54
4.2 Karakteristik Negara China
Menurut CIA World Factbook Tahun 2015, Republik Rakyat China menempati urutan pertama dan merupakan Negara yang memiliki Populasi atau Jumlah
Penduduk terbanyak di Dunia dengan jumlah penduduknya sekitar 1,36 milliar jiwa atau tepatnya adalah 1.367.485.388 jiwa. Angka tersebut merupakan 18,8
dari keseluruhan Jumlah Penduduk Dunia ini. Populasi China mencapai 1,3 miliar yang merupakan populasi negara terbesar di dunia. GDP China di tahun 2014
mencapai 10,35 triliun dengan pertumbuhan GDP sebesar 7,3 dan inflasi sebesar 2.
China merupakan sebuah negara yang mayoritas penduduknya adalah petani, pertanian menduduki tempat penting dalam ekonomi China. Walaupun wilayah
China seluas 9,6 juta kilometer persegi, namun luas tanah pertaniannya hanya 1,27 juta kilometer persegi, kira-kira menempati 7 persen daripada luas tanah
pertanian dunia. Daerah pertanian China sebagian besar terletak di dataran dan lembangan di kawasan mansun bagian timur. Tanaman utamanya meliputi padi,
gandum, jagung, kacang soya dan lain-lain. Sedangkan tanaman ekonominya antara lain kapas, kacang tanah, sawi bunga, tebu, bit dan lain-lain. Dalam
beberapa tahun ini, kerajaan China senantiasa menumpukkan perhatian terhadap pengembangan pertanian, meningkatkan penelitian dalam bidang pertanian,
menaikkan pendapatan petani dan mewujudkan selangkah demi selangkah perkembangan selaras antara pedesaan dengan perkotaan.
Kerjasama pemerintah Indonesia dengan China di bidang ekspor-impor produk pertanian sudah cukup baik. China mengimpor berbagai macam produk
perkebunan, perikanan, peternakan, serta hortikultura dari Indonesia. Untuk
Universitas Sumatera Utara
55 produk hortikultura sendiri ada beberapa jenis buah yang sudah tidak asing lagi di
pasaran China yaitu, kelengkeng, pisang, dan manggis. Jenis buah-buahan tropis lainnya seperti alpukat, papaya, salak, dan rambutan saat ini sedang dalam masa
promosi untuk melakukan penetrasi pasar ke China. Pola konsumsi buah-buahan di RRC saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut China Custom Trade Information, beberapa faktor tersebut antara lain : 1. Peningkatan pendapatan masyarakat Cina karena adanya pertumbuhan
ekonomi RRC. 2. Adanya perubahan preferensi konsumen terhadap pola makan karena adanya
perubahan standar hidup dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat. 3. Pengaruh musiman juga banyak berdampak pada pola konsumsi masyarakat
RRC dalam mengkonsumsi buah-buahan. Sehingga manakala musim tertentu dimana ketersediaan buah-buahan tertentu di RRC terbatas, maka adanya
buah-buahan dari manca negara akan menunjang pasokan buah-buahan agar tetap ada untuk dikonsumsi.
4. Konsumsi beberapa buah-buahan tropika tertentu seperti durian dan semangka juga sangat dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang mengkonsumsinya.
Sebagai contoh misalnya buah-buahan dari Thailand terutama durian banyak dikonsumsi di Propinsi Guangdong. Sementara di daerah lain menyukai
manggis, nenas, belimbing, pisang dan semangka. Dari beberapa pengamatan di berbagai pasar di RRC, buah-buahan tropika yang banyak masuk ke RRC
terutama dari Thailand dan Malaysia.
Universitas Sumatera Utara
56 5. Konsumsi buah sebagai oleh-oleh. Buah-buahan yang dikemas secara khusus
untuk hadiah atau oleh-oleh saat ini semakin populer di Cina, terutama bila dikaitkan dengan perayaan hari besar, saat berkunjung keluarga, dan
kesempatan atau moment penting lainnya. Menurut survey di Beijing dan Shanghai, hampir 63 persen hingga 71 persen responden menyatakan bahwa
mereka lebih suka membeli produk buah-buahan dan olahan lainnya untuk oleh-oleh atau hadiah terutama makanan alami yang banyak nutrisinya.
6. Daya tarik impor dari komoditas buah-buahan yang ditawarkan. Sebenarnya ada beberapa negara yang memiliki peluang ekspor komoditas buah-buahan
ke RRC selain Thailand dan Malaysia, yaitu Indonesia, Philipina dan Vietnam. Dari kesemuanya itu ternyata Thailand masih mendominasi pasar
ekspor buah-buahan tropika, sehubungan dengan daya tarik impor yang diberikan pemerintah Thailand dengan membebaskan hambatan tarif pada
komoditas yang diekspornya, khususnya ke RRC. Hubungan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah China dalam hal
perdagangan komoditas pertanian dinilai cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat pada penandatanganan Protokol Pemeriksaan Karantina Tumbuhan antara Badan
Karantina Pertanian Deptan dengan Badan Karantina Cina AQSIQ yang berisikan penghapusan hambatan non tariff untuk produk pertanian Indonesia
yang masuk ke China. Produk-produk yang mendapat kemudahan karantina tersebut adalah manggis, duku, pisang, dan salak. Kesepakatan tersebut secara
signifikan akan lebih memudahkan komoditi pertanian Indonesia untuk memperluas pasarnya di China.
Universitas Sumatera Utara
57
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kondisi Ekspor Manggis di Provinsi Sumatera Utara