d. Kelompok IV P3 = terdiri dari 6 ekor tikus jantan diberi perlakuan bising
sebesar 85-100 dB selama 8 jam setiap hari. Jumlah ulangan tikus percobaan untuk setiap kelompok ditentukan dengan
menggunakan rumus Federer Ridwan, 2013, yaitu t-1 n- 1 ≥ 15.Dimana t
adalah jumlah perlakuan dan n adalah jumlah sampel tiap kelompok.Dari hasil perhitungan diatas diperoleh jumlah ulangan 6 ekor tiap perlakuan, sehingga
jumlah tikus yang digunakan sebanyak 24 ekor tikus. 3.4. Prosedur Kerja
3.4.1. Penyediaan Hewan Percobaan
Penelitian ini menggunakan tikus putih Rattus norvegicus L. jantan dewasa yang sehat berumur 8-12 minggu dengan berat badan ±200 gram, yang
diperoleh dari Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara dan dibagi dalam kelompok perlakuan dan kontrol.Tikus diberi makan dan minum
secara ad-libitum.Penanganan hewan percobaan dilakukan sesuai dengan persyaratan kode etik yang berlaku.
3.4.2. Persiapan Hewan Percobaan
Masing-masing kelompok hewan percobaan dipersiapkan dalam kandang yang terpisah.Tikus dipilih dan dipisahkan secara random dalam keadaan baik,
disiapkan untuk beradaptasi sebelum dilakukan penelitian.Sebelum perlakuan terhadap semua tikus, berat badannya ditimbang dan diamati kesehatannya secara
fisik berat badan, makan dan minum.Setelah tikus-tikus beradaptasi maka untuk selanjutnya diberikan perlakuan kebisingan dengan intensitas yang berbeda
selama 8 hari.
3.4.3. Perlakuan Hewan Percobaan
Masing-masing kelompok hewan percobaan dimasukkan ke dalam kotak perlakuan yang terbuat dari gabus dilapisi dengan busa serta triplek polywood
kedap suara yang telah dirangkai dengan speaker, multy player 3 dengan file yang berisi rekaman suara bising, amplifier, dan timer. Kelompok hewan percobaan
tersebut diberi perlakuan kebisingan dengan intensitas yang berbeda 20 dB, 25-
Universitas Sumatera Utara
50 dB, 55-80 dB, 85-100 dB 8 jam setiap hari selama 8 hari. Berat badan hewan percobaan ditimbang setiap 2 hari sekali.
3.4.4. Isolasi Organ untuk Pengamatan
Setelah perlakuan terhadap hewan percobaan selesai, maka dilakukan isolasi hewan percobaan untuk pengamatan yaitu:
a. Dilakukan anestesi terhadap tikus dengan memasukkannya ke dalambotol besar
yang berisi eter sehingga tikus tidak sadar dan pingsan. b.
Dilakukan pembedahan pada tiap-tiap kelompok perlakuan sesuai dengan waktunya masing-masing perlakuan.
c. Organ lambung hewan percobaan diamati morfologi dan warnanya, ditimbang
beratnya kemudian diambil untuk pembuatan sediaan histopatologi.
3.4.5. Pembuatan Preparat Histologi Lambung dengan Metode Parafin
Pembuatan preparat yang dilakukan dengan metode parafin sebagai berikut: a.
Fiksasi Tikus Rattus norvegicus L. dianestesi dan dibedah. Diambil organ lambung dan
dicuci dengan larutan NaCl 0,9 kemudian difiksasi selama 1 malam dengan larutan formalin.
b. Washing Pencucian
Setelah difiksasi, lambung dicuci dengan alkohol 70 minimal 7 kali pengulangan dan direndam selama 1 malam.
c. Dehidrasi
Dehidrasi dilakukan dengan merendam lambung dengan alkohol 70, 80, 85, 90, 96 dan 100 selama 1 jam.
d. Clearing Penjernihan
Clearing dilakukan dengan merendam lambung ke dalam perbandingan alkohol :
xilol yaitu: 3:1, 1:1 dan 1:3 selama masing-masing 1 jam serta merendam organ ke dalam xilol selama 1 malam.
Universitas Sumatera Utara
e. Infiltrasi
Infiltrasi dilakukan dengan merendam organ ke dalam xilol yang berada di dalam
oven pada suhu 56 C selama 1 jam. Dilanjutkan dengan merendam lambung ke
dalam parafin murni I, II, III masing-masing selama 1 jam pada suhu 56 C.
f. Embedding Penanaman
Embedding dilakukan dengan meletakkan lambung pada kotak berbentuk segi
empat yang telah dipersiapkan sebelumnya sebagai cetakan. Setelah itu, menuang parafin yang telah cair kedalam kotak tersebut, dan diberi label. Dibiarkan sampai
dingin sehingga membentuk blok parafin dan dimasukkan ke dalam kulkas. Kemudian dilakukan penempelan blok-blok parafin pada holder yang terbuat dari
kayu yang berbentuk persegi. g.
Cutting Pemotongan Cutting
dilakukan dengan memotong blok-blok parafin yang telah di holder pada mikrotum sehingga membentuk pita-pita parafin dengan ukuran ketebalan 6 µm.
h. Attaching Penempelan
Attaching dilakukan dengan mengambil beberapa pita parafin dengan skapel,
kemudian diletakkan pada objek glass, dan dicelupkan pada air dingin dan air hangat. Untuk melekatkan pita parafin pada objek glass maka dilakukan diatas
hotplate yang bersuhu 56
C i.
Pewarnaan Suntoro, 1983 Pewarnaan sediaan lambung dengan Hematoxilin Eosin adalah sebagai berikut:
1 Deparafinasi, dilakukan dengan cara mencelupkan objek pada xilol sampai parafin
habis kira-kira selama ± 15 menit sebanyak 2-3 kali. 2
Dealkoholisasi, dilakukan secara bertingkat dengan alkohol konsentrasi menurun, dengan alkohol 100, alkohol 96, alkohol 80 dan alkohol 70 .
3 Pewarnaan, dilakukan dengan cara objek glass dimasukkan ke dalam larutan pewarna Hematoxilin selama 3-7 menit, dicuci dengan dengan air mengalir ± 10
menit, dimasukkan ke dalam larutan pewarna Eosin selama 1-3 menit, kemudian dimasukkkan berturut-turut ke dalam alkohol 70, 80, 96, dan alkohol 100,
dikeringkan dengan kertas pengisap. Selanjutnya preparat dimasukkan ke xilol. j. Mounting
Universitas Sumatera Utara
Mounting dilakukan
dengan menutup
preparat dengan
canada balsam.Diusahakansupaya tidak terdapat gelembung udara. Diberi label dan
diamati dibawah mikroskop.
3.5 Parameter Pengamatan 3.5.1 Pengamatan Berat dan Morfologi Lambung