9. Strategi visi Strategic vision
Para pimpinan dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jangka panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan tersebut.
Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi dalam hal pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan
pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan penggunaan sungguh-sugguh mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders.
Penerapan good governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat memastikan mandat, wewenang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan
sebaik-baiknya. Disini dapat dilihat bahwa arah kesembilan dari good governance adalah membangun the professional government , bukan dalam arti pemerintah
yang dikelola para teknokrat, namun oleh siapa saja yang mempunyai kualifikasi professional, yaitu mereka yang mempunyai ilmu dan pengetahuan yang mampu
mentransfer ilmu dan pengetahuan menjadi skill dan dalam melaksanakannya berlandaskan etika dan moralitas yang tinggi.
1.5.2. Partisipasi Masyarakat
Pengertian partisipasi selalu bersinonim dengan peran serta. Seorang ilmuan yang bernama Keith Davis mengemukakan definisinya tentang partisipasi
yang dikutip oleh. Santoso Sastropoetro 1998 sebagai berikut: “Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran atau
moral atau perasaan di dalam situasi kelompok yang mendorong untuk
Universitas Sumatera Utara
memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.”
Menurut Adisasmita, 2006:38 Partisipasi masyarakat dapat didefenisikan sebagai keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan,
meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan implementasi program pembangunan. Adisasmita juga mengatakan peningkatan partisipasi masyarakat
merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat social empowerment secara aktif yang berorentasi pada pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan
dalam masyarakat pedesaan. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya masyarakat pedesaan secara lebih aktif
dan efisien, yaitu dalam hal sebagai berikut: 1.
Aspek masukan atau input SDM, dana, peralatansarana, data, rencana, dan teknologi
2. Aspek proses pelaksanaan, menitoring, dan pengawasan
3. Aspek keluar atau output pencapaian sasaran, efektivitas dan efisiensi
Menurut Soetrisno 1995 bahwa secara umum, ada dua jenis definisi partisipasi yang beredar di masyarakat, yaitu:
1. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat terhadap
rencanaproyek yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat dalam definisi ini pun diukur
dengan kemauan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan pembangunan.
2. Partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat
antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan,
Universitas Sumatera Utara
melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi dan rendahnya partisipasi rakyat dalam pembangunan tidak
hanya dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menetukan arah dan
tujuan proyek yang akan dibangun di wilayahnya. Ukuran lain yang dapat digunakan adalah ada tidaknya kemauan rakyat untuk secara mandiri
melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu. Menurut Tjokrowinoto 1996:48 arti penting partisipasi masyarakat
dalam pembangunan adalah: 1.
Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan akhir pembangunan, partisipasi merupakan akibat logis dari dalil tersebut.
2. Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemauan pribadi untuk dapat
turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat. 3.
Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan balik arus informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa
keberadaannya akan tetap terungkap. 4.
Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari dimana rakyat berada dan dari apa yang mereka miliki.
5. Partisipasi merupakan game zone kawasan penerimaan proyek
pembangunan. 6.
Partisipasi akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintah kepada seluruh masyarakat.
7. Partisipasi menopang pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
8. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi aktualisasi
potensi manusia maupun pertumbuhan manusia. 9.
Partisipsi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan masyarakat untuk mengelola program pembangunan guna memenuhi
kebutuhan khas daerah. 10.
Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak- hak demokrasi individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri.
Cara berpartisipasi menurut Kaho 1997:117 dapat dikategorikan menjadi:
1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan
Artinya keputusan -keputusan untuk kepentingan umum yang dibuat pemerintah seyogyanya melibatkan masyarakat, sehingga keputusan-
keputusan tersebut akan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Keputusan - keputusan yang selama ini dinilai tidak bermanfaat, karena dibuat secara
top-down tanpa melibatkan masyarakat. 2.
Partisipasi dalam melakukan perencanaan pembangunan Dalam merencanakan pembangunan, agar tidak menyimpang perlu
melibatkan masyarakat yang diberi kesempatan untuk berpartisipasi, seperti perencanaan pembebasan tanah masyarakat untuk pelebaran jalan,
atau untuk pembangunan gedung sekolah, sarana kesehatan rumah sakit ataupun puskesmas, gedung - gedung pemerintah, ataupun sarana dan
prasarana publik lainnya.
Universitas Sumatera Utara
3. Parisipasi dalam pelaksanaan pembangunan
Dalam hal ini masyarakat perlu dilibatkan dalam pelaksanaan pembangunan sehingga terjadi sinergi antara pemerintah dan masyarakat,
misalnya dalam pembangunan terminal, pembangunan sarana dan prasarana kepariwisataan.
4. Partisipasi dalam evaluasi
Untuk memastikan bahwa perencanaan sesuai dengan pelaksanaan, seluruh kegiatan harus dievalusi. Evaluasi ini perlu melibatkan partisipasi
masyarakat Sekalipun partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan unsur yang sangat penting, tetapi tidak berarti setiap orang
dapat d engan intensitas dan kapasitas yang sama dalam pembangunan yang dimaksud. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan,
perbedaan kepentingan, dan perbedaan keahlian antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, seseorang
dapat berpartisipasi secara parsial, hanya terlibat dalam satu atau beberapa aktivitas saja dan juga dapat berpartisipasi secara prosesial, dapat terlibat
dalam semua fase dari awal hingga akhir. Adapun prinsip-prinsip partisipasi, sebagai mana tertuang dalam panduan
pelaksanaan pendekatan partisipatif yang disusun oleh Sumampouw, United Nation Development 2007:75 adalah:
1. Cakupan
Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
2. Kesetaraan dan Kemitraan
Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan, dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut
terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dab struktur masing-masing pihak.
3. Transparansi
Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.
4. Kesetaraan Tanggung Jawab
Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan atau sharing power dan
keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.
5. Kesetaraan Kewenangan
Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghidari terjadinya dominasi.
6. Pemberdayaan Empowerment
Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak sehingga melalui keterlibatan aktif
dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.
Universitas Sumatera Utara
7. Kerjasama
Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya
yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam
berpartisipasi,yaitu: 1.
Usia Faktor usia merupakan factor yang mempengaruhi sikap seseorang
terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. 2.
Jenis Kelamin 3.
Pendidikan Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.
Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan
kesejahteraan seluruh masyarakat. 4.
Pekerjaan dan Penghasilan Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang
akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik akan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat
mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu
kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.
Universitas Sumatera Utara
5. Lamanya Tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkugan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi
seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu maka rasa memiliki terhadap lingkunagn cenderung lebih terlihat dalam
partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut. Adapun yang menjadi kendala maupun permasalahan dalam pelaksanaan
partisipasi masyarakat di Indonesia menurut Dadang Juliantara 2004:137 adalah:
1. Sering muncul dilema karena ada upaya untuk menghindari maupun
meniadakan partisipasi dengan alasan time consuming, costly, dan masyarakat juga malas karena time consuming dan banyak tantangan dari
opposing interest groups. 2.
Permasalahan yang biasanya dihadapi tubuh pemerintah adalah: 1
Siapa yang berpartisipasi scope of participation. 2
Bagaimana caranya pihak-pihak yang berpartisipasi tersebut dapat saling berkomunikasi dan mengambil keputusan mode of
communication and decisions. 3
Seberapa jauh yang didiskusikan dalam partisipasi itu diadopsi atau diperhatikan dalam kebijakan atau kegiatan publik extent of authority
3. Tidak tersedia ruang partisipasi yang cukup memungkinkan masyarakat
terlibat dalam proses -proses politik yang berhubungan dengan kepentingan mereka.
Universitas Sumatera Utara
4. Disisi lain bahwa keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan juga belum secara memadai diakomodasi oleh saluran- saluran partisipasi yang tersedia.
5. Masih rendahnya akses terhadap informasi publik mengenai kegiatan
perencanaan pembangunan dan pemerintahan, hal ini menyebabkan kualitas partisipasi masyarakat menjadi rendah.
6. Proses partisipasi tanpa substansi, dalam hal ini banyak event-event atas
nama partisipasi hanya fokus pada prosedur dengan melupakan substansi partisipasi sebagai wahana untuk kesetaraan relasi kekuasaan dan keadilan
distribusi sumber daya. 7.
Rendahnya keterlibatan dan keterwakilan kelompok perempuan. Hampir seluruh forum musyawarah dan lembaga perwakilan warga masih
didominasi oleh kelompok laki -laki dan cenderung mengabaikan keterwakilan kelompok perempuan.
8. Apatisme masyarakat, muncul akibat berbagai kegiatan yang melibatkan
partisipasi masyarakat tidak membuahkan hasil dan tidak sesuai den gan keinginan dan cita -cita masyarakat sehingga masyarakat merasa apatis
terhadap partisipasi. Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, maka dalam
penelitian ini definisi partisipasi masyarakat yang dimaksudkan oleh peneliti, yakni keikutsertaanketerlibatan masyarakat dalam perencanaan dengan
memberikan sumbangan ide terhadap proyek pembangunan yang akan dilaksanakan, di mana dalam hal ini masyarakat berfungsi sebagai subjek
sekaligus sebagai objek pembangunan yang mengetahui betul kondisi di
Universitas Sumatera Utara
daerahnya sendiri, sehingga pembangunan yang nantinya dilaksanakan di daerah mereka betul-betul seperti yang mereka butuhkan.
1.5.3. Unsur-Unsur Partisipasi