Rp 3019kg yang terjadi pada bulan Januari. Pada tahun 2006 pergerakan harga beras tiap bulan terus berubah. Pada tahun
2006 harga beras mengalami empat kali kenaikan yaitu pada bulan Februari, Juli, September, November dengan peningkatan harga beras tertinggi terjadi pada
bulan Oktober ke bulan November yaitu sebesar Rp 220kg dan mengalami tiga kali penurunan yaitu pada bulan Maret, April, dan Oktober dengan penurunan
harga beras tertinggi adalah sebesar Rp 111kg yang terjadi pada bulan Februari ke bulan Maret. Harga beras konstan pada bulan April sampai dengan Juni. Harga
beras tertinggi pada tahun 2006 adalah sebesar Rp 4700kg yaitu pada bulan November dan Desember. Sedangkan harga beras terendah pada tahun 2006
adalah sebesar Rp 4300kg yang terjadi pada bulan Januari, April, Mei dan Juni. Pada tahun 2007 harga beras mengalami kenaikan sebanyak lima kali, yaitu pada
bulan Februari, Maret, Juni, Agustus, dan Desember. Sedangkan penurunan harga
Universitas Sumatera Utara
beras pada tahun 2007 juga terjadi sebanyak lima kali, yaitu pada bulan April, Mei, Juli, Oktober, dan Novemeber. Harga tertinggi beras pada tahun 2007 adalah
sebesar Rp 5533kg yang terjadi pada bulan Maret. Sedangkan harga beras terendah pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 4850kg yang terjadi pada bulan
November. Untuk tahun 2008 harga beras cenderung stabil dimana harga beras bulan Juli
sampai bulan Oktober konstan. Pada tahun 2008, harga beras mengalami lima kali kenaikan harga beras, yaitu pada bulan Februari, Maret, Juni, Juli, dan Desember.
Selain mengalami kenaikan, pada tahun 2008, harga beras juga mengalami penurunan sebanyak dua kali penurunan, yaitu pada bulan Mei dan November.
Harga tertinggi beras pada tahun 2008 adalah sebesar Rp 5800kg yaitu pada bulan Maret, April, Juli, Agustus, September, Oktober dan Desember. Sedangkan
harga beras terendah pada tahun 2008 adalah sebesar Rp 5550kg yang terjadi pada bulan Januari.
Untuk pertumbuhan harga rata-rata beras Rpkg setiap tahunnya sebelum Program P-LDPM di Kabupaten Langkat disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Pertumbuhan Harga Rata-rata Beras Rpkg Tahun 2004-2008 di Kabupaten Langkat
Tahun Pertumbuhan Harga
2004 – 2005 14,4
2005 - 2006 28,19
2006 - 2007 20,15
2007 – 2008 7,91
Rata-rata 17,66
Sumber : Hasil olah data lampiran 2 Dari Tabel 14. Dapat diketahui bahwa dari tahun 2004 ke tahun 2005 terjadi
kenaikan harga rata-rata beras sebesar 14,4 atau sebesar Rp 434,42. Sementara
Universitas Sumatera Utara
itu dari tahun 2005 ke tahun 2006 terjadi kenaikan harga rata-rata beras sebesar 28,19 atau sebesar Rp 973,08. Dari tahun 2006 ke tahun 2007 juga terjadi
kenaikan harga rata-rata beras yaitu sebesar 20,15 atau sebesar Rp 891,84. Dan dari tahun 2007 ke tahun 2008 juga mengalami kenaikan harga rata-rata beras
yaitu sebesar 7,91 atau sebesar Rp 420,58. Naik turunnya harga beras yang terjadi setiap bulan dalam tiap tahunnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu seperti harga gabah, keterlambatan panen, informasi panen. Harga gabah berpengaruh terhadap harga beras dimana semakin
tinggi harga gabah, maka harga beras juga semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Terdapat perbedaan kualitas gabah pada musim hujan dan musim kemarau,
sehingga terdapat perbedaan harga gabah dan harga beras yang akan dihasilkan. Selain itu, keterlambatan panen juga mempengaruhi harga beras, dimana stok
beras akibat panen sebelumnya belum maksimalbelum mencukupi. Informasi panen juga mempengaruhi naik turunnya harga beras, yaitu jika
informasi panen tersebar luas, permintaan akan gabah meningkat, sehingga menyebabkan masuknya investor dalam bisnis penggilingan pada dalam kapasitas
yang besar, sehingga dapat menentukan tingkat harga gabah di petani, dan pada akhirnya investor tersebut mampu mengendalikan harga gabahberas di tingkat
petani dan pasar.
5.3.2 Nilai Stabilitas Harga Beras Sebelum Program P-LDPM