16 PER dipilih karena PER biasanya digunakan investor untuk
memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa mendatang. PER juga digunakan untuk melihat bagaimana pasar menghargai
kinerja perusahaan yang dicerninkan oleh Earning Per Share. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai PER
yang tinggi pula. Hal inilah yang menunjukkan bahwa pasar mengharapkan laba besar di masa mendatang.
2.1.3 Kebijakan Dividen
Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan retained earning yang ditahan sebagai
cadangan bagi perusahaan. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Nilai dan waktu
pembayaran dividen ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS dan nilai yang dibagikan dapat berkisar antara 0 hingga sebesar laba
bersih tahun berjalan atau tahun lalu. Nofrita 2013 menyatakan bahwa seorang investor membeli saham saat ini dengan harapan memperoleh
keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen dimasa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko terkait dengan investasi.
Universitas Sumatera Utara
17 Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan
investasi di masa yang akan datang. Kebijakan dividen didasarkan pada pertimbangan kepentingan pemegang saham dan juga kepentingan
perusahaan. Dalam kebijakan dividen terdapat trade off dan merupakan pilihan yang tidak mudah antara membagikan laba sebagai dividen atau
diinvestasikan kembali. Apabila perusahaan memilih membagikan laba sebagai dividen maka tingkat pertumbuhan akan berkurang dan berdampak
negatif terhadap saham. Di sisi lain, apabila perusahaan tidak membagikan dividen maka pasar akan memberikan sinyal negatif kepada prospek
perusahaan. Peningkatan dividen memberikan sinyal perubahan yang menguntungkan pada harapan manajer dan penurunan dividen menunjukkan
pandangan pesimis prospek perusahaan dimasa yang akan datang Sartono, 2001.
Pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dalam perkembangannya masih menjadi perdebatan para peneliti. Terdapat beberapa
argumen terkait dengan kebijakan dividen, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
18 1.
Teori Ketidakrelevanan Dividen Dividend Irrelevance Theory Pendukung utama teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani
MM. Mereka berpendapat bahwa nilai sebuah perusahaan akan tergantung hanya pada kemampuan perusahaan memperoleh laba dari aset perusahaan,
bukan pada bagaimana laba tersebut akan dibagi menjadi dividen dan saldo laba ditahan, sehingga dividend payout ratio tidak mempunyai pengaruh pada harga
saham perusahaan atau biaya modalnya. 2.
Bird in the Hand Theory Gordon dan Lintner menyatakan bahwa investor memandang dividend
yield lebih pasti dari pada capital gains yield. Gordon dan Lintner beranggapan investor memandang bahwa satu burung di tangan lebih berharga dari pada
seribu burung di udara. 3.
Tax Preference Theory Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy menyatakan
bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gain, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran
pajak. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah daripada untuk pembagian dividen, karena itu investor yang kaya mungkin lebih suka
perusahaan menahan
dan menanamkan
kembali laba
di dalam
Universitas Sumatera Utara
19 perusahaan. Teori ini menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan
dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen. 4.
Signaling Hypothesis Theory Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Bhattacharya 1979. Teori ini
didasari dugaan bahwa pengumuman perubahan dividen tunai mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan munculnya reaksi harga saham.
Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang dividen kas yang dibayarkan dianggap investor sebagai sinyal prospek perusahaan di masa mendatang.
Apabila terjadi peningkatan dividen, maka dianggap sebagai sinyal positif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang baik, sehingga menimbulkan
reaksi saham yang positif. Sebaliknya, jika terjadi penurunan dividen akan dianggap sebagai tanda bahwa prospek perusahaan tidak baik, sehingga akan
menurunkan harga saham. 5.
Clientele Effect Theory Teori ini menyatakan bahwa kelompok clientele pemegang saham
yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan
penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu dividend payout ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan
Universitas Sumatera Utara
20 uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih
perusahaan dan melakukan investasi yang menguntungkan di masa depan. Kebijakan dividen dalam penelitian ini akan diukur melalui Dividend
Payout Ratio DPR. Dividend Payout Ratio adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan
dibagikan kepada para pemegang saham dan yang akan diinvestasikan kembali reinvestment atau ditahan retained di dalam perusahaan. Dari pengertian
tersebut, dividend payout ratio didasarkan pada rentang pertimbangan antara kepentingan pemegang saham disatu sisi, dan kepentingan perusahaan disisi
yang lain. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen.
Rumus untuk menghitung DPR adalah sebagai berikut:
Dividend Payout Ratio =
2.2 Penelitian Terdahulu