harus dipenuhi. Dana juga selama ini disebutkan menjadi penghalang terbesar desa dalam melaksanakan pembangunan mereka. Apalagi dana yang dianggarkan
selalu tidak sesuai dengan dana yang diperoleh dari bantuan pusat. Dalam penelitian yang dilakukan di Desa Selotong, diketahui bahwa tidak
dapat dipungkiri masalah dana adalah salah satu masalah krusial yang kerap melanda apabila aplikasi dari program pembangunan akan dilakukan. Karena
pembangunan yang selama ini dilakukan hanya mengharapkan usulan yang diajukan kepada pihak Kabupaten Langkat. Dari sekian banyaknya desa yang
mengajukan usulan di Kabupaten Langkat akan dipilih usulan-usulan yang merupakan prioritas pembangunan dan disetujui. Jadi Desa Selotong akan sangat
sulit untuk mempercepat laju pembangunan apabila terus hanya mengharap persetujuan dari usulan tersebut. Namun, sejak adanya dana desa yang merupakan
kebijakan terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah, percepatan laju pembangunan perlahan-lahan dapat dilakukan karena desa memiliki dana lebih
untuk mewujudkan program-program pembangunan yang telah direncanakan tanpa harus menunggu usulan seperti sebelumnya.
5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam
Pembangunan Desa Selotong
1. Faktor Pendorong
Melakukan stimulasi pada masyarakat bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh Pak Misdi sebagai kepala Desa Selotong. Mengajak masyarakat untuk peduli
terhadap pembangunan yang ada di desa adalah pekerjaan yang lumayan sulit. Desa bukan seperti kota yang bisa dengan mudah memberikan sanksi hukum.
Universitas Sumatera Utara
Namun, dalam melaksanakan pembangunan di wilayah pedesaan harus didasari akan rasa gotong royong dan kerja sama.
Menyadari pentingnya partisipasi masyarakat, Pak Misdisebagai kepala Desa Selottong melaksanakan kepemimpinannya dengan gaya kepemimpinan
partisipatif. Dikatakan Gary Yulk dan Adisasmita, bahwa kepemimpinan partisipastif menjadi kepemimpinan yang baik dilakukan dalam menciptakan
suasana partisipatif di dalam ranah desa. Mengajak masyarakat dalam merencanakan hingga mengambil keputusan serta menjalankan keputusan adalah
hal yang diterapkan Pak Misdi selama ini dalam melaksanakan
kepemerintahannya selama memimpin Desa Selotong. Pendapat yang dituturkan oleh kadus I-IX dapat disimpulkan bahwa Bapak
Misdi dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pemimpin, seringkali beliau keluar kantor memeriksa ke dusun-dusun, menjumpai warga setiap dusun,
bertanya dan melaksanakan diskusi secara langsung kepada seluruh kepala dusun yang ada di Desa Selotong yang berjumlah sembilan kepala dusun. Bapak Misdi
melakukannya bukan memanggil kadus ke kantor, namun menjumpai ke dusun masing-masing. Kemudian setelah mendapatkan informasi, Pak Misdi mengajak
bermusyawarah dan berbincang bersama menyelesaikan permasalahan yang ditemuinya selama dilapangan tadi. Menggali informasi dan mengajak mengambil
keputusan adalah hal yang sering dilakukan Pak Misdi dalam menjalankan kepemimpinannya. Tidak jarang dijumpai dengan pakaian dinas Pak Misdi ikut
bekerja dengan masyarakat dalam melakukan program-program pembangunan tertentu di Desa Selotong tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat senang juga akan celotehan, dan sendau gurau yang ramah dan fleksibeldari sosok pemimpin desanya kepada setiap masyarakat. Pak Misdi
dikenal sebagai seorang pemimpin yang rendah hati namun tegas dan jujur disertai pribadi yang lucu menjadi kebanggaan dan kesukaan warganya.
Masyarakat senang dengan sosok kepemimpinan Pak Misdi yang mampu bergaul dan mengajak masyarakat ikut dalam proses pembangunan desa. Bapak
Khoiruddin dan Ibu Dewi selaku masyarakat Desa Selotong menjelaskan bahwa kepemimpinan Bapak Misdi yang selalu bersifat mengajak menjadi salah satu
penarik mereka untuk terlibat dalam pelaksanaan pembangunan desa tersebut. Dengan kepemimpinan beliau, partisipasi masyarakat timbul dengan
kesukaan mereka diajak untuk sama-sama menyelenggarakan pembangunan desa. Masyarakat mau berpartisipasi karena Pak Misdi yang memimpin dan selalu
memberikan arahan dalam setiap pelaksanaan program-program pembangunan desanya. Bapak Misdi yang dianggap menjadi sosok pemimpin yang mampu
merangkul masyarakat, menjadi alasan masyarakat untuk ikut langsung dalam proses pembangunan desa khususnya infrastruktur desa. Ibu Nurasiah selaku
sekretaris Desa Selotong juga memberikan penilaiannya terhadap sosok kelapa desa yang memimpin mereka bahwa masyarakat mau terlibat karena Pak Misdi
juga bekerja bersama mereka. Masyarakat dibukakan pemikirannya oleh Pak Misdi agar mau terdorong ikut dalam pembangunan desa ini.
2. Faktor Penghambat
Untuk menciptakan pembangunan Desa Selotong dengan segala yang ada, perlu keterlibatan masyarakat menopang pelaksanaan program-program
pembangunan desa. Keberadaan partisipasi masyarakat adalah sebuah keharusan
Universitas Sumatera Utara
dalam tindakan nyata pembangunan desa. Namun dibalik segala usaha dan pencapaian hasil dari pelaksanaan program-program pembangunan desa yang
telah dilakukan, pasti ditemukan adanya faktor faktor penghambat yang harus dihadapi dalam menciptakan suasana partisipatif dalam membangun desa. Adapun
diantara faktor-farktor penghambat lancarnya pelaksanaan program-program pembangunan yang seringkali ditemui antara lain:
a. Persepsi Masyarakat yang Negatif
Dalam setiap pekerjaan, akan selalu ditemukan persepsi masyarakat yang negatif akan pembangunan begitu pula dengan pelaksanaan program
pembangunan desa. Walaupun kadang keputusan diambil dengan asas kebersamaan dan atas dasar suara yang mayoritas, namun bisa saja hasil dari
putusan kesepakatan suara terbanyak tersebut belum dapat mewakili semua keinginan dari warga yang ada di desa Selotong tersebut. Akibatnya, suara oposisi
dari suara terbanyak tersebut kadang menimbulkan stigma negatif dalam proses pembangunan yanag akan atau sedang dilaksanakan. Kata-kata negatif kadang
diperdengarkan ke masyarakat lainnya yang awalnya sangat mendukung pelaksanaan pembangunan desanya, sehingga mampu mempengaruhi masyarakat
lain untuk tidak ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Beberapa aparatur pemerintahan desa juga menyatakan bahwa selalu aja ada orang yang susah
menerima pendapat orang dan orang susah diatur sekalipun telah dicapai suara mufakat dalam sebuah penentuan prioritas pembangunan desa kedepannya.
Dalam menghadapi hambatan yang seperti ini, Bapak Misdi diharapkan mampu untuk meluruskan persepsi mereka yang salah mengenai jalannya
program-program pembangunan yang ada di Desa Selotong. Karena bagaimana
Universitas Sumatera Utara
pun juga pelaksanaan program-program pembangunan yang ada di desa akan mencapai hasil yang lebih baik dan memuaskan apabila smeua elemen yang ada di
desa tersebut ikut mendukung dan berpartisipasi. Pengertian yang baik harus diberikan bapak Misdi selaku kepala desa Selotong dengan melibatkan aparatur
desanya pula. b.
Kekecewaan terhadap Program yang Tidak Berjalan Pada saat berlangsungnya Musyawarah Rencana Pembangunan Desa
Musrenbandes dilakukan banyak sekali dijumpai dan didapatkan usulan yang bisa dijadikan program-program pembangunan desa. Diantara banyaknya usulan
dan ide yang diberikan dan kemudian diputuskan menjadi suatu program yang layak untuk dikerjakan, karena menjadi kebutuhan Desa Selotong. Namun, ada
kalanya program yang sudah diputuskan dan selalu masuk sebagai program pembangunan Desa Selotong selama beberapa tahun ini, tidak juga dilaksanakan
oleh pemerintahan desa. Hal ini menimbulkan rasa kecewa atas tidak dilaksanakan program tersebut.
Menurut penuturan Bapak Misdi selaku Kepala Desa Selotong, hal tersebut bisa terjadi karena sebelum adanya dana desa yang ditetapkan sebagai
peraturan baru dalam pembangunan desa, desa hanya mengharapkan usulan yang diajukan kepada puhak kabupaten untuk direalisasikan. Akibatnya dari hasil
Musrenbangdes yang dilakukan yang kemudian dibuat dalam bentuk Rencana Kerja Pembangunan Desa Selotong tidak dapat dilaksanakan semuanya. Hanya
usulan usulan yang dianggap genting dan sangat prioritaslah yang dapat dikabulkan menjadi program pembangunan desa. Diantara masyarakat yang ada di
desa Selotong sudah pasti ada yang dapat menerima hal tersbeut dan adapula yang
Universitas Sumatera Utara
tidak bisa menerima alasan tersebut. Karena memang semua masyarakat memiliki pendapatnya masing-masing dan penilaian tersendiri terhadap berlangsungnya
pembangunan di desanya. Hal itu menjadi salah satu alasan masyarakat untuk enggan berpartisipasi
akan pembangunan desa. Masyarakat memiliki stigma negatif, bahwa program yang ditawarkan tidak ditindaklanjutin dengan serius, dan mengakibatkan
kekewaan sehingga jarang mau berkontribusi kembali. Hal ini menjadi salah satu tantangan tersendiri untuk Kepala Desa dan aparaturnya untuk mengembalikan
kepercayaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan desa terlebih dengan adanya dana desa yang besar jumlahnya demi terwujudnya semua keinginan
masyarakat yang ada di Desa Selotong. c.
Hasil yang Tidak Memuaskan Masyarakat terkadang berada pada saat dimana mereka dihadapkan pada
kepuasan menerima hasil program pembangunan desa yang telah dilaksanakan. Ada bermacam-macam pendapat yang muncul jika ditanya tentang penilaian akan
kepuasan terhadap hasil pembangunan desa. Yang menjadi sorotan dan salah satu hambatan dalam pelaksanaan pembangunan desa berikutnya adalah ketidakpuasan
masyarakat terhadap pelaksanaan program-program pembangunan desanya. Mereka menganggap hasil dari pembangunan tidak sesuai dengan apa yang
mereka harapkan. Salah satu contoh dari hasil pembangunan yang btidak sesuai dengan harapan adalah seperti yang dijelaskan oleh salah satu Kepala Dusun Desa
Selotong yaitu Bapak Zainal bahwa ada proporsi jalan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Jalanan rapuh dan gampang berlobang. Hal ini menandakan
Universitas Sumatera Utara
infrastruktur tidak berkualitas. Masa pakai jalan yang baik hanya berkurun waktu sebentar, jauh dari perkiraan.
Pak Misdi sebagai kepala desa menjelaskan bahwa kekurangan material menjadi penghalang menciptakan kualitas infrastruktur yang baik. Kendati
demikian, telah di upayakan untuk menciptakan infrastruktur yang mumpuni dalam meningkatkan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan peningkatan
secara ekonomi, sosial dan lain-lain. Berupaya selalu secara optimal untuk menghasilkan suatu infrastruktur yang berkualias sudah dillakukan, dan Pak Misdi
menambahkan mengenai rasa pemeliharaan akan infrastruktur harus ditingkatkan dan ditanamkan. Hal-hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah
dalam menanggapi respon negatif masyarakat dalam enggannya ikut terlibat dalam melaksanakan pembangunan
desa Selotong khususnya bagian infrastrukturnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PENUTUP