29 Kematian hama ulat cabai diduga disebabkan oleh masuknya senyawa
metabolit sekunder yang terkandung didalam getah buah pepaya berupa alkaloid dan enzim-enzim pemecah protein proteolitik yaitu papain dan kimopapain
melalui kulit, saluran pencernaan dan saluran pernapasan ulat Wulandari, dkk., 2012. Getah buah pepaya sebagai anti-feedant dapat mempengaruhi sistem saraf
ulat yang mengatur proses makan secara langsung maupun tidak langsung. Akibatnya hama ulat cabai akan terganggu proses pertumbuhan dan
perkembangannya seperti lamanya pergantian dari satu instar ke instar berikutnya dan bahkan menimbulkan kematian Miller, 1984. Kandungan papain dalam
getah buah pepaya memiliki enzim katalis berupa enzim proteolitik yang mampu menghambat enzim protease pada tubuh ulat Konno, 2004 sehingga setelah ulat
diberikan pakan yang telah disemprot larutan getah buah pepaya maka kandungan papain dalam pestisida nabati akan bersifat toksik terhadap hewan uji dan
akhirnya menyebabkan kematian pada hewan uji.
4.7 Pengamatan Kematian Hewan
Hama ulat cabai yang telah diberi larutan getah buah pepaya dan diamati selama 7 hari memberikan efek toksik berupa kematian hewan uji. Semakin tinggi
konsentrasi getah buah pepaya yang diberikan semakin tinggi juga persentase kematian terhadap hama ulat cabai. Artinya bahwa peningkatan dosis memberikan
pengaruh terhadap peningkatan kematian hama ulat cabai dan kematian ulat cabai berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi larutan getah buah pepaya.
Persentase kematian ulat terhadap konsentrasi larutan getah buah pepaya yang diberikan dapat dilihat pada Gambar 4.1
Universitas Sumatera Utara
30
20 40
60 80
100 120
8,22 ppm
16,45 ppm
32,89 ppm
65,78 ppm
131,56 ppm
197,34 ppm
263,12 ppm
P ers
en R
a ta
-r at
a K e
m at
ian
Konsentrasi GBP
8,22 ppm 16,45 ppm
32,89 ppm 65,78 ppm
131,56 ppm 197,34 ppm
263,12 ppm
Gambar 4.1 Diagram persen rata-rata kematian hama ulat cabai terhadap
peningkatan konsentrasi getah buah pepaya Pengamatan terhadap hama ulat cabai yang telah diberikan larutan getah
buah pepaya berbeda terhadap hama ulat cabai pada kontrol negatif yang hanya diberikan akuades. Hama ulat cabai yang diberi perlakuan menjadi lebih lambat
bergerak dan tidak sensitif terhadap sentuhan. Hama ulat cabai yang mati tubuhnya mengering dan berwarna hitam. Sedangkan ulat cabai yang hanya
diberikan perlakuan kontrol pertumbuhannya normal bahkan sampai masuk ke tahapan instar berikutnya. Pakan yang diberikan pada kontrol negatif akuades
setiap hari habis sedangkan pakan yang diberikan pada kelompok perlakuan masih banyak bersisa hal ini dikarenakan larutan getah buah pepaya bersifat anti-feedant
yang dapat menekan nafsu makan hama ulat cabai.
4.8 Grafik
Grafik analisis dari persen kematian ulat terhadap logaritma dosis dengan menggunakan Graphpad Prism 6 dengan metode Analyzing Dose Response Data
adalah untuk melihat pengaruh pemberian bahan uji terhadap kematian hewan uji
Universitas Sumatera Utara
31 dan untuk menentukan nilai LC
50
terhadap hewan uji yang digunakan dapat dilihat dalam Gambar 4.2
Persen Kematian
Log Dosis
Gambar 4.2 Grafik Log Dosis terhadap Persentase Kematian Hewan
Keterangan : i
= Getah buah pepaya konsentrasi 8,22 ppm ii
= Getah buah pepaya konsentrasi 16,45 ppm iii
= Getah buah pepaya konsentrasi 32,89 ppm iv
= Getah buah pepaya konsentrasi 65,78 ppm v
= Getah buah pepaya konsentrasi 131,56 ppm vi
= Getah buah pepaya konsentrasi 197,34 ppm vii
= Getah buah pepaya konsentrasi 263,12 ppm Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan persentase
kematian hewan uji terhadap peningkatan log dosis yang diberikan. Namun dengan meningkatnya dosis peningkatan respon menurun. Pada akhirnya,
tercapailah dosis yang tidak dapat meningkatkan respon lagi. Dan dari data grafik dapat ditentukan pula nilai LC
50
menggunakan rumus ekstrapolasi pestisida nabati larutan getah buah pepaya terhadap hama ulat cabai
adalah 41,97 ppm.
Universitas Sumatera Utara
32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN