Gastritis Gambaran Histologi Lambung

4.2.2 Gastritis

Rerata gastritis lambung tikus putih Rattus norvegicus L. jantan setelah perlakuan kebisingan dapat dilihat sebagai berikut: Gambar 7. Rerata Derajat Gatritis Tikus Setelah Perlakuan Kebisingan. P0 = Kontrol kebisingan 20 dB selama 8 hari, P1, P2 dan P3 = Perlakuan kebisingan 25-50 dB, 55-80 dB dan 85-110 dB selama 8 hari. Gambar 7. menunjukkan rerata derajat gastritis tikus putih Rattus norvegicus L. jantan setelah perlakuan kebisingan. Rerata derajat gastritis P0 2,3, P1 6,83, P2 17,6 dan P3 47,9. Rerata derajat gastritis tertinggi pada kelompok P3 47,9 dan rerata derajat gastritis terendah pada kelompok kontrol atau P0 2,3. Hasil analisis menunjukkan pemberian perlakuan kebisingan berpengaruh secara signifikan p0,05 terhadap derajat gastritis antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Pada hasil uji lanjut pemberian perlakuan kebisingan menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan p0,05 antara kelompok kontrol P0 dengan P1. Pada kelompok perlakuan, hasil uji menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan p0,05 antara P1 dengan P2 dan P3, dan antara P2 dengan P3. Hasil yang diperoleh mengindikasikan pada P2 dimana intensitas kebisingan 55-80 dB sudah mempengaruhi fisiologi dari tikus yang 10 20 30 40 50 60 P0 P1 P2 P3 Rerata Der ajat Gastri tis Perlakuan a a b c Universitas Sumatera Utara mengakibatkan perubahan struktur histologi lambung dengan terjadinya gastritis atau radang pada lambung. Secara fisiologik rangsangan psikologis dan fisik akibat paparan bising sampai ke sekresi getah lambung dapat dijelaskan melalui dua jalan sebagai berikut: 1 Neurogen: paparan bising- korteks serebri- hipotalamus anterior- mengeluarkan kortikotropin- korteks adrenal- hormone adrenal-merangsang sekresi lambung 2 Neurohormonal: paparan bising- korteks serebri- hipotalamus posterior- pituitary anterior- mengeluarkan kortikotropin- korteks adrenal- merangsang sekresi lambung Leake, 1985. Gastritis merupakan proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa gaster yang dapat mengakibatkan kurangnya produksi asam, enzim, dan mukus. Secara histopatologi dapat dibuktikan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Menurut Leeson 1996, gastritis mempunyai ciri khas yang dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung. Adanya radang pada mukosa yang ditandai dengan infiltrasi sel neutrofil atau infiltrasi sel limfosit, sel plasma dan eosinofil. Secara umum mukosa lambung menipis, licin berkilat dan lipatan mukosa hampir tidak kelihatan lagi dan bayangan pembuluh darah di bawah mukosa menonjol. Secara mikroskopik, epitel permukaan mukosa abnormal, susunan tidak teratur dan sebagian atau seluruhnya mengalami metaplasia intestinal. Infiltrasi sel radang bertambah bukan hanya pada lapisan propia, tetapi juga meluas pada lapisan muskularis mukosa. Pada lapisan propia, mukosa muskularis dan submukosa sering dijumpai jaringan limfoid. Kelenjar mukosa atrofi, kuantitas berkurang dan tubulus sering distorsi. Sel parietal dan “chief cells” menghilang diganti oleh mucous secreting cells Tambunan, 1994. Tingginya jumlah gastritis radang pada P3 dimana intensitas kebisingan 85-110 dB disebabkan oleh tubuh merespon kebisingan sebagai agen toksikan, sehingga mengaktifkan sel-sel pertahanan tubuh seperti neutrofil dan limfosit. Pada sediaan mikroskopik pada kelompok perlakuan didapatkan kerusakan akibat kebisingan. Jumlah radang bertambah banyak seiring dengan meningkatnya intensitas kebisingan yang diberikan pada setiap kelompok perlakuan. Menurut Soemonegara 1975 dan Suma’mur 1992, bising berpengaruh terhadap Universitas Sumatera Utara kesehatan tergantung beberapa faktor antara lain: kerentanan individu, lama paparan, jenis bising dan intensitas kebisingan. Semakin tinggi intensitas suatu bising, semakin berpotensi mempengaruhi kesehatan manusia. Gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inlamasi akut dan neutrofil. Sedangkan gastritis kronik merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun, yang disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan Helicobacter pylori Fitrie, 2004. Gambar 8. Gambaran Histologi Radang Gastritis Lambung Tikus Setelah Perlakuan Kebisingan . Keterangan: A P0 = Kontrol kebisingan 20 dB, B= P125-50 dB, C= P255-80 dB dan D= P3 85-110 dB. Sel radang tanda panah. Pewarnaan Hematoxilin Eosin. Perbesaran 400x. A B C D Universitas Sumatera Utara

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Kebisingan dalam intensitas tinggi 55-80 dB dan 85-110 dB mempengaruhi warna pada lambung, tetapi tidak pada permukaan konsistensi lambung. b. Berat badan tikus mengalami penurunan pada perlakuan kebisingan intensitas tertinggi 85-110 dB dan antara kelompok kontrol dengan perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan p0,05. Pada rerata berat lambung antara kelompok kontrol dan perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan p0,05. c. Kebisingan dalam intensitas tinggi memberikan pengaruh yang signifikan p0,05 terhadap keparahan erosi ulkus lambung. d. Kebisingan berpengaruh negatif terhadap gambaran histologi lambung dan terdapat perbedaan yang signifikan p0,05 pada sel radang gastritis antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.

5.2. Saran

a. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pemberian intensitas bising dan waktu pemaparan yang lebih bervariasi untuk melihat pengaruh yang signifikan. b. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka perlu adanya standard keamanan untuk melindungi indera pendengaran pekerja di lingkungan pabrik. Universitas Sumatera Utara