Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Perberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Lembaga Penelitian FE-UI

Adisasmita, Raharjo. 2006. Pembangunan Pedesaan Dan Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Arikunto, Suarsini. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta

Arnstein, S. 1969, A Ladder of Citizen Participation, Vol. 35, No. 4

Budiman, Arif.1995.Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pusataka Utama

Daldjoeni, N. 2003. Geografi Kota dan Desa.Bandung:PT. Alumni

Eko, Sutoro. 2001. Reformasi Politik dan Pemberdayaan Masyarakat . Riau: Seminar Internasional Ke Dua

Fakih, M. 2001. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hetifah, SJ Sumarto. 2003. Inovasi, Partisipasi Dan Good Governance. Jakarta: Yayasan Obor

Juliantara, Dadang. 2004. Pembaruan Kabupaten Arah Realisais Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pustaka Jogja Mandiri

Kaho, Josef R. 1997. Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Khairuddin. 2000. Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Liberty

Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Penerbit Pembaruan

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nawawi, Handari. 1990. Administrasi Personel Untuk Meningkatkan Produktifitas Kerja. Jakarta :Haji Masagung.


(2)

Nawawi, Handari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press.

Ndraha, Taliziduhu. 1992. Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Oakley, Peter. 1995. People’s Participation In Development Projects: A Critical Review OfCurrent Theory And Practice. INTRAC

Purwoko, Herutjati. 2004. Desentralisasi dalam Perspektif Lokal. Salatiga: Pustaka Peruk

Rakhmat,J. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Randy, Riant. 2006. Managemen Pembangunan Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Sanoff, H. 2000.Community Participation Methods in Design and Planning.

Brisbane : John Wiley & Sons, Inc.

Santoso, Sastropoetro. 1998. Partisipasi, Komunikasi Dan Persuasi Dan Disiplin Dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1998. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Soetomo. 2012.Pembangunan Masyarakat: merangkai sebuah Kerangka, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta

Suroto. 1983. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Tenaga Kerja, Yogyakarta: Gajamadah University

Soetrisno, Lukman. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial :Berbagai

Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada Media

S, Wojowasito. 1997. Kamus Umum Lengkap. Bandung: Penerbit Pengarang Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Grassindo

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga


(3)

Tjokromidjojo, Bintoro.1976. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES

Tjokrowinoto, Moeljorto. 1996. Pembangunan: Dilema dan Tantangan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wahab, Solihin Abdul. 2002. Analisis Kebijakan Negara. Jakarta: Rhineka Cipta Widjaja, HAW. 2001. Otonomi Desa merupakan Otonomi Asli Bulat Dan Utuh.

Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sumber Jurnal

United Nation Development Programs.Primers in Gender and Democratic Governance.2007

Sumber Undang-Undang

Undang-undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 114 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Desa

Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 Tahun 2007 Tentang Sarana dan Prasarana Pendidikan Umum


(4)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Sejarah, Keadaan Geografis, dan Batas-batas Desa Selotong

Desa Selotong merupakan salah satu dari 16 desa di Kecamatan Secanggang yang dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Langkat. Desa ini sudah berdiri cukup lama. Nama Desa Selotong Berasal dari seseorang yang pertama tinggal di desa tersebut yaitu Sinotong. Banyaknya masyarakat yang menetap dan membuka lahan pertanian untuk dijadikan daerah perkampungan maka masyarakat bersepakat untuk memberikan nama Desa tersebut dengan sebutan Selotong yang di pimpin oleh Kepala desa pertama yang bernama Muhammad.

Luas wilayah Desa Selotong ± (kurang lebih) 6838 Ha, dengan luas pemukiman 486/480.000 ha/m2, luas persawahan 450/450.000 ha/m2, luas perkebunan 650/650.000 ha/m2, luas kuburan 1,5/15.000 ha/m2 luas perkarangan 12,5/48.600 ha/m2, luas perkantoran 2/20.000 ha/m2, dan luas prasarana umum lainnya 5/50.000 ha/m2. Desa Selotong memiliki jumlah penduduk sebanyak 4704 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 2436 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 2268 jiwa yang terbagi dalam 1274 KK dan mata pencaharian utama masyarakatnya yaitu Nelayan (50%), Petani (40%), lain-lain (10%).

Desa Selotong beriklim tropis dengan suhu rata-rata harian 27 ºC yang terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, kedua musim ini sangat dipengaruhi dua arah angin, terdiri dari angin laut yang membawa hujan dan angin darat dari pegunungan yang membawa udara panas dan lembab. Curah hujan yang menonjol di Desa Selotong pada umumnya sama seperti daerah di


(5)

daerah lain yaitu pada bulan September sampai dengan Desember. Desa Selotong adalah salah satu dari 16 desa yang ada di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara berada pada ketinggian ± (lebih kurang) 5 mdl di atas permukaan laut.

Secara Geografis batas-batas wilayah di Desa Selotong adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 : Batas-batas Wilayah Desa Selotong

No Batas Desa/ Kelurahan Kecamatan

1 Sebelah utara Jaring Halus Secanggang 2 Sebelah selatan Karang Gading Secanggang 3 Sebelah timur Secanggang Secanggang 4 Sebelah barat Desa Pantai gading Secanggang

Sumber :Hasil Penelitian 2016

3.2. Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Selotong saat ini bersumber dari profil desa Selotong tahun 2015 yaitu sebanyak 4.704 jiwa yang terdiri dari 2.436 jiwa laki-laki dan 2.268 jiwa perempuan. Dimana dari seluruh jumlah penduduk tersebut terdapat 1.274 Kepala Keluarga (KK).


(6)

3.2.1. Penduduk berdasarkan Etnis

Adapun Penduduk Desa Selotong terdiri dari beberapa etnis antara lain: Tabel 3.2 : Penduduk berdasarkan Etnis

No Etnis

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1 Aceh 40 0.8 %

2 Batak 33 0,7 %

3 Melayu 1.883 40 %

4 Nias 35 0,7 %

5 Minang 45 0.9 %

6 Jawa 1.921 40.8 %

7 Banjar 737 15.6 %

8 China 20 0,4 %

Jumlah 4.704 100 %

Sumber :Hasil Penelitian 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk desa selotong terdiri dari 8 etnis yaitu Aceh, Batak, Melayu, Nias, Minang, Jawa, Banjar dan China, dan yang menjadi mayoritas etnis penduduk desa selotong yaitu etnis Jawa dan etnis Melayu.

3.2.2. Penduduk Berdasarkan Agama

Di Desa Selotong selain mempunyai keanekaragaman suku dan budaya juga terdapat penganut agama dan kepercayaan yang berbeda, tetapi dalam perbedaan tersebut dijalin rasa persatuan dan kesatuan untuk saling menghormati


(7)

dan menghargai pemeluk agama lain. Berikut adalah tabel jumlah penduduk yang menganut berbagai kepercayaan di Desa Selotong :

Tabel 3.3 : Penduduk berdasarkan Agama

No Agama Jumlah

(Orang)

Persentase (%)

1 Islam 4.679 99.46 %

2 Kristen 5 0.11 %

3 Budha 20 0.43 %

Jumlah 4.704 100 %

Sumber :Hasil Penelitian 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 3 agama/ kepercayaan yang dianut oleh penduduk Desa Selotong, dimana agama yang dominan adalah penduduk yang beragama Islam lebih dari 99% sedangkan sisanya 1% beragama Kristen dan Budha.

3.2.3. Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 3.4 : Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1 Sekolah Dasar (SD) 772 22.2 %

2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 863 24.8 % 3 Sekolah Menengah Atas (SMA) 1.403 40.3 %

4 D-I 109 3.1 %

5 D-II 52 1.5 %

6 D-III 97 2.8 %

7 S-1 201 5.8 %

Jumlah 3.479 100%


(8)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Selotong yang memiliki jumalh dan persentase tertinggi adalah yang menamatkan pendidikannya pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat dengan jumlah 1.403 orang dengan persentase 40.3%. dapat kita lihat pula masih sangat besar jumlah penduduk yang hanya menamatkan pendidikannya pada jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama hal ini dapat pula menentukan kadar partisipasi mereka terhadap pelaksanaan program pembangunan yang ada di Desa Selotong. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir seseorang untuk berpartisipasi atau tidaknya orang tersebut dalam pembangunan yang ada di sekitarnya.

3.2.4. Penduduk berdasarkan Jenis Mata Pencaharian

Adapun mata pencaharian pokok penduduk di Desa Selotong Terdiri dari Tabel 3.5 : Penduduk berdasarkan Jenis Mata Pencaharian

No Jenis Pekerjaan Jumlah

(Orang)

Persentase (%)

1 Petani 1.102 34.34 %

2 Buruh Tani 900 28.05 %

3 Buruh Migran 250 7.79 %

4 Nelayan 465 14.49 %

5

Pegawai Negeri sipil 95 2.96 % 6 Pengerajin Industri Rumah Tangga 10 0.32 %

7 Pedagang Keliling 135 4.2 %

8 Peternak 245 7.63 %

9 Bidan Swasta 2 0.07 %

10 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 5 0.15 %

Jumlah 3.209 100 %


(9)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa yang menjadi mata pencaharian pokok masyarakat Desa Selotong yaitu Petani dan Nelayan, hal ini mengingat bahwa Desa Selotong memiliki potensi perairan dan pertanian yang tinggi. Sudah sepantasnya pemerintah desa juga membantu merumuskan dan mewujudkan program-program pembangunan Desa Selotong yang berkenaan dengan mata pencaharian dominan warga yang ada di Desa Selot

3.3. Perekonomian Masyarakat 3.3.1 Kesejahteraan Keluarga

Adapun tahapan kesejahteraan keluarga pada masyarakat Desa Selotong sebagai berikut :

Tabel 3.6 : Kesejahteraan Keluarga

1. Jumlah Keluarga prasejahtera 309 Keluarga 2. Jumlah Keluarga sejahtera 1 405 Keluarga 3. Jumlah Keluarga sejahtera 2 220 Keluarga 4. Jumlah Keluarga sejahtera 3 240 Keluarga 5. Jumlah Keluarga sejahtera 3 plus 100 Keluarga Jumlah Keluarga 1274 Keluarga

Berdasarkan tebel di atas dapat dilihat bahwa kesejahteraan keluarga masyarakat Desa Selotong rata-rata berada pada tahap Keluarga Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera 1. Keluarga Prasejahtera artinya keluarga yang belum dapat memenuhi 5 kebutuhan dasar seperti kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan dan agama. Sedangkan keluarga Sejahtera 1 adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal.


(10)

3.4. Sarana dan Prasarana Sosial Kemasyarakatan Desa Selotong

Sarana dan prasarana merupakan infrastruktur yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Fungsinya selain untuk mendukung kebutuhan hidup masyarakat juga sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 3.4.1 Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana dan Prasarana pendidikan yang ada di Desa Selotong dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3.7 : Sarana dan Prasarana Pendidikan

Nama Jumlah

TK 3

SD/Sederajat 2 SMP/Sederajat 1

Sumber :Hasil Penelitian 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana pendidikan di Desa Selotong belum lengkap, karena Desa Selotong belum mempunyai gedung sekolah SMA/Sederajat. Namun berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum, sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desa Selotong termasuk telah memenuhi standar karena dalam sebuah desa yang kurang dari 2000 orang maka hanya perlu satu Sekolah Dasar (SD), karena penduduk Desa Selotong yang jumlahnya di atas 4.000 orang maka Desa Selotong telah memiliki dua buah Sekolah dasar (SD). Dan peraturan untuk tingkat SMP dan SMA adalah dalam satu kecamatan hanya diwajibkan adanya satu sekolah SMP atau SMA sederajat. Desa Selotong telah memiliki satu buah SMP jadi


(11)

meskipun belum memiliki bangunan SMA sendiri Kecamatan Secanggang tempat Desa Selotong telah memiliki bangunan SMA jadi anak-anak yang hendak melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMA dari Desa Selotong dpaat bersekolah di SMA yang ada di Kecamatan Secanggang tersebut.

3.4.2. Prasarana Peribadatan

Prasarana peribadatan yang ada di Desa Selotong dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3.8 : Prasarana Peribadatan

No Rumah Ibadah Jumlah

1 Masjid 2 Buah

2 Langgar/ Surau / Mushola 6 Buah

Jumlah 8 Buah

Sumber :Hasil Penelitian 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa prasarana peribadatan yang ada di Desa Selotong hanya untuk masyarakat yang beragama muslim saja, sedangkan prasarana peribadatan untuk masyarakat yang beragama Kristen dan Budha belum tersedia. Hal ini disebabkan oleh minoritasnya kaum yang memeluk agama selain agama Islam, dari 100 % warga yang ada di Desa Selotong hanya ada kurang dari 1% warga yang memeluk agama selain agama Islam. Meskipun demikian seharusnya pemerintahan desa Selotong juga memfasilitasi prasarana ibadah kaum yang memeluk agaman di luar agama Islam sebagai bentuk saling mengjormati antar umat beragama. Hal ini juga dapat memicu kecemburuan sosial dan akan berdampak pada kurangnya partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan program pembangunan yang ada di Desa Selotong.


(12)

3.4.3. Prasarana Olahraga

Prasarana olahraga yang ada di Desa Selotong dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.9 : Prasarana Olahraga

No Jenis Lapangan Jumlah

1 Lapangan Sepak Bola 1 Buah

2 Lapangan Voli 2 Buah

Jumlah 3 Buah

Sumber :Hasil Penelitian 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Desa Selotong hanya memiliki prasarana olahraga lapangan sepakbola sebanyak 1 buah dan lapangang voli sebanyak 2 buah.

3.4.4. Prasarana Kesehatan

Prasarana kesehatan yang ada di Desa Selotong dapat dikatakan sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Desa Selotong, walaupun prasarana kesehatan yang ada masih perlu ditingkatkan keberadaannya. Prasarana kesehatan yang dimaksud dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.10 : Prasarana Kesehatan

No Jenis Jumlah

1 Puskesmas Pembantu 1 Buah 2 Poliklinik/ Balai Pengobatan 1 Buah

3 Posyandu 4 Buah

4 Toko Obat 1 Buah

Jumlah 7 Buah

Sumber :Hasil Penelitian 2016

Tetapi berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa di Desa Selotong belum terdapat prasarana rumah sakit, hal ini mengakibatkan jika ada masyarakat


(13)

yang menderita sakit parah harus dibawa keluar dari Desa Selotong atau dibawa ke rumah sakit terdekat dari Desa Selotong. Hal ini bisa saja membahayakan karena rumah sakit tersebut lumayan jauh jaraknya, jadi apabila ada warga yang mengidap penyakit parah dan butuh segera penanganan darurat akan memakan waktu yang lebih lama penanganannya disebabkan oleh jarak tersebut.

3.5. Pemerintah Desa Selotong

Dalam menjalankan kegiatannya, Desa memiliki organisasi yang menjalankan pemerintahan desa. Adapun Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan dibantu oleh Perangkat Desa yang terdiri dari Sekretaris Desa, pelaksana teknis, serta Pelaksana Kewilayahan. Berikut adalah struktur Pemerintah Desa Selotong :

Tabel 3.11 : Struktur Pemerintah Desa Selotong

No Nama Jabatan

1 Misdi, S.Ag KADES Selotong 2 Nurasiah, SH Sekertaris Desa 3 Musrajamin KAUR Pemerintahan

4 Legiman KAUR Pembangunan

5 Rukimin KAUR Kesejahteraan Rakyat

6 Indra, Amk KAUR Keuangan

7 Sunario KADUS I

8 Rahmat KADUS II

9 Abd. Aziz KADUS III

10 Hasanuddin KADUS IV

11 Sudar KADUS V

12 Timbal Waluyo KADUS VI 13 Amaruddinsyah KADUS VII

14 Wagianto KADUS VIII


(14)

3.6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Selotong 3.6.1. Visi dan misi

1. Visi

Menampung segala aspirasi masyarakat yang bersifat membangun demi terjwujudnya masyarakat yang adil, sehat, religius dan mandiri.

2. Misi

1) Menciptakan lingkungan masyarakat yang bersih 2) Mendukung program-program pemerintah

3) Melaksanakan realisasi program-program pemerintah 4) Mengembangkan SDM secara maksimal

5) Memperkuat swadaya dan gotong royong warga dalam meningkatkan pembangunan Desa

6) Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat

3.6.2. Arah Kebijakan Pembangunan Desa Selotong

Pembangunan Desa harus mengacu pada kepentingan dan pemberdayaan masyarakat, dalam merencanakan pembangunan perencanaan dari bawah. Demikian juga halnya dengan Desa Selotong, dengan berpedoman pada hasil musyawarah Musrenbang Desa/ Kelurahan yang dimulai dari tiap Dusun/Lingkungan sampai tingkat Desa/ Kelurahan yang pada kelanjutannya diprioritaskan di Tingkat Kecamatan yang disebut dengan Metode RPJM-Desa (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa), merupakan suatu kebijakan yang diambil berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat dengan BPD, LPMD, dan berbagai lapisan masyarakat.Pembangunan dan Kegiatan Pelayanan lainnya


(15)

diprioritaskan pada hal-hal yang lebih utama dan mendesak dibutuhkan oleh masyarakat.

3.6.3. Program Pembangunan Desa Selotong

Program pembangunan desa adalah program yang telah diusulkan oleh masyarakat Desa Selotong secara bersama-sama di dalam musrenbangdes untuk tahun 2013 s/d 2018.

Adapun program pembangunan Desa Selotong adalah sebagai berikut: 1. Dibidang Pemerintah

1) Melaksanakan pelatihan Administrasi Desa.

2) Melakukan pelatihan perangkat desa, LPMD, PKK, dll.

3) Memerintahkan kepada perangkat desa, LPMD, PKK,dan menyusun rencana kerja.

2. Dibidang Pembangunan

1) Menjalankan program yang telah ada seperti PNPM-MP, PSPP. 2) Mengusulkan pembangunan yang telah diusulkan masyarakat

3) Menginfetaris bangunan yang perlu untuk dibangun, diperbaiki, direhab, atau lainnya serta bangunan yang telah diselesaikan.

3.6.4. Strategi Pembangunan Desa Selotong

Dalam mencapai Program Pembangunan Desa Selotong agar dapat direalisasikan diperlukan peningkatan swadaya dan gotong royong serta peran aktif masyarakat, dan kerja sama yang baik antara Pemerintah Desa dengan masyarakat setempat sehingga dapat menarik perhatian pemerintah untuk dapat membantu mewujudkan Pembangunan Desa Selotong.


(16)

Pemerintah Desa Selotong juga akan menyusun strategi pembangunan ini sebagai berikut:

1. Mengiventarisasi semua bangunan yang dapat dibangun dengan swadaya murni masyarakat.

2. Mengiventarisasi bangunan yang dapat dibangun oleh Donatur atau penyumbang.

3. Menyusun Rencana Pembangunan yang dapat dibangun dengan dana APBD Desa termasuk ADD.

4. Mengusulkan Pembangunan melalui PNPM, atau P2SPP atau lainnya. 5. Mengusulkan Pembangunan APBD Kabupaten atau Provinsi.

6. Mengusulkan Program Pembangunan lainnya, yang di Programkan oleh Pemerintah.


(17)

3.7. Struktur Organisasi Desa 3.7.1. Struktur Pemerintahan Desa

3.7.2. Struktur Badan Permusyawaratan Desa

KEPALA DESA

SEKRETARIS DESA

KAUR KEUANGAN KAUR

KESEJAHTERAAN KAUR

PEMBANGUNAN KAUR

PEMERINTAHAN

KEPALA DUSUN

KETUA

SEKRETARIS

WAKIL KETUA


(18)

3.7.3. Struktur LPMD Desa Selotong

KETUA

KESEHATAN PENDUDUK & KB

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

AGAMA

SEKRETARIS

WAKIL KETUA

BENDAHARA

SEKSI-SEKSI

KAMTIBMAS

PKK

LINGKUNGAN HIDUP

USAHA KECIL DAN KOPERASI

PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN

KELAUTAN

KESEJAHTERAAN SOSIAL PEMUDA DAN


(19)

3.7.4. Struktur PKK Desa Selotong

KETUA

POKJA IV

POKJA III

POKJA II

POKJA I

SEKRETARIS

BENDAHARA

WAKIL KETUA

DEWAN

PENYANTUN


(20)

3.8. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Selotong

BPD Selotong merupakan wadah masyarakat yang mempunyai peranan sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Mereka berfungsi untuk membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa, menghimpun dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta mengawasi kinerja Kepala Desa. Susunan kepengurusan BPD Selotong terdiri dari Ketua BPD, Wakil Ketua BPD, Sekretaris BPD, serta Anggota BPD. Berikut adalah tabel dari struktur kepengurusan BPD Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Berikut adalah sruktur kepengurusan Badan Permusyawaratan Desa Selotong : Tabel 3.12 : Sruktur Kepengurusan Badan Permusyawaratan Desa Selotong

No Nama Jabatan

1 Birusdin, AN Ketua

2 Mat Siam Wakil Ketua

3 Ir. Kamaruddin Sekertaris

4 Sulaiman Anggota

5 Subardi, S.Pd Anggota

6 Saripuddin Anggota

7 Irwan Anggota


(21)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan dengan teknik wawancara dan observasi untuk dideskripsikan sebagai jawaban dari permasalahan yang sedang diteliti. Data yang diperoleh tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder.Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer. Adapun permasalahan utama yang akan disajikan dalam bab ini yaitu partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan Desa Selotong Kecamatan secanggang Kabupaten Langkat.

4.1. Pelaksanaan Wawancara

Pelaksanaan wawancara dilakukan di beberapa tempat di Desa Selotong Kecamatan Secangggang Kabupaten Langkat seperti Kantor kepala Desa Selotong dan rumah warga Desa Selotong. Wawancara ini dilakukan dengan aparatur pemerintahan Desa Selotong dan sebagian masyarakat yang dianggap memahami secara mendalam terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun key informan dari penelitian ini adalah Kepala Desa Selotong dan aparatur pemerintahan desa lainnya seperti Sekretaris desa dan Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD) serta beberapa masyarakat Desa Selotong sebagai informan utamanya.


(22)

Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan tipe wawancara terstruktur. Dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun disesuaikan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini. Namun dalam pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan penelitian.

4.2. Identitas Informan

4.2.1. Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Identitas informan penelitian yang dilakukan di Desa Selotong mengenai partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan desa ini jika dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dapat dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas laki-laki dan kelas perempuan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.1: Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin NO Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 14 73,68%

2 Perempuan 5 26,32%

Jumlah 19 100%

Sumber:Hasil Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keseluruhan informan berjumlah 19 orang, dimana informan berjenis kelamin laki-laki memiliki presentase lebih besar dibandingkan dengan informan berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan hampir seluruh aparatur pemerintahan yang ada di Desa Selotong yang merupakan informan kunci dari penelitian ini berjenis


(23)

kelamin laki-laki serta anggota masyarakat yang direkomendasikan oleh setiap kepala dusun juga mayoritas berjenis kelamin laki-laki.

4.2.2. Identitas Informan Berdasarkan Usia

Melihat adanya variasi usia dari informan penelitian ini, maka peneliti mengelompokkannya dalam 3 (tiga) kelas. Adapun ketiga kelas tersebut dapat terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 : Identitas Informan Berdasarkan Usia

NO Usia (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)

1 31-40 9 47,36 %

2 41-50 8 42,11 %

3 51-60 2 10,53 %

Jumlah 19 100%

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan tabel di atas dari keseluruhan informan yang berjumlah 19 orang, frekuensi informan terbesar ada pada informan dengan usia antara 31-40 tahun karena usia tersebut dianggap sebagai usia paling produktif untuk memberikan partisipasi terhadap pelaksanaan pembangunan yang ada di Desa Selotong meskipun jarak persentasenya hampir sama dengan informan yang memiliki usia antara 41-50 tahun.

4.2.3. Identitas Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Dalam penelitian ini penulis mengklasifikasikan identitas informan menjadi tiga (3) bagian yaitu jenjang pendidikanSekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat, Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat, dan Sarjana (S1). Secara lebih rinci terdapat dalam tabel berikut :


(24)

Tabel 4.3 : Identitas Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan NO Tingkat Pendidikan Jenjang Persentase (%)

1 SMP 2 10,52 %

2 SMA 12 63,16 %

3 Sarjana (S1) 5 26,32 %

Jumlah 19 100%

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan 2016

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa informan dengan jenjang pendidikan dengan presentase tertinggi adalah informan dengan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat dengan presentase sebesar 63,16%. Namun demikian apa pun jenjenag pendidikan informan tersebut tidak mengurangi kesempatan siapa pun untuk memberikan partisipasinya terhadap pelaksanaan program pembangunan di Desa Selotong.

4.2.4. Identitas Informan Berdasarkan Pekerjaan

Dalam penelitian ini peneliti mengklasifikasikan identitas informan berdasarkan pekerjaan menjadi beberapa bagian. Secara lebih rinci terdapat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 : Identitas Informan Berdasarkan Pekerjaan

No Nama Pekerjaan

1 Misdi, S.Ag Kepala Desa Selotong 2 Nurasiah, SH Sekertaris Desa

3 Cipto Pegawai Negeri Sipil

4 Legiman KAUR Pembangunan

5 Sunario Kepala Dusun I

6 Rahmat Kepala Dusun II

7 Abd. Aziz Kepala Dusun III 8 Hasanuddin Kepala Dusun IV


(25)

9 Sudar Kepala Dusun V 10 Timbal Waluyo Kepala Dusun VI 11 Amaruddinsyah Kepala Dusun VII 12 Wagianto Kepala Dusun VIII 13 Zainal Arifin Kepala Dusun IX

14 Birusdin Ketua BPD

15 Abdul Khoiruddin Guru Honorer

16 Ummi Ida Guru MDA

17 Dewi Guru MDA

18 Indri Ibu Rumah Tangga

19 Yusniar Petani

4.3. Hasil Wawancara

Metode wawancara yang dipilih oleh penulis adalah metode wawancara berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang diajukan. Namun, di dalam prosesnya tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.

4.3.1. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan di Desa Selotong

Partisipasi masyarakat merupakan suatu keterlibatan nyata masyarakat yang secara sadar ikut dalam melaksanakan suatu program yang sedang dijalankan. Secara spesifik dijelaskan bahwa partisipasi masyarakat tidak hanya berjalan pada pelaksanaan program semata namun ikut serta dalam perencanaan program hingga evaluasi dan pemeliharaan hasil program. Artinya, masyarakat mampu menumpahkan langsung segala tindakan, pemikiran, dan perkataan dalam kegiatan tersebut.


(26)

Seturut dengan penjelasan Isbandi (2007:27) bahwa keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, Pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, Pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi adalah suatu hal yang mutlak dilakukan untuk menjelaskan penilaian perihal keikutsertaan masyarakat tersebut.

Maka sehubungan dengan hal tersebut untuk mengetahui realita yang terjadi di Desa selotong, peneliti mengajukan pertanyaan “Secara umum bagaimana partisipasi masyarakat Desa Selotong terhadap pelaksanaan program pembangunan di desa ini?” Bapak Misdi S.Ag selaku Kepala Desa Selotong menjelaskan :

“...Secara umum partisipasi masyarakat yang ada di Desa Selotong ini tergolong baik, hampir semua kegiatan dan program yang diadakan oleh desa ditanggapi secara antusias oleh semua masyarakat desa dan hampir semua kalangan yang di Desa Selotong ini menyambut baik program-program pembangunan yang akan dilaksanakan”.

Sejalan dengan jawaban Kepala Desa Selotong tersebut, Bapak Khairuddin salah satu warga Desa Selotong juga mengemukakan jawabannya :

”...Partisipasi masyarakat di Desa ini termasuk cukup baik, apalagi beberapa tahun belakangan sejak diberlakukannya kebijakan pemerintah yang baru mengenai dana desa. Masyarakat sangat menyambut baik kebijakan tersebut dan sangat antusias untuk berpartisipasi membangun desanya menjadi lebih baik lagi.”


(27)

Dari dua jawaban informan di atas, terdapat kesamaan jawaban yang mengatakan bahwa pada umumnya partisipasi masyarakat Desa Selotong tergolong baik dalam pelaksanaan program pembangunan desanya.

Partisipasi masyarakat yang konon menjadi prasyarat dalam menjalankan pembangunan, khusus nya desa, kini menjadi salah satu syarat yang juga menjadi prinsip dalam menjalankan suatu program pembangunan. Sejalan dengan kepedulian terhadap ketata pemerintahan yang baik, maka perlunya diberlakukan

good governance dalam setiap kegiatan pemerintahan desa.

Benar adanya bahwa sekarang ini desa tidak bisa berharap pada bantuan dari pusat sebagai “amunisi” maupun rencana program pembangunan. Desa tidak bisa hanya menunggu bola yang akan diberikan namun desa juga harus mampu melakukan gerakan progresif untuk menggapai tujuan desa tersebut. Hal ini sesuai dengan penuturan Adisasmita bahwa desa harus mampu secara mandiri dengan memanfaatkan segala kemampuan internal dengan melibatkan segala komponen desa demi menciptakan tujuan desa.

Kemampuan desa secara mandiri yang tanpa harus mengharapkan secara penuh pengaruh dari luar desa, ternyata sangat memberikan efek positif lebih baik bagi pembangunan desa. Bermodalkan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan ternyata mampu menjawab segala kesulitan desa dalam perkembangannya. Mulai dari kekurangan hal paling krusial, yakni dana dapat ditanggulangi melalui peran serta masyarakat melakukan sumbangsih dana tersebut. Berdasarkan pendapat yang diberikan Oakley dan Davis, bahwa peran serta dalam pembangunan desa tidak hanya berpatokan pada dana, melainkan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaataan, hingga evaluasi yang


(28)

disalurkan dalam kontribusi nyata, berupa pemikiran, tenaga dan materi menghasilkan pembangunan yang jelas bagi perkembangan desa.

Untuk mewujudkan partisipasi masyarakat tersebut, maka diperlukan suatu hubungan yang harmonis antara masyarakat dengan pemerintah desa. Hal ini menjadi hal mutlak dimana 2 elemen tersebut harus memiliki visi dan misi yang sejalan dalam suatu ikatan kemitraan. Tanpa adanya hal tersebut, maka masyarakat akan enggan untuk terlibat serta dalam proses pembangunan desa. Untuk itu diperlukan sebuah jiwa kepemimpinan pemimpin desa yang partisipatif. Gary Yulk menjelaskan bahwa kepemimpinan partisipatif merupakan bentuk kepemimpinan yang dimana pengambilan keputusan dan pelaksanaan keputusan diambil dan dilkukan secara bersama dengan komunikasi dua arah dan mengikutsertakan orang lain dalam aplikasi program. Hal ini menjadi motivasi masyarakat untuk ikut mengambil bagian dalam pembangunan desa. Implikasi yang dirasakan adalah masyarakat dipercayakan juga dalam pengelolaan desa dan menciptakan suasana memiliki desa. Masyarakat dan pemerintah mampu bersinergi mewujudkan pembangunan desa yang partisipastif.

Hal ini berkaitan dengan cara Kepala Desa dalam meningkatkan partisipasi dari warganya, dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan “Bagaimana cara Bapak selaku Kepala Desa Selotong dalam meningkatkan partisipasi dari seluruh masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan yang ada di desa ini?” Bapak Misdi S.Ag pun mengutarakan jawabannya :

“...Sebenarnya ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, namun menurut saya cara yang paling efektif adalah dengan memberikan pengertian berupa sosialisasi kepada semua elemen


(29)

masyarakat akan arti pentingnya partisipasi dari semua masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan guna memajukan desa Selotong menjadi lebih baik lagi seperti yang di dambakan oleh semua pihak”.

Jawaban lainnya atas pertanyaan tersebut disampaikan oleh Bapak Zainal Arifin yang juga salah satu aparatur pemerintahan desa yaitu sebagai Kepala Dusun IX Desa Selotong :

“...Salah satu cara yang dapat dilakukan Kepala Desa Selotong dan aparatur pemerintahan desanya adalah dengan lebih menguatkan sektor ekonomi dalam penyusunan anggaran pembangunan, karena selama ini memang fokus pembangunan masih dalam hal pembangunan fisik saja. Hal ini dianggap penting karena masih lumayan banyak warga Desa Selotong yang lemah ekonominya”.

Dari kedua jawaban diatas terdapat sedikit perbedaan pendapat dimana Kepala Desa Selotong lebih memilih menggunakan cara sosialisasi dan memberikan penertian akan arti pentingnya partisipasi masyarakat desa sementara Bapak Zainal berpendapat sebaiknya lebih dilakukan penguatan pada sektor ekonimi dalam anggaran pembangunan desa.

Gambaran dari Pembangunan desa yang baik adalah pembangunan yang dibangun oleh masyarakat yang dapat menumbuhkan manfaat, rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat dalam mengelola, memelihara, dan menjaga baik setelah program pembangunan tersebut selesai, dan didalam pembangunan desa, partisipasi masyarakat yang harus ditingkatkan dalam pembangunan desa tersebut ada tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan tahap evaluasi (pengawasan).


(30)

1. Tahap Perencanaan Pembangunan

Tahapan dalam pembangunan desa dimulai dari tahap perencanaan atau biasa disebut dengan Musrenbang (Musyawarah Rencana Pembangunan). Pada tahapan ini partisipasi masyarakat sangatlah penting untuk mampu berfikir dan memberi pendapat dalam mencari masalah yang ada di desa. Masyarakat dituntut ikut dilibatkan dan turut andil di musrenbang dalam penetapan kebijakan pembangunan desa. Keterlibatan dalam hal ini merujuk pada apakah masyarakat ikut dilibatkan dalam proses penyusuna program-program pembangunan desa.

Sehubungan dengan tahapan pertama ini, penulis mengajukan pertanyaan kepada Bapak Misdi selaku Kepala Desa Selotong “ Apa kiat atau usaha yang Bapak lakukan untuk menghimpun partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan ini?”. Dan jawaban dari Bapak Misdi adalah :

“…Dalam perencanaan pembangunan, partisipasi masyarakat memang merupakan hal yang mutlak ada, karena tanpa partisipasi masyarakat, pembangunan itu tidak akan berjalan. Dan cara yang saya pilih untuk menghimpun partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan ini adalah dengan menampung keluh kesah mereka mengenai kekurangan-kekurangan dalam hal pembangunan yang ada di Desa Selotong ini. Dari semua aspirasi tersebut kemudian saya akan meminta pendapat dari setiap Kepala Dusun untuk memastikan keadaan di lapangan. Namun ada pula warga yang menyampaikan aspirasinya kepada Kepala dusun dimana dia tinggal dan kemudian Kepala dusun terkait menyampaikannya kepada saya. Masyarakat memiliki hak untuk menyampaikan semua saran yang mereka punya mulai dari hal kemiskinan, kesehatan, infrastruktur atau apapun yang menurut mereka perlu untuk


(31)

diperbaiki. Seluruh masukan yang diberikan oleh masyarkat akan disampaikan semua di Musrenbang desa ini, gak hanya itu masukan atau ide dari bagian lain juga diterima dan dikumpulkan seperti masukan dari para Tokoh Masyarakat. Lalu ditentukan masukan dan aspirasi mana yang akan dijadikan sebagai prioritas pembangunan. Setelah mendapat prioritas mana dari masukan masyarakat itulah yang akan dimasukkan dalam RKP (Rencana Kerja Pembangunan) Desa yang akan diagendakan di Musrenbang Kecamatan yang akan sangat menentukan alokasi dana desa untuk merealisasikan pembangunan desa”.

Dari penjelasan Kepala Desa Selotong tersebut dapat diketahui bahwa dalam proses perencanaan pembangunan partisipasi masyarakat dihimpun dengan cara menerima aspirasi dan masukan dari masyarakat tersebut melalui kepala dusun yang memimpin masing-masing dusun yang ada di Desa Selotong yang kemudian dihimpun menjadi satu untuk kemudian ditentukan skala prioritas realisasinya dan dimasukkan ke dalam Rencana Kerja Pembangunan Desa untuk dibawa ke Musrenbang Kecamatan.

Tidak terhenti pada masukan dan aspirasi masyarakat, selanjutnya saat diadakannya Musrenbang Desa pun kehadiran dari masyarakat dianggap sangat penting untuk mengetahui program pembangunan apa saja yang akan dilakukan di desanya. Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan kepada Kepala Dusun 1 Desa Selotong : “Pada saat berlangsungnya MusRenBang Desa siapa saja yang turut berpartisipasi? Dan Bapak Sunario selaku Kepala Dusun I Desa Selotong menyatakan :


(32)

“... Musrenbangdes tentunya dihadiri seluruh aparatur pemerintahan Desa Selotong juga termasuk elemen Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Kesejahteraan Masyarakat Desa (LKMD) juga dihadiri oleh hampir seluruh elemen masyarakat yang ada di Desa Selotong, setidaknya stiap dusun yang ada di Desa Selotong ini harus mengirimkan perwakilannya dalam acara tersebut. Musrenbangdes ini juga dihadiri oleh tokoh masyarakat Desa Selotong untuk dimintai pula saran dan masukan untuk pembangunan Desa Selotong ini.”

Jawaban Bapak Sunario tersebut sejalan dengan pernyataan salah satu warga Desa Selotong bernama Bapak Cipto yang peneliti ajukan pertanyaan yang hampir sama yakni : Apakah Bapak sebagai salah satu warga desa Selotong turut berpartisipasi dalam pelaksanaan Musrenbang Desa Selotong ini? Berikut adalah jawaban Bapak Cipto :

“… Setiap tahunnya saya selalu diundang pada acara Musrenbang yang diadakan desa dan saya selalu berusaha untuk datang pada acara tersebut. Acara Musrenbang tersebut biasanya dilakukan pukul 14.00 WIB dan biasanya saya telah menyelesaikan aktifitas pekerjaan saya pada jan segitu sehingga saya dapat menghadiri acara Musrenbang tersebut. Dalam setiap diadakannya Musrenbang desa saya selalu mengusahakan untuk memberikan ide-ide yang saya punya dalam hal pembangunan desa guna dapat ditindaklanjutioleh segenap aparatur desa ini.”

Dari kedua jawaban informan di atas, dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat terhadap pembangunan desanya tepatnya dalam proses perencanaannya tergolong baik karena baik aparatur pemerintah desa dan masyarakat yang ada di desa tersebut memiliki antusias yang besar dalam pelaksanaan Musrenbang desa dengan harapan hasil dari


(33)

Musrenbang Desa tersebut dapat diaplikasikan dengan sebaik-baiknya demi kemajuan desa Selotong.

2. Tahap Pelaksanaan Pembangunan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap pengaplikasian program-program pembangunan yang telah dipilih sesuai ranking atau prioritas yang paling dibutuhan pada masa ini. Pada tahap pelaksanaan dimana masyarakat juga diharapkan untuk ikut berpartisipasi pada saat pelaksanaan pembangunan, dimana adanya kerjasama antara kepala desa dengan masyarakat dalam proses pelaksanaan program pembangunan. Sehubungan dengan tahap pelaksanaan pembangunan, Ibu Nurasiah selaku sekretaris desa Selotong menjelaskan dalam wawancara pada tahap pelaksanaan pembangunan “Bagaimana partisipasi dari masyarakat dalam tahapan pelaksanaan program pembangunan di Desa Selotong ini?” Ibu Nurasiah menanggapi pertanyaan tersebut dengan jawaban:

“...Tahap pelaksanaan pembangunan ini merupakan lanjutan dari Musrenbang yang telah dilakukan di Desa. Hasil dari Musrenbang Desa akan dituangkan di dalam Rencana Kerja Pembangunan desa. Dan dari situ RKP akan dibawa ke musrenbang kecamatan untuk dimusyawarahkan kembali dan dapat ditentukan alokasi dana yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya. Dari situlah kita bisa memulai pengerjaan program pembangunan setelah dana turun ke desa. Setelah dana turun kita mulai membicarakan pelaksanaanya, mulai dari membeli material sampai pengerjaan hingga selesai. Dalam hal ini kita sangat membutuhkan bantuan masyarakat desa untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pengerjaan program tersebut. Masyarakat dengan keahlian pertukangan sangat membantu dalam hal pembangunan infrastruktur di desa, yaa sudah pasti kita juga


(34)

memberikan upah sesuai dengan pekerjaannya sebagai tukang bangunan ini.

Dari wawancara yang peneliti lakukan pada sekretaris desa yaitu Ibu Nurasiah, dapat dilihat bahwa masyarakat mau ikut berpastisipasi dalam pelaksanaan program pembangunan yang jika dilihat butuh tenaga dan waktu yang cukup lama dalam pengerjaannya. Pernyataan di atas disetujui oleh salah seorang kepala dusun di dusun V yaitu Bapak Sudar. Seperti pernyataan Bapak Sudar yang hampir sama dengan Ibu Nurasiah, beliau menyatakan :

“…ohh, dalam pelaksanaan program pembangunan di Desa Selotong ini, saya ikut berpartisipasi dalam pengerasan jalan. Karena saya merasa punya keahlian dalam bidang ini yaa saya juga merasa harus turut membantu, bagaimana pun juga ini untuk kepentingan kita di desa, selagi saya bisa membantu pasti saya lakukan. Tidak sulit menurut saya dalam pengerjaannya, karena material kan sudah disediakan oleh desa dan banyak juga masyarakat yang ikut bantu. Jadi Alhamdulillah bisa ringan jika dikerjakan bersama-sama.”

Dari kedua wawancara di atas, dapat dilihat masyarakat juga memberikan dukungan penuh dengan ikut berpartisipasi dalam pembangunan yang ada di desa. Mereka menunjukkan partisipasinya lewat tenaga sehingga bisa meringankan beban bersama.

3. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap dimana adanya pengawasan dari masyarakat terhadap program pembangunan di desa yang sedang berjalan. Kepala desa harus tetap mengajak masyarakat untuk ikut dalam bentuk


(35)

keikutsertaan menilai serta mengawasi kegiatan-kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan. Demikian juga mengawasi dan memahami pelaksanaan keputusan dan kebijakan yang telah diambil. Dalam hal ini peneliti menanyakan “Bagaimana partisipasi masyarakat dalam tahapan pengawasan atau evaluasi pembangunan di Desa Selotong ini?” Dalam wawancara yang dilakukan kepada Bapak Misdi selaku kepala desa, mengungkapkan :

“…Dalam tahapan evaluasi pembangunan ini, kita punya tim yaitu Tim Pengelola Kegiatan (TPK), jadi tim ini bertugas untuk mengelola semua tahapan pembangunan begitu pula pada tahap evaluasi. Selain dibantu dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), tim pengelola ini ada juga perwakilan dari masyarakat. Untuk masyarakat yang paham dan mempunyai keahlian dalam pembangunan pasti akan kita masukan ke tim pengelola kegiatan tersebut. Kalau masyarakat awam, paling kita hanya mensosialisasikan apa saja program yang sedang berjalan dan bagaimana proses maupun progresnya, dengan bantuan dari para gamot jadi masyarakat tetap mengetahu apa saja yang sedang terjadi di desa. Tapi untuk mengevaluasi langsung datang ke kita itu jarang sekali. Mungkin mereka menganggap semua sudah ditangani oleh BPD dan perangkat desa.”

Pernyataan serupa diungkapkan oleh Bapak Birusdin selaku Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) desa Selotong ;

“…kalau partisipasi langsung masyarakat dalam tahapan ini sepertinya kurang yaa. Kita sebagai BPD memang berfungsi sebagai pengawas pembangunan, jadi sebaik mungkin BPD dan perangkat desa mengawasi apa saja program yang sedang berjalan. Dan kita tetap mensosialisasikan pada masyarakat. Tetapi kita tetap mengharapkan semua masyarakat mau ikut serta dalam tahapan


(36)

evaluasi ini, kita ingin masyarakat ikut mengawasi pembangunan yang sedang berjalan. Sehingga hasil dari program pembangunan yang telah kita sepakati sesuai dengan kebutuhan semua masyarakat. Untuk kebijakan atau keputusan yang maujana dan perangkat desa ambil, kita mengharapkan masyarakat juga bisa memahami dan mengetahui hal iu.”

Dari hasil wawancara tersebut dapat kita lihat dan simpulkan, bahwa Desa Selotong juga menggunakan Tim Pengelola Kegiatan yang berfungsi sebagai pengelola dari semua tahapan pembangunan, begitu juga pada tahap evaluasi. Dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai badan yang bertugas untuk mengawasi jalannya program pembangunan melakukan tugasnya dengan baik. Namun, untuk partisipasi masyarakat desa dalam tahap evaluasi ini, sepertinya kurang baik seperti yang diutarakan oleh Bapak kepala desa dan ketua BPD, evaluasi sangat minim dilaksanakan oleh masyarakat. Namun demikian, pihak perangkat desa tetap berharap besar agar masyarakat mau ikut berpartisipasi dalam tahap evaluasi ini. Masyarakat memang dianggap kurang memahami dengan tahapan pengawasan ini, karena mereka memang kurang mengetahui konsep tentang pengawasan.


(37)

4.3.2. Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Selotong

Dalam penelitian, peneliti menemukan bentuk partisipasi masyarakat yang secara nyata ikut terlibat dan mengambil peran dalam pembangunan desa Selotong . Dalam hal ini, partisipasi masyarakat dilihat dari bentuk kontribusi masyarakat melalui pemikiran, tenaga, materi dan dana.

1. Pemikiran

Pemikiran merupakan suatu gagasan, ide, maupun solusi yang diberikan secara kasar dengan asumsi individu itu sendiri. Buah pemikiran sering dituangkan dalam menjawab masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembangunan desa Selotong. Dalam kegiatan ini, masyarakat diajak menuangkan gagasan, ide dan solusi yang mereka punya secara bebas dan terlibat dalam pembangunan Desa Selotong.

Dalam hal ini peneliti mengajukan pertanyaan “Bagaimana bentuk nyata dari partisipasi yang diberikan oleh masyarakat dalam bentuk pemikiran ini?” Pak Misdi selaku kepala desa Selotong mengatakan :

”....Kegiatan mencari solusi langsung dari masyarakat adalah suatu keharusan bagi desa ini. Saya selaku kepala desa membutuhkan saran-saran masyarakat dalam merencanakan apa yang akan dibangun. Hal tersebut diperuntukkan menciptakan efektivitas pembangunan. Artinya, kita tahu apa yang dibutuhkan masyarakat secara jelas dan masyarakat juga tau apa program kita kedepannya. Dalam hal ini semua kita bahas secara terang-terangan, secara teknis dan pelaksanaan nanti mengenai program in. Biasanya masyarakat dalam berpartisipasi dengan pemikiran ini bisa langsung menemui saya untuk menceritakan pemikiran mereka mengenai pembangunan


(38)

desa dan bisa juga lewat kepala dusun dimana warga tersebut berdomisili untuk selanjutnya ditindaklanjuti bersama”

Sejalan dengan pernyataan Bapak Misdi, Pak Amaruddinsyah (kadus 7) juga menuturkan pendapat yang hampir sama saat diberikan pertanyaan yang sama yakni :

“....Kegiatan memberikan aspirasi atau pemikiran ini dapat dilakukan dengan banyak cara salah satunya adalah dengan mengadakan rapat rutin. Untuk setiap kegiatan rapat, masyarakat selalu ikut mengambil bagian mereka dan menawarkan ide mereka. Apabila mereka tidak dapat hadir dalam rapat, maka saya menjadi penyalur aspirasi mereka khususnya dusun 7, begitu juga yang lainnya. Khususnya warga saya, selama beberapa tahun ini sudah menjabat sebagai kadus 7, warga saya senang untuk berbincang mengenai keluh kesah mereka”

Dari dua jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat cukup antusias dan aktif dalam memberikan aspirasi dan pemikirannya mengenai pembangunan yang ada di Desa Selotong. Pemikiran atau aspirasi tersebut dapat disampaikan langsung kepada Bapak Misdi selaku kepala desa maupun melalui kepala dusun yang ada di Desa Selotong agar kemudian ditindaklanjuti bersama demi mewujudkan Desa Selotong menjadi lebih baik lagi.

Bapak Abdul Khoiruddin juga mengemukakan pendapatnya berkenaan dengan partisipasi dalam bentuk pemikiran ini saat peneliti bertanya “Apakah Bapak selaku warga Desa Selotong ini pernah memberikan sumbangsih partisipasi dalam bentuk pemikiran?


(39)

“....Jika ditanya pernah atau tidak tentu saja pernah ya, karena bagaimana pun itu kan demi kebaikan bersama juga sebagai warga desa yang baik. Selain itu saya menganggap bahwa memang lebih banyak mengetahui permasalahan di desa itu ya masyarakat yang tinggal di Desa tersebut jadi sudah sepantasnya aparatur pemerintahan setempat menanyakan pemikiran dan aspirasi dari setiap perwakilan warga dari setiap dusunnya.”

2. Tenaga

Pada kegiatan sumbangsih tenaga, masyarakat mampu dikatakan bersemangat dan suka dalam melaksanakan pembangunan desa. Sumbangsih tenanga bertolak pada pelaksanaan program yang telah direncanakan sebelumnya. Kegiatan demi kegiatan pembangunan dilakukan dengan bersama-sama masyarakat. Sumbangsih tenanga oleh masyarakat adalah hal yang sama pentingnya, karena mampu menciptakan efektivitas dan efisiensi.

Pak Misdi mengemukakan jawabannya berkenaan dengan pertanyaan yang peneliti ajukan “Bagaimana bentuk nyata dari partisipasi yang diberikan oleh masyarakat Desa Selotong ini dalam hal tenaga?” Bapak Misdi pun mengatakan :

“.... Sumbangsih tenaga ini adalah bentuk partisipasi masyarakat yang paling banyak mendapat perhatian dari warga saya rasa, karena apabila sebuah program atau kegiatan dilakukan oleh banyak orang dengan prinsip gotong royong maka hasilnya akan semakin maksimal. Dalam hal ini masyarakat diajak untuk ikut dalam proses pembangunan. Misalnya, perbaikan dan pengerasan jalan dusun I – dusun IV. Untuk melaksanakan hal tersebut bukan lah hal yang mudah dengan hanya memanggil pekerja dari luar. Uang tidak


(40)

mencukupi. Maka dari itu, pemerintah dan masyarakat desa sama-sama memikul beban yang sama-sama terlebih lagi warga-warga yang memiliki keterampilan lebih dalam hal tersebut akan kita kerahkan agar hasil dari pembangunan pun bisa semakin baik dan sesuai dengan harapan”

Kolaborasi antara pemerintah desa dan masyarakat sangat lah penting. Menciptakan suasana efektif dan efisien, maka perlu tenaga yang diberikan masyarakat. Masyarakat bergerak bersama-sama melaksanakan hal tersebut. Masyarakat bekerja sama melakukan perbaikan jalan dari jam 08:00-17:00. Kadang mereka melakukan lembur kerja demi mempercepat proses pembangunan desa tersebut.

Pak Abdul Aziz selaku Kepala Dusun 3 juga menjelaskan jawabannya atas pertanyaan yang sama seperti yang peneliti ajukan kepada Bapak Misdi , dan Bapak Abdul Aziz mengatakan:

“...Semua kan disini keluarga. Kalau sudah sama-sama dimulai (direncanakan) maka sama-sama dikerjakan. Tanggapan tentang sumbangsih tenanga dari masyarakat dalam melaksanakan program pembangunan dapat dikatakan senang dan bersemangat. Mereka mau membantu. Artinya, kalau kita yang kerjakan pasti hasilnya dapat kita perkirakan. Kalau menghemat pasti akan dilakukan dan paling penting adalah cepat siapnya program tersebut adalah hal baik. Semakin cepat pembangunan kan semakin bagus.”

Dari pernyataan Bapak Misdi dan Bapak Abdul Aziz selaku Kepala Dusun 3 dapat disimpulkan bahwa tidak hanya dalam aspek pemikiran masyarakat aktif dalam berpartisipasi akan tetapi juga dalam aspek tenaga. Masyarakat dan aparatur pemerintah desa secara keseluruhan memiliki


(41)

misi yang sama untuk melancarkan semua program pembangunan yang dilakukan di Desa Selotong. Dan pelaksanaan program pembangunan itu pun dilakukan dengan asas gotong royong dan kebersamaan.

Pernyataan Bapak Misdi dan Bapak Abdul Aziz tersebut juga senada dengan pernyataan Ibu Dewi yang merupakan salah satu warga Desa Selotong yang peneliti ajukan pertanyaan “Partisipasi seperti apa yang dapat ibu berikan berkenaan dengan pembangunan desa yang saat ini dilakukan?” dan seperti ini lah jawaban dari Ibu Dewi :

“....Saya selaku warga Desa Selotong akan memberikan sumbangsih tenaga saya jika dibutuhkan dalam kegiatan apa pun itu. Karena bagaimanapun semua itu demi kebaikan desa kita bersama juga. Jika ditanya partisipasi apa, saya sebagai wanita atau ibu ibu ya paling cuma bisa bantu tenaga menyediakan makanan untuk orang yang sedang bekerja atau bergotong royong dalam pembangunan Desa.”

Pendapat Ibu Dewi di atas menguatkan pendapat dua informan sebelumnya bahwa baik kaum laki-laki maupun kaum wanita yang ada di Desa Selotong bekerja sama dalam berpartisipasi di Desa Selotong berkenaan dengan pembangunan yang dilakukan. Dan partisipasi yang dilakukan juga sesuai dengan porsinya masing-masing dimana kaum lelaki umumnya mengerjakan pembangunannya misalnya pengerasan jalan dan lain lain sementara kaum wanita menyediakan makanan untuk para kaum lelaki yang bekerja.


(42)

3. Materi

Salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat berbentuk materi. Dalam hal materi ini, dikatakan bukan suatu modal dana namun bersifat konkret. Pemenuhan kebutuhan materi dalam pelaksanaan pembangunan adalah sarana dan prasarana yang berasal dari masyarakat desa sendiri. Dalam pelaksanaannya, pembangunan diperlukan sokongan materi atau alat-alat bangunan. Dalam hal ini alat-alat tersebut, sebelum dilakukan pembelian, maka akan diberikan kesempatan bagi masyarakat untuk secara sukarela memberikan sarana-prasarana demi menciptakan pembangunan desa.

Dalam hal ini peneliti mengajukan pertanyaan kepada Bapak Misdi selaku kepala desa Selotong “Bagaimana bentuk nyata dari partisipasi yang diberikan oleh masyarakat dari aspek materi?” Pak Misdi mengatakan :

“....Partisipasi masyarakat dalam sumbangsih materi ini juga sering dilakukan masyarakat. Mulai pemberian alat-alat bangunan, sarana transportasi (kereta atau mobil pick-up), hingga makanan pun mau diberikan masyarakat. Pokoknya, kalau mereka tidak bisa memberikan bantuan dana, mereka akan memberikan apa yang bisa mereka berikan. Pokoknya, mereka yang pasti mengambil bagian dalam pembangunan desa kita ini.”

Dari jawaban Bapak Misdi tersebut dapat dikatakan bukan menjadi halangan bagi mereka untuk tidak bisa berpartisipasi pada kegiatan sebelumnya, baik pemikiran dan tenaga. Namun, pada mereka yang tidak berkesempatan sebelumnya, mereka mampu memberikan bantuan materi


(43)

dan kegiatan ini juga dijalankan secara baik dan bersemangat. Mungkin karena kendala pekerjaan tetap diluar desa, waktu ataupun kadang bagi kaum perempuan yang tidak melakukan pekerjaan berat, mereka kerap berpartisipasi dalam pengadaan makanan demi memberikan makanan bagi masyarakat desa yang sedang bekerja.

Selain itu, partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa dari aspek materi ini juga dapat ditunjukkan dengan cara lain seperti hasil petikan wawancara peneliti dengan Bapak Hasanuddin selaku Kepala Dusun 4 Desa Selotong :

“... Dalam aspek materi, selain penyediaan sarana dan prasarana pembangunan yang diusahakan oleh masyarakat, ada pula beberapa warga yang merelakan sebagian wilayah tanah yang dimilikinya diberikan untuk dilakukan pelebaran jalan. Pelebaran jalan ini dimaksudkan untuk mempermudah akses ke daerah aau wilayah yanag ada di dalamnya. Tentu kami sebagai aparatur desa sangat senang terhadap sikap cooperatif dari warga kami tersebut”

Dari jawaban Bapak Hasanuddin tersebutterlihat jelas bahwa sebagian besar dari warga Desa Selotong sangat antusias dalam pelaksanaan pembangunan yang ada di desanya. Bukan karena sikap berlebihan dari masyarakat namun keinginan kuat untuk membangun desa tersebut sehingga secara sukarela masyarakat tersebut mampu memberikan tanah menjadi sarana publik . Kesadaran beberapa masyarakat dalam menciptakan pembangunan adalah sesuatu yang paling dibanggakan. Kepemilikan pribadi akan dikorbankan untuk kepentingan bersama demi menciptakan Desa Selotong yang sejahtera.


(44)

4. Dana

Dana merupakan bagian dari anggaran. Anggaran menjadi alat ukuran mengenai biaya yang harus ditanggung untuk mensukseskan kegiatan tersebut. Dalam pembangunan, dana tidak bisa dipisahkan apalagi diabaikan. Dalam segmentasi pembangunan desa, kegiatan harus berdasarkan uang yang ada. Karena pembangunan memerlukan biaya material atau bahan baku tertentu yang harus diperoleh orang lain. Dana juga disebutkan menjadi penghalang terbesar desa dalam melaksanakan pembangunan mereka. Apalagi dana yang dianggarkan selalu tidak sesuai dengan dana yang diperoleh dari bantuan pusat. Kegelisahan mengenai dana ini ternyata bukan menjadi penghalang bagi Desa Selotong untuk membangun desa mereka.

Dalam aspek dana atau keuangan ini peneliti mengajukan pertanyaan yang sama dengan tiga aspek sebelumnya “Bagaimana partisipasi yang diberikan oleh masyarakat di Desa Selotong ini dalam aspek dana?” Pak Misdi menjawab :

“.... Masalah dana adalah masalah yang sangat krusial menurut saya, karena tanpa adanya dana maka pembangunan tidak akan dapat berjalan. Dan tanpa adanya dana pula keberadaan ketiga aspek lain seperti aspek pemikiran, tenaga dan materi juga tidak akan ada artinya. Selama ini pembangunan desa hanya bertumpu pada usulan yang diajukan kepada pihak kabupaten. Dan hal tersebut jualah yang dialami oleh banyaknya desa di Kabupaten Langkat ini. Dengan banyaknya desa yang ada di kabupaten langkat dan semuanya mengharapkan hal yang sama untuk dipenuhi maka dilakukan pemilihan prioritas-prioritas tertentu dengan berbagai pertimbangan


(45)

tentunya. Jadi tidak bisa terlalu berharap dengan usulan tersebut. Ada 240 desa tambah kelurahan yg ada. Sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Langkat saja 70 % nya sudah digunakan untuk keperluan gaji pegawai . Hanya sekian persenlah yang dapat dialokasikan buat pembangunan jadi akan sangat sulit memenuhi semua usulan desa yang ada. Jadi pembangunan baru bisa dimaksimalkan sejak adanya dana desa sesuai dengan amanat undangundang mengenai desa yang terbaru. Namun demikian jika dikaitkan dengan partisipasi masyarakatnya mengenai dana ini, jika ada suatu kegiatan yang akan dilaksanakan dan kekurangan dana, maka warga dan segenap masyarakat Desa Selotong akan mengumpulkan dana secara sukarela melalui organisasi Remaja Mesjid arahan dari Bapak Abdul Khoiruddin.”

Dari jawaban Bapak Misdi di atas dapatlah disimpulkan bahwasannya umunya partisipasi masyarakat dalam aspek dana ini pun sudah cukup baik. Hal tersebut dibuktikan dengan kontribusi untuk mengumpulkan dana secara sukarela apabila dalam suatu rencana pelaksanaa kegiatan tertentu di desa mendapatkan kendala kekurangan dana. Jadi di tengah terbatasnya dana yang dapat dialokasikam untuk pembangunan masih dapat diatasi dengan partisipasi dari masyarakat desa dengan sumbangan sukarelanya.

4.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa Selotong

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa selotong yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat yang meliputi:

1. Faktor Pendorong

Melakukan stimulasi pada masyarakat untuk melakukan partisipasi bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh Pak Misdi selaku Kepala Desa


(46)

Selotong. Mengajak masyarakat untuk peduli terhadap pembangunan desa adalah pekerjaan yang sulit. Desa bukan seperti kota yang bisa dengan mudah memberikan sanksi hukum. Namun, dalam melaksanakan pembangunan harus didasari akan rasa gotong royong dan kerja sama.

Dalam hal ini peneliti mengajukan pertanyaan kepada Bapak Misdi, “Apa yang Bapak fikirkan mengenai partisipasi masyarakat di desa ini? Dan Bapak Misdi pun menjelaskan jawabannya :

“Meskipun saya baru tiga tahun memimpin desa ini, saya merasa bertanggungjawab atas maju dan mundurnya desa ini dan diberikan kepercayaan sebagai pemimpin desa itu adalah suatu kehormatan bagi saya. Hal pertama menjalankan pemerintahan Desa Selotong ini yang terbesit dalam pikiran saya sewaktu saya dilantik adalah melakukan kerjasama dengan masyarakat. Karena dengan kerjasama yang baik dengan masyarakat, maka partisipasi masyarakat pun akan dengan mudah ditimbulkan. Saya tidak berpikir mampu bekerja sendiri, karena tidak punya sumber daya yang cukup. Untuk hal tersebut lah, saya selalu mencari akal untuk mampu meningkatkan rasa kerjasama saya sebagai kepala desa dengan masyarakat desa. Tanpa mereka Desa Selotong tidak bisa berkembang”.

Dari jawaban Bapak Misdi selaku kepala Desa Selotong diatas dapat disimpulkan bahwa bapak Misdi selalu ingin bersama-sama dengan warga yang dipimpinnya untuk memajukan Desa Selotong. Beliau menganggap apalah arti adanya dirinya sebagai seorang Kepala Desa Selotong apabila tidak ada kerja sama yang baik dengan warganya. Beliau menaruh harapan yang besar bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa akan selalu meningkat dari waktu ke waktu.


(47)

Tentang kepribadian bapak Misdi yang dihubungkan dengan caranya menghimpun partisipasi dari masyarakat, maka peneliti mengajukan pertanyaan kepada salah satu warga Desa Selotong yaitu Ibu Ida. Dan pertanyaannya adalah “Bagaimana menurut ibu tentang Kepala Desa Selotong yang saat ini memimpin? Dan bagaimana cara yang dilakukan oleh Bapak Misdi untik menghimpun partisipasi dari masyarakat desa ini?” dan jawaban dari Ibu Ida salah seorang masyarakat Desa Selotong adalah :

“... Penilaian saya mengenai Bapak Misdi selaku Kepala Desa Selotong, Pak Misdi itu orangnya ramah, sewaktu kerja atau datang ke rumah beliau,beliau sangat baik dalam melayani kami. Jika ketemu dijalan, beliau kerap menyapa hingga singgah untuk mengobrol. Jika ada kegiatan desa yang akan dilakukan, beliau kerap turut dalam mengajak semua orang. Nanti ada yang ditelponnya, kemudian ada yang jumpa dijalan diajaknya. Tidak peduli siapapun itu, anak-anak juga beliau ajak dalam kegiatan tersebut. Pak Misdi terkadang juga mau itu ikut kerja perbaikin jalan”.

Dari jawaban Ibu Ida di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian dari warga Desa Selotong menganggap bahwa kepribadian dari Kepala Desa yang memimpin mereka juga merupakan salah satu hal yang bisa membangkitkan niat untuk turut berpartisipasi dalam pelaksanaan program pembangunan desa. Mereka memiliki anggapan bahwa warga akan mengikuti apa yang dilakukan oleh pemimpinnya. Dengan kepemimpinan beliau, partisipasi masyarakat timbul dengan kesukaan mereka diajak untuk sama-sama menyelenggarakan pembangunan desa.


(48)

2. Faktor Penghambat

Untuk menciptakan pembangunan Desa Selotong seperti yang diharapkan dengan segala sarana dan prasarana yang ada di Desa tersebut, diperlukan partisipasi masyarakat dari seluruh elemennya. Keberadaan partisipasi masyarakat adalah sebuah keharusan dalam tindakan nyata dalam pembangunan.

Namun, dibalik segala usaha dan pencapaian keberhasilan, ditemukan juga bahwa ada hambatan dan tantangan yang harus dihadapi dalam menciptakan suasana partisipatif dalam membangun desa, antara lain:

1) Persepsi Masyarakat Yang Negatif

Dalam setiap pekerjaan, akan selalu ditemukan persepsi masyarakat yang negatif akan pembangunan yang sedang dilakukan atau sedang berjalan. Walaupun kadang keputusan diambil secara bersama, namun itu bisa saja hasil dari putusan kesepakatan suara terbanyak. Akibatnya, suara oposisi dari suara terbanyak tersebut kadang menimbulkan stigma negatif dalam proses pembangunan. Kata-kata negatif kadang diperdengarkan ke masyarakat lainnya, sehingga mampu mempengaruhi masyarakat lain untuk tidak ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Dalam hal ini peneliti mengajukan pertanyaan kepada Bapak Misdi selaku Kepala Desa Selotong “ Apakah semua kalangan yang ada di desa ini ikut dalam berpartisipasi dalam pelaksanaan program pembangunan desanya? Dan inilah jawaban dari Bapak Misdi selaku Kepala Desa Selotong :


(49)

“.... Meskipun pada umumnya kadar partisipasi masyarakat yang ada di desa ini baik, namun belum semua kalangan di Desa ini turut berpartisipasi dalam proses pembangunan desanya. Salah satu alasan mereka adalah prioritas dalam pembanguinan desa tidak menyentuh semua kalangan, yang intinya usulan mereka akan pembangunan desa itu belum diterima karena belum bisa dijadikan prioritas dalam pembangunan desa. Selalu aja ada orang yang susah menerima pendapat orang dan orang susah diatur. Saya selaku kepala desa tetap menghormati apa pun pendapat dari warga sekalipun dia belum mau berpartisipasi aktif dalam pembangunan desa disebabkan oleh berbagai macam alasan-alasan tersebut.”

Dari jawaban Bapak Misdi di atas, dapat disimpulkan bahwa ada sebagian dari anggota masyarakat yang belum aktif dalam berpartisipasi terhadap pembangunan yang ada di Desa Selotong. Hal tersebut diakibatkan oleh pendapat atau usulan mereka dalam pembangunan desa khususnya yang ada di tempat mereka berdomisili belum dapat dijadikan prioritas pembangunan desa. Jadi mereka menganggap bahwa hal tersebut merupakan sebuah ketidakadilan yang dilakukan aparatus pemerintahan desa.

2) Kekecewaan Terhadap Program yang Tidak Berjalan

Banyak dari warga yang memberikan ide dan diputuskan menjadi suatu program yang layak untuk dikerjakan, karena menjadi kebutuhan desa Selotong. Namun, ada kalanya program yang sudah diputuskan dan selalu masuk sebagai program pembangunan Desa Selotong selama beberapa tahun ini, tidak juga dilaksanakan oleh pemerintahan desa. Hal ini menimbulkan rasa kecewa atas tidak dilaksanakan program tersebut.


(50)

Dalam hal ini peneliti mengajukan pertanyaan kepada Bapak Misdi selaku kepala desa “Apa yang membuat masyarakat kurang berpartisipasi dalam pembangunan Desa Selotong ini?” dan inilah jawaban dari bapak Misdi :

“... Salah satu hal yang membuat kurangnya partisipasi masarakat dalam pembangunan Desa Selotong adalah adanya rasa kecewa terhadap pelaksanaan pembangunan yang dilakukan. Karena adanya sebagian dari perencanaan pembangunan desa yang telah disepakati bersama tapi tidak kunjung dilakukan. Kekecewaan ini nampak sekali sebelum adanya dana desa seperti sekarang karena memang dana sangar terbatas. Karena dana desa inilah perlahan kekecewaan dari masyarakat tersebut dapat dipulihkan dengan diadakannya pembangunan ke arah yang lebih baik dari segala aspek sedikit demi sedikit.”

Dari jawaban Bapak Misdi di atas, dapat diketahui bahwa hal itu menjadi salah satu alasan masyarakat untuk enggan berpartisipasi akan pembangunan desa. Masyarakat memiliki stigma negatif, bahwa program yang ditawarkan tidak ditindaklanjutin dengan serius, dan mengakibatkan kekewaan sehingga jarang mau berkontribusi kembali. 3) Hasil yang Tidak Memuaskan

Pada hambatan ini, masyarakat dihadapkan terhadap kepuasan menerima hasil program pembangunan mereka. Hal yang kadang mereka bisa rasakan adalah kualitas pembangunan yang tidak sesuai harapan.

Dalam hal ini peneliti mengajukan pertanyaan kepada Kepala Dusun IX desa Selotong yakni bapak Zainal “ Apa yang membuat


(51)

warga Desa Selotong ini kurang berpartisipasi dalam pelaksanaan program pembangunan desa?” dan Bapak Zainal pun mengatakan :

“.... Kurangnya partisipasi warga di Desa ini dapat saja disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah ada proporsi jalan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Jalanan rapuh dan gampang berlobang. Hal ini menandakan infrastruktur pembangunan tidak berkualitas. Masa pakai jalan yang baik hanya berkurun waktu sebentar, jauh dari perkiraan. Padahal anggapan masyarakat itu jika jalan sudah dibangun mereka mengharapkan ya dapat dipakai selama mungkin jadi begitu ada kejadian kerusakan ya warga tentu saja kecewa tanpa memikitkan penyebab pasti hal tersebut.”

Dari penuturan Bapak Zainal di atas dapat diketahui bahwa sekalipun pernah dilakukan pembangunan di Desa Selotong, akan tetapi pembangunan tersebut belum membuat puas dan senang warga desa Selotong. Salah satunya karena kualitas pembangunan yang belum maksimal dan tidak sesuai dengan harapan warga desa. Dari pengalaman pembangunan yang tidak sesuai harapan itulah kemudian membuat masyarakat semakin enggan berpartisipasi dalam pembangunan karena semakin kuatnya stigma negatif mereka akan hasil yang akan dicapai nanti. Meskipun demikian hal-hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam menanggapi respon negatif masyarakat dalam enggannya ikut terlibat dalam melaksanakan pembangunan desa Selotong.


(52)

BAB V ANALISA DATA

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode deskriptif, yaitu setiap data-data dan fakta yang diperoleh selama penelitian di lapangan dideskriptifkan atau digambarkan sebagaimana adanya yang diiringi dengan penafsiran dan analisis yang rasional. Untuk itu analisa data dalam penelitian ini adalah menggambarkan dan menjelaskan variabel-variabel yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan yang ada di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

Melalui penyajian data yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di Desa Selotong, baik dengan melakukan wawancara dengan Kepala Desa, peneliti juga melakukan wawancara dengan Sekretaris Desa dan aparatur desa lainnya seperti para Kepala Dusun dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ,dan tak lupa juga peneliti melakukan wawancara dengan masyarakat, serta melakukan studi kepustakaan. Maka akan dilakukan analisa terhadap setiap data-data dan fakta-fakta yang telah didapat melalui interpretasi dan penguraian masalah-masalah yang terjadi.

5.1. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan di Desa Selotong

Menurut Adisasmita, (2006:38) Partisipasi masyarakat dapat didefenisikan sebagai keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program pembangunan. Adisasmita juga mengatakan peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat ( social empowerment ) secara aktif yang berorentasi pada pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan


(53)

dalam masyarakat pedesaan.Partisipasi mengandung arti prakarsa, peran aktif dan keterlibatan semua pelaku pembangunan termasuk penyedia dan penerima pelayanan, serta lingkungan sosial dalam pengambilan keputusan hingga pemanfaataan dan pemantauan pelaksanaan guna meningkatkan kesejahteraan desa. Kegiatan membawa serta masyarakat dalam pembangunan desa merupakan aksi langsung untuk pemberdayaan masyarakat desa itu sendiri.

Kegiatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan meliputi identifikasi potensi, permasalahan yang dihadapi masyarakat, penyusunan program-program pembangunan yang benar-benar dibutuhkan masyarakat lokal, implementasi program pembangunan dan pengawasan. Karena masyarakat merupakan pihak yang paling mengetahui potensi dan kondisi pembanguna di desa.Partisipasi masyarakat desa merupakan gebrakan pembangunan bagi pedesaan dimana masyarakat desa memiliki kesadaran dan kemauan penuh dengan memberikan kontribusi aktif secara swadaya membangun desa. Pembangunan desa harus dipelopori oleh elemen masyarakat desa untuk menciptakan keselarasan diantara setiap elemen pembangunan desa.

Keterlibatan masyarakat desa berarti masyarakat desa berperan aktif untuk ikut dalam pengelolaan desa baik kegiatan perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi sehingga masyarakat mampu memberikan sumbangsih pemikiran, tenaga, hingga materi sekalipun yang difokuskan pada terciptanya pemenuhan kebutuhan optimal, sehingga hasil pelaksanaan pembangunan mampu dirasakan masyarakat secara penuh.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, adapun secara umum partisipasi masyarakat


(54)

yang ada di desa tersebut sudah tergolong baik. Hal itu tampak dari sikap masyarakat yang menunjukkan rasa antusiasnya dalam pelaksanaan program-program yang diadakan oleh pemerintahan desa. Terlebih lagi dengan adanya kebijakan baru dari pemerintah mengenai dana desa, masyarakat jadi semakin optimis dalam memajukan desanya melalui program-program pembangunan yang hendak dilaksanakan di desanya. Karena sebelum adanya dana desa tersebut, desa hanya dapat mengajukan usulan pembangunan kepada pihak Kabupaten Langkat. Dengan banyaknya jumlah desa yang ada di Kabupaten Langkat itulah nantinya semua usulan akan dipertimbangkan dan direalisasikan berdasarkan prioritas tertentu. Terlebih lagi 70% dari dana APBD Kabupaten sudah ditetapkan untuk alokasi gaji pegawai, jadi hanya berapa persen sisanyalah yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan seluruh desa yang ada di Kabupaten Langkat tersebut. Karena itulah sangat wajar apabila pembangunan berlangsung lama sebelum adanya kebijakan dana desa seperti saat ini.

Partisipasi masyarakat yang konon menjadi prasyarat dalam menjalankan pembangunan khususnya desa, kini menjadi salah satu syarat yang juga menjadi prinsip dalam menjalankan suatu program pembangunan desa. Sejalan dengan kepedulian terhadap ketata pemerintahan yang baik, maka perlunya diberlakukan

good governance dalam setiap kegiatan pemerintahan desa. Benar adanya bahwa sekarang ini desa tidak bisa berharap pada bantuan dari pusat sebagai “amunisi” maupun rencana program pembangunan. Desa tidak bisa hanya menunggu bola yang akan diberikan namun desa juga harus mampu melakukan gerakan progresif untuk menggapai tujuan desa tersebut. Hal ini sesuai dengan penuturan Adisasmita bahwa desa harus mampu secara mandiri dengan memanfaatkan


(55)

segala kemampuan internal dengan melibatkan segala komponen desa demi menciptakan tujuan desa.

Kemampuan desa secara mandiri yang tanpa harus mengharapkan secara penuh pengaruh dari luar desa, ternyata sangat memberikan efek positif lebih baik bagi pembangunan desa. Bermodalkan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan ternyata mampu menjawab segala kesulitan desa dalam perkembangannya. Mulai dari kekurangan hal paling krusial, yakni dana dapat ditanggulangi melalui peran serta masyarakat melakukan sumbangsih dana tersebut. Berdasarkan pendapat yang diberikan Oakley dan Davis, bahwa peran serta dalam pembangunan desa tidak hanya berpatokan pada dana, melainkan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaataan, hingga evaluasi yang disalurkan dalam kontribusi nyata, berupa pemikiran, tenaga dan materi menghasilkan pembangunan yang jelas bagi perkembangan desa.

Untuk mewujudkan partisipasi masyarakat tersebut, maka diperlukan suatu hubungan yang harmonis antara masyarakat dengan pemerintah desa. Hal ini menjadi hal mutlak dimana 2 elemen tersebut harus memiliki visi dan misi yang sejalan dalam suatu ikatan kemitraan. Tanpa adanya hal tersebut, maka masyarakat akan enggan untuk terlibat serta dalam proses pembangunan desa. Untuk itu diperlukan sebuah jiwa kepemimpinan pemimpin desa yang partisipatif. Gary Yulk menjelaskan bahwa kepemimpinan partisipatif merupakan bentuk kepemimpinan yang dimana pengambilan keputusan dan pelaksanaan keputusan diambil dan dilkukan secara bersama dengan komunikasi dua arah dan mengikutsertakan orang lain dalam aplikasi program. Hal ini menjadi motivasi masyarakat untuk ikut mengambil bagian dalam pembangunan desa. Implikasi


(56)

yang dirasakan adalah masyarakat dipercayakan juga dalam pengelolaan desa dan menciptakan suasana memiliki desa. Masyarakat dan pemerintah mampu bersinergi mewujudkan pembangunan desa yang partisipastif.

Gambaran dari pembangunan desa yang baik adalah pembangunan yang dibangun oleh masyarakat yang dapat menumbuhkan manfaat, rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat dalam mengelola, memelihara, dan menjaga baik setelah program pembangunan tersebut selesai, dan didalam pembangunan desa, partisipasi masyarakat yang harus ditingkatkan dalam pembangunan desa tersebut ada tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan tahap evaluasi (pengawasan).

1. Tahap Perencanaan Pembangunan

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 tahun 2014 tentang pedoman pembangunan desa disebutkan bahwa musyawarah perencanaan pembangunan desa atau adalah musyawarah antara badan permusyawaratan desa, pemerintah desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah desa untuk menetapkan prioritas, program, kegiatan dan kebutuhan pembangunan desa yang didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja desa, swadaya masyarakat desa.Pada tahapan ini partisipasi masyarakat sangatlah penting untuk mampu berfikir dan memberi pendapat dalam mencari masalah yang ada di desa. Masyarakat dituntut ikut dilibatkan dan turut andil di musrenbang dalam penetapan kebijakan pembangunan desa. Keterlibatan dalam hal ini merujuk pada apakah masyarakat ikut dilibatkan dalam proses penyusunan program-program pembangunan desa.


(57)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa Selotong, partisipasi masyarakat dalam tahapan perencanaan pembangunan ini dapat dilihat dari aktifnya warga dalam mengikuti Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) Selotong. Warga Desa Selotong diminta untuk menyumbangkan aspirasi, ide dan saran mengenai program pembangunan apa yang harus dilakukan di Desa Selotong tersebut. Aspirasi atau masukan dari warga tersebut dapat langsung diberikan ketika Musrenbang Desa diadakan namun dapat pula diberikan malalui Kepala Dusun tempat dimana warga tersebuit berdomisili karena nantinya pada Musrenbang Desa tersebut akan ada sesi dimana ke-sembilan Kepala Dusun yang ada di Desa Selotong akan menyampaikan hasil-hasil dari semua masukan, saran, ide dan aspirasi warga yang dipimpinnya. Masukan juga di dapatkan dari para tokoh masyarakat yang ada di Desa Selotong. Ke semua aspirasi dan masukan tadi dapat mencakup aspek apa saja misalnya mengenai infrastruktur, kesehatan, ekonomi, sosial dan aspek lainnya yang dianggap masih perlu ditingkatkan.

Semua masukan yang ada dan di dapat dari berlangsungnya Musrenbang Desa Selotong tersebut kemudian akan ditentukan mana yang akan dijadikan prioritas untuk dilakukan atau dibuat terlebih dahulu, karena pastinya banyak sekali saran dan masukan yang harus dibuat mengingat banyak pula masyarakat yang ada di Desa Selotong tersebut. Setelah mendapat prioritas mana dari masukan masyarakat itulah yang akan dimasukkan dalam RKP (Rencana Kerja Pembangunan) Desa yang akan diagendakan di Musrenbang Kecamatan yang akan sangat menentukan alokasi dana desa untuk merealisasikan pembangunan desa. Musrenbang yang dilakukan di Desa Selotong ini dihadiri oleh hampir


(1)

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting M,Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan juga sekaligus sebagai Dosen Penasehat Akademik Penulis yang telah banyak memberikan nasehat dan arahan kepada penulis selama proses perkuliahan.

3. Ibu Dr. Beti Nasution, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran, masukan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga sampai selesainya skripsi ini.

4. Kepada seluruh dosen-dosen dan staf pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

5. Terima Kasih kepada Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu penulis mulai dari awal perkuliahan hingga saat ini.

6. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Nenek Penulis (Mbah Putri) yang telah membesarkan penulis dengan penuh rasa kasih sayang dan juga kepada seluruh keluarga besar Alm Sapari, yang telah memberikan banyak nasehat kepada penulis.

7. Kepada kedua sahabat rumah penulis Muhammad Rafli Shahlevi dan Viki Trinanda yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis selama proses penyelesaian Skripsi ini.

8. Kelompok 14 Magang (Genk Ayah Bunda) di desa Setolong, Langkat yaitu: Andri Wiranata, Riswan Ritonga, Ganda Yoga, Supiana Eka Sari, Vivia Ardila, Febrina Ramadhani, Khoiriyah Chaniago, dan Fadhilah Utami yang


(2)

telah menjadi keluarga kecil selama beberapa minggu dan banyak membantu penulis baik dari segi moral maupun materil.

9. Kepada seluruh teman-teman stambuk 2012 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terima kasih karena kalian telah menjadi teman dan banyak membantu penulis penulis selama perkuliahan.

10.Kepada rekan seperjuangan di IMDIAN FISIP USU selama satu periodesasi yaitu Sashmita, Januari, Raras, Ikesy, Ridho, Ulpa, Josua, Novi Ardian, Ganda, Johannes, Yesi, Besriaty, Andro, Risky Fadli, Vivi, Febi, Aurel, Hapsoh, Lorensia, Rizki Matondang dan seluruh rekan-rekan lainnya yang telah menjadi satu TIM HEBAT dalam memajukan IMDIAN FISIP USU selama satu periodesasi.

11.Kepada adik-adik stambuk 2013 Rizki Mtd, Ridho, Lorensia, Vivi, Dora, Evlyn, Handi, Fuad dan stambuk 2014 Harry CPP, Adrian, Decky, Reza, Dedi, Guntur, Midun, Ardina, Fauziah, Murni, Tania, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Tetap lanjutkan proses belajar kalian.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.Semoga Allah memberikan Rahmat dan Keridhoan-Nya kepada kita semua. Amin ya Rabbal ‘Alamin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 26 Mei 2016 Penulis


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR BAGAN ...ix

ABSTRAK ...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...5

1.3. Tujuan Penelitian ...6

1.4. Manfaat Penelitian ...6

1.5. Kerangka Teori ...7

1.5.1. Good Governance ...8

1.5.1.1. Pengertian Good Governance ...8

1.5.1.2. Aspek-Aspek Good Governance ...11

1.5.2. Partisipasi Masyarakat ...15

1.5.3. Unsur-Unsur Partisipasi...24

1.5.4. Bentuk dan Jenis Partisipasi Masyarakat ...24

1.5.4.1.Bentuk-Bentuk Partisipasi ...24

1.5.4.2. Jenis-jenis partisipasi ...27

1.5.5. Prasyarat Partisipasi ...28

1.5.6. Pentingnya Partisipasi dalam Pembangunan ...29

1.5.7. Pembangunan ...30

1.5.8. Desa ...31

1.5.9. Pembangunan Desa ...33

1.6. Definisi Konsep ...37

1.7. Sistematika Penulisan ...38

BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian ...39

2.2. Lokasi Penelitian ...40

2.3. Informan Penelitian ...40

2.4. Teknik Pengumpulan Data ...41

2.5. Teknik Analisis Data ...42

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Sejarah, Keadaan Geografis, dan Batas-batas Desa Selotong ...44

3.2 Kependudukan ...45

3.2.1 Penduduk berdasarkan Etnis ...46

3.2.2 Penduduk berdasarkan Agama ...46

3.2.3 Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan ...47

3.2.4 Penduduk berdasarkan Jenis Mata Pencaharian ...48

3.3 Perekonomian Masyarakat ...49

3.3.1 Kesejahteraan Keluarga ...49


(4)

3.4.1 Sarana dan Prasarana Pendidikan ... ...50

3.4.2 Prasarana Peribadatan ...51

3.4.3 Prasarana Olahraga ...52

3.4.4 Prasarana Kesehatan ...52

3.5 Pemerintah Desa Selotong ...53

3.6 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Selotong ...54

3.6.1. Visi dan misi ...54

3.6.2. Arah Kebijakan Pembangunan Desa Selotong ...54

3.6.3. Program Pembangunan Desa Selotong ...55

3.6.4. Strategi Pembangunan Desa Selotong ...55

3.7. Struktur Organisasi Desa ...57

3.7.1. Struktur Pemerintahan Desa ...57

3.7.2. Struktur Badan Permusyawaratan Desa ...57

3.7.3. Struktur LPMD Desa Selotong ...58

3.7.4. Struktur PKK Desa Selotong ...59

3.8. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Selotong ...60

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Pelaksanaan Wawancara ...61

4.2. Identitas Informan ...62

4.2.1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ...62

4.2.2 Identitas Informan Berdasarkan Usia ...63

4.2.3 Identitas Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan ...63

4.2.4 Identitas Informan Berdasarkan Pekerjaan ...64

4.3 Hasil Wawancara ...65

4.3.1 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan di Desa Selotong ...65

4.3.2 Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Selotong ...77

4.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa Selotong ...85

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan di Desa Selotong ...92

5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalamPembangunan Desa Selotong ...106

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ...113

6.2 Saran ...114


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Batas-batas Wilayah Desa Selotong ...45

Tabel 3.2 : Penduduk berdasarkan Etnis ...46

Tabel 3.3 : Penduduk berdasarkan Agama ...47

Tabel 3.4 : Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan ...47

Tabel 3.5 : Penduduk berdasarkan Jenis Mata Pencaharian ...48

Tabel 3.6 : Kesejahteraan Keluarga ...49

Tabel 3.7 : Sarana dan Prasarana Pendidikan ...50

Tabel 3.8 : Prasarana Peribadatan ...51

Tabel 3.9 : Prasarana Olahraga ...52

Tabel 3.10 : Prasarana Kesehatan ...52

Tabel 3.11 : Struktur Pemerintah Desa Selotong ...53

Tabel 3.12 : Sruktur Kepengurusan Badan Permusyawaratan Desa Selotong...60

Tabel 4.1 : Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ...62

Tabel 4.2 : Karakteristik Informan Berdasarkan Usia ...63

Tabel 4.3 : Karakteristik Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan ...64


(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 : Struktur Pemerintahan Desa Selotong ...45

Bagan 3.2 : Struktur Badaan Permusyawaratan Desa Selotong ...46

Bagan 3.3 : Struktur LPMD Desa Selotong ...47


Dokumen yang terkait

Efektivitas Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Pemerintah Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat)

3 20 133

Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat)

0 1 9

Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat)

0 0 1

Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat)

0 0 5

Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat)

0 0 3

Efektivitas Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Pemerintah Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat)

0 0 11

Efektivitas Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Pemerintah Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat)

0 0 1

Efektivitas Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Pemerintah Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat)

0 0 41

Efektivitas Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Pemerintah Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat)

0 0 5

Efektivitas Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Pemerintah Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat)

0 0 2