persalinan seperti tetanus neonatorum. Untuk itu tindakan preventif harus dilakukan dengan cara melalukan suntikan imunisasi tetanus toksoid pada saat kehamilan. Umur
dibawah 20 tahun adalah usia yang terlalu muda untuk kehamilan dimana organ reproduksi belum matang sehingga beresiko tinggi untuk kehamilan. Sedangkan ibu
berumur diatas 35 tahun sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai anak dengan jumlah cukup disarankan 2 orang karena jika terjadi kehamilan atau
persalinan pada usia ini, ibu mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi obstetrik.
Hasil penelitian Purwanto 2002, semakin tua umur tidak serta merta menjadikan ibu mandiri dalam mengambil keputusan. Bahkan sebaliknya, sebagian
besar masih sangat bergantung kepada pihak kedua untuk memutuskan pilihan. Berdasarkan hasil analisisnya, Purwanto menyatakan bahwa 84,7 responden masih
menganggap suami dan keluarga sebagai orang yang paling berperan dalam pengambilan keputusan.
5.1.2 Pendidikan Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid
Hasil penelitian diketahui bahwa lebih banyak responden berpendidikan lanjut yaitu 89 61,8 dan dari 89 sebanyak 33 orang 37,1 melakukan tindakan
imunisasi tetanus toksoid. Hasil analisis bivariat menggunakan chi-square menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai hubungan signifikan terhadap tindakan
imunisasi tetanus toksoid dengan diperoleh p-value 0,05. Hasil uji regresi logistik berganda diperoleh p-value 0,035 dan nilai koefisien regresi exp B 2,963 artinya ibu
dengan pendidikan lanjut lebih berpeluang untuk melakukan tindakan imunisasi
Universitas Sumatera Utara
tetanus toksoid yaitu 2,963 kali lebih tinggi dibandingkan ibu pendidikan dasar dengan interval kepercayaan 1,077 – 8,153.
Dari hasil penelitian didapati lebih banyak responden yang berpendidikan lanjut namun dalam tindakan lebih banyak yang tidak melakukan. Hal ini
dikarenakan ibu hamil belum mengetahui pentingnya manfaat tindakan imunisasi tetanus toksoid, perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan tingkat kemampuan
dalam menerima informasi menjadi berbeda-beda dan tidak bekurangnya kesibukan ibu hamil dalam mengurus rumah tangga walaupun ia sedang hamil.
Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan dan mengembangkan kemampuan manusia. Dengan adanya pendidikan maka akan timbul dalam diri seseorang untuk
memotivasi diri agar lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Peningkatan kemampuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja akan tetapi juga dapat
diperoleh dari pendidikan non formal. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula motivasi untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan karena
telah memiliki wawasan yang lebih luas. Peran pendidikan terhadap kesehatan ialah untuk menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ibu
hamil berpendidikan lanjut dan mempengaruhi terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid.
Hasil penelitian Pratiwi 2013 di peroleh pendidikan terakhir ibu hamil lebih banyak memiliki latar pendidikan rendah sebanyak 21 orang 58,3 yang melakukan
Universitas Sumatera Utara
imunisasi tetanus toksoid secara lengkap dibandingkan ibu pendidikan tinggi. Walaupun pendidikannya rendah namun mereka sering mengikuti penyuluhan tentang kesehatan ibu
hamil, dan selalu patuh memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan serta adanya dukungan suami maupun kader untuk melakukan imunisasi TT secara lengkap guna
untuk melindungi kesehatan ibu dari infeksi tetanus dan bayinya dari tetanus neonatorum.
Hal ini tidak sejalan dengan teori Notoatmodjo bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat penguasaan responden terhadap derajat kesehatannya, karena
dalam pendidikan terjadi proses pembelajaran yang selanjutnya akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan tindakan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan Notoatmodjo, 2005
5.1.3 Paritas Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid