66 menunjukkan  bahwa  setiap  adanya  kenaikan  nilai  tukar  rupiah  terhadap  dollar
sebesar  1  rupiah  maka  akan  menaikkan  nilai  ekspor  manggis  sebesar  Rp 177.838,276  dan  sebaliknya  ceteris  paribus.  Hasil  ini  sesuai  dengan  penelitian
yang telah dilakukan A. Husni Malian pada tahun 2003  bahwa peubah kebijakan yang  mempengaruhi  secara  dominan  ekspor  produk  pertanian  adalah  nilai  tukar
riil  dan  investasi  pemerintah  di  sektor  pertanian,  sementara  yang  mempengaruhi ekspor produk industri pertanian adalah nilai tukar riil.
Hasil  ini  juga  sesuai  dengan  hipotesis  penelitian  yang  ditetapkan  dimana diharapkan  variabel  nilai  tukar  nominal  rupiah  akan  berpengaruh  positif  pada
peningkatan  nilai  ekspor  manggis  segar  di  Provinsi  Sumatera  Utara.  Walaupun hasil  analisis  regresi  untuk  nilai  tukar  nominal  rupiah  sesuai  dengan  hipotesis,
namun  variabel  ini  baru  dapat  berpengaruh  signifikan  terhadap  peningkatan volume ekspor manggis pada taraf keper
cayaan 25 atau nilai α = 0,75. Sehingga signifikansi-
t variabel nilai tukar nominal rupiah akan lebih kecil dari nilai α yaitu 0,706  0,75.
5.2.3  Pengaruh Volume Ekspor Terhadap Nilai Ekspor Manggis Segar di Provinsi Sumatera Utara
Dari  hasil  analisis  yang  ditampilkan  pada  tabel  8  dapat  dilakukan  uji-t  dengan melihat  nilai  signifikansi  t  pada  variabel  volume  ekspor  manggis  adalah  sebesar
0,001 ≤ α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, artinya
variabel  bebas  yaitu  volume  ekspor  manggis  secara  parsial  berpengaruh  nyata terhadap  variabel  terikat  yaitu  nilai  ekspor  manggis  di  Provinsi  Sumatera  Utara
pada taraf kepercayaan 95.
Universitas Sumatera Utara
67 Berdasarkan  persamaan  regresi  yang  diperoleh  dapat  dilihat  nilai  variabel  X3
yaitu  volume  ekspor  bertanda  positif  +  yaitu  sebesar  4331,729.  Hal  ini menunjukkan  bahwa  setiap  adanya  kenaikan  volume  ekspor  sebesar  1  Kg  maka
akan terjadi kenaikan nilai ekspor manggis sebesar Rp  4.331,729 dan sebaliknya ceteris paribus.
Hasil  ini  sesuai  dengan  hipotesis  penelitian  yang  ditetapkan  dimana  diharapkan variabel  volume  ekspor  akan  berpengaruh  positif  pada  peningkatan  nilai  ekspor
manggis segar di Provinsi Sumatera Utara.
5.2.4  Pengaruh Harga Ekspor Manggis Terhadap Nilai Ekspor Manggis Segar di Provinsi Sumatera Utara
Dari  hasil  analisis  yang  ditampilkan  pada  tabel  8  dapat  dilakukan  uji-t  dengan melihat  nilai  signifikansi  t  pada  variabel  harga  ekspor  manggis  adalah  sebesar
0,261 α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, artinya
variabel bebas yaitu harga ekspor manggis secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap  variabel  terikat  yaitu  nilai  ekspor  manggis  di  Provinsi  Sumatera  Utara
pada taraf kepercayaan 95. Berdasarkan  persamaan  regresi  yang  diperoleh  dapat  dilihat  nilai  variabel  X4
yaitu  harga  ekspor  bertanda  negatif  -  yaitu  sebesar  674631,713.  Hal  ini menunjukkan  bahwa  setiap  adanya  kenaikan  harga  ekspor  sebesar  1  rupiah
menurunkan  nilai  ekspor  manggis  sebesar  Rp  674.631,713.  Hasil  ini  sesuai dengan teori Lipsey 1997 yang menyatakan bahwa
harga merupakan salah satu faktor  yang  memengaruhi  jumlah  permintaan  yang  diminta  oleh  konsumen,
semakin  tingginya  harga  yang  ditetapkan  maka  akan  mengakibatkan  penurunan terhadap jumlah permintaan Lipsey 1997.
Universitas Sumatera Utara
68 Hasil    yang  diperoleh  yaitu  harga  ekspor  manggis  berpengaruh  negatif  terhadap
nilai  ekspor  manggis  segar  di  Provinsi  Sumatera  Utara  sesuai  dengan penelitian
yang  telah  dilakukan  Amalia  Pradipta  dan  Muhammad  Firdaus  pada  tahun  2014 bahwa
harga  ekspor  memengaruhi  secara  nyata  dan  negatif  terhadap  volume ekspor manggis, mangga, dan pisang Indonesia ke negara tujuan.
Hasil  ini  juga  sesuai  dengan  hipotesis  penelitian  yang  ditetapkan  dimana diharapkan variabel harga ekspor akan berpengaruh positif pada peningkatan nilai
ekspor manggis segar di Provinsi Sumatera Utara. Walaupun hasil analisis regresi untuk  harga  ekspor  sesuai  dengan  hipotesis,  namun  variabel  ini  baru  dapat
berpengaruh  signifikan  terhadap  peningkatan  volume  ekspor  manggis  pada  taraf kepercayaan 70 atau nilai α = 0,3. Sehingga signifikansi-t variabel harga ekspor
akan lebih kecil dari nilai α yaitu 0,261  0,3.
Hasil Pengujian Hipotesis
Kesesuaian Model  Test of Goodness of Fit
Setelah  dilakukan  analisis  terhadap  model  regresi  tersebut,  maka  diperoleh  nilai  R square sebesar
0,929
Lampiran 5a yang artinya 92,9 variasi variabel terikat Nilai ekspor telah dapat jelaskan oleh variabel  bebas GDP perkapita riil China, nilai tukar
nominal, volume ekspor dan harga ekspor manggis. Sisanya sebesar 7,1 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi ini.
Uji F  Uji Simultan
Berdasarkan  tabel  ANOVA  Lampiran  5b  dapat  dilihat  bahwa  secara  serempak pengaruh  variabel  terikat  nilai ekspor  manggis  di  Provinsi  Sumatera  Utara  dapat
dijelaskan  oleh  variabel  bebas  GDP  perkapita  riil  China,  nilai  tukar  nominal,
Universitas Sumatera Utara
69 volume ekspor,
harga ekspor manggis ternyata signifikan secara statistik pada α = 5. Hal ini dapat dilihat dari uji F dimana Signifikansi F 0,004
≤ α 0,05maka H0  ditolak  H1  diterima,  artinya  variabel  bebas  yaitu  GDP  perkapita  riil  China,
nilai  tukar  nominal,  volume  ekspor,  harga  ekspor  manggis  dalam  model  secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat  yaitu nilai ekspor manggis
pada taraf nyata 5.
Hasil Asumsi Regresi Linier Berganda Uji Normalitas
Pada  tabel  hasil  uji  Kolmogorov  Smirnov  Lampiran  6a  hasil  estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi KS adalah sebesar 0,440
α 0,05 maka terima  H0.  Dari  hasil  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  tidak  ada  perbedaan
antara  distribusi  residual  dengan  distribusi  normal,  data  residual  model berdistribusi normal.
Uji Heterokedastisitas
Pada  tabel  hasil  uji  Glejser  Lampiran  6b  hasil  estimasi  menunjukkan  bahwa tingkat  signifikansi  t  seluruh  variabel  lebih  besar  dari  nilai
α  0,05  yaitu signifikansi  GDP  China  0,464
α  0,05,  nilai  tukar  nominal  0,660   α  0,05, volume  ekspor  0,943
α 0,05, harga ekspor 0,396  α 0,05 maka terima H0 tolak  H1.  Sesuai  dengan  hipotesis  apabila  H0  diterima  artinya  tidak  terjadi
heterokedastisitas  pada  model  regresi  atau  model  regresi  merupakan homokedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
70
Uji Multikolinieritas
Pada  tabel  Coefficient  Lampiran  5b  diketahui  nilai  toleransi  dan  VIF  pada masing-masing variabel. Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 9. Nilai Toleran Variabel Independen Model
Collinearity Statistics Kesimpulan
Tolerance VIF
GDP China 0,082  0,10
12,233 10  terjadi multikolinieritas
Nilai Tukar Nominal 0,368  0,10
2,715  10  tidak terjadi multikolinieritas
Volume Ekspor 0,793  0,10
1,261  10   tidak terjadi multikolinieritas
Harga Ekspor 0,069  0,10
14,464  10  terjadi multikolinieritas
Sumber: Lampiran 5b Dari  tabel  diatas  dapat  kita  lihat  bahwa  variabel  nilai tukar  nominal  dan  volume
ekspor memiliki nilai toleransi dan VIF yang memenuhi hipotesis H0 artinya tidak ada  korelasi  antara  variabel  bebas  dalam  model  regresi  atau  tidak  terjadi
multikolinieritas  pada  model  regresi.  Sedangkan  pada  variabel  GDP  China  dan harga ekspor memiliki nilai toleransi dan VIF yang tidak memenuhi hipotesis H0
artinya  ada  korelasi  antara  variabel  bebas  dalam  model  regresi  atau  terjadi multikolinieritas pada model regresi.
Uji Autokorelasi
Untuk  mengetahui  ada  atau  tidaknya  gejala  autokorelasi  dalam  perhitungan regresi  atas  penelitian  ini  maka  digunakan  Durbin-Watson  Test  DWTest.  Dari
hasil  pengolahan  data  diperoleh  nilai  Durbin-Watson  Test  sebesar  2,596 Lampiran 5a.
Universitas Sumatera Utara
71 Dengan  menggunakan  tabel  statistik  dW  dan  signifikansi  0,05  dengan  n=10
serta jumlah variabel bebas sebanyak 4 maka diperoleh angka dL = 0,376 dan dU = 1,414, sedangkan untuk nilai 4-dU = 2,586 dan 4-dL = 3,624.
Nilai dW pada hasil SPSS adalah sebesar 2,596 yang terletak diantara nilai 4-dU yaitu  2,586  dan  4-dL  yaitu  3,624  2,586  4-dU
≤  2,596  dW  ≤  3,624  4-dL maka sesuai dengan kriteria uji maka tidak dapat diambil kesimpulan ada tidaknya
autokorelasi. Menurut  Supriana  2013,  Secara  umum  autokorelasi  sulit  untuk  diatasi.
Transformasi  logaritma  dapat  mengurangi  korelasi.  Hanya  saja,  kadang-kadang data  yang  dianalisis  ada  data  yang  negatif  sehingga  tidak  dapat  melakukan
transformasi logaritma. Dari  pembahasan  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  variabel    GDP  perkapita  riil
negara  tujuan,  Nilai  tukar  nominal  rupiah  terhadap  dollar,  Volume  ekspor manggis,  Harga  ekspor  manggis  secara  serempak  berpengaruh  nyata  terhadap
Nilai ekspor manggis segar di Provinsi Sumatera Utara. GDP perkapita riil negara tujuan  berpengaruh  positif  terhadap  nilai  ekspor  manggis,  Nilai  tukar  nominal
rupiah  terhadap  dollar  berpengaruh  positif  terhadap  nilai  ekspor,  Volume  ekspor manggis  berpengaruh  positif  terhadap  nilai  ekspor  manggis,  Harga  ekspor
manggis berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor manggis di Provinsi Sumatera Utara. Dengan ini dapat dinyatakan bahwa hipotesis 1 diterima.
Universitas Sumatera Utara
72
5.3  Analisis Kausalitas antara Harga Ekspor Manggis dengan Harga Domestik Manggis Tingkat Petani Di Provinsi Sumatera Utara
Analisis  kausalitas  digunakan  untuk  mengetahui  hubungan  sebab  akibat  dari setiap variabel. Hubungan kausalitas antara variabel harga ekspor manggis dengan
harga domestik manggis tingkat petani yang ada dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10. Hasil Uji Granger Causality Variabel
Terikat Y Variabel
Bebas X
Probabilitas Kesimpulan
Harga Domestik
Manggis Tingkat Petani
Harga Ekspor Manggis
0.0553 0,05 Harga Ekspor  Manggis
mempengaruhi Harga Domestik Manggis
Tingkat Petani
Harga  Ekspor Manggis
Harga Domestik Manggis Tingkat
Petani 0.0307 0,05
Harga Domestik Manggis Tingkat
Petani  mempengaruhi Harga Ekspor  Manggis
Sumber: Lampiran 8 Dari  tabel  diatas  dijelaskan  bahwa  terdapat  hubungan  kausalitas  dua  arah  antara
harga  ekspor  manggis  dengan  harga  domestik  manggis  tingkat  petani  memiliki hubungan sebab akibat.
Perubahan  harga ekspor manggis dapat mempengaruhi perubahan harga domestik manggis tingkat petani, hal ini disebabkan oleh adanya faktor yang mempengaruhi
harga  ekspor  manggis  itu  sendiri  seperti  nilai  tukar  rupiah  terhadap  US  dollar. Sehingga  apabila  rupiah  terdepresiasi  maka  harga  ekspor  akan  meningkat  yang
menyebabkan  para  eksportir  mampu  membayar  lebih  manggis  dari  petani  lalu harga  domestik  manggis  tingkat  petani  akan  meningkat  dan  penerimaan  petani
manggis juga akan meningkat. Perubahan harga domestik manggis tingkat petani dapat mempengaruhi perubahan
harga ekspor manggis, hal ini disebabkan karena harga domestik manggis tingkat
Universitas Sumatera Utara
73 petani menyumbang sebesar ± 40 dari harga ekspor manggis. Sehingga apabila
harga dari petani turun maka harga ekspor manggis juga akan ikut turun. Dari  pembahasan  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  terdapat  hubungan  kausalitas
antara  harga  ekspor  manggis  dengan  harga  domestik  manggis  tingkat  petani  di Provinsi  Sumatera  Utara.  Hal  ini  sesuai  dengan  hipotesis  2,  maka  dinyatakan
hipotesis 2 diterima.
5.4  Analisis Pengaruh Harga Ekspor Manggis terhadap Penerimaan Petani Manggis di Provinsi Sumatera Utara
Dari  hasil  analisis  masalah  3  diperoleh  bahwa  harga  ekspor  manggis  dengan harga  domestik  manggis  tingkat  petani  memiliki  hubungan  sebab  akibat.  Oleh
karena  itu  peneliti  ingin  melihat  seberapa  besar  harga  ekspor  manggis mempengaruhi  harga  domestik  manggis  tingkat  petani  dimana  dalam  penelitian
ini  harga  domestik  manggis  tingkat  petani  diasumsikan  merupakan  total penerimaan petani manggis di Provinsi Sumatera Utara.
Data Lampiran 3 merupakan data yang dianalisis dengan regresi linier sederhana. Data  yang  digunakan  dalam  analisis  ini  adalah  data  harga  ekspor  manggis  dan
data  harga  domestik  manggis  tingkat  petani  mulai  dari  tahun  2005  sampai  tahun 2014.  Dalam  persamaan  diketahui  harga  ekspor  manggis  sebagai  variabel  bebas
dan penerimaan petani sebagai variabel terikat. Hasil  regresi  yang  diperoleh  melalui  penelitian  ini  menggunakan  Model  Regresi
Linier Sederhana, adalah sebagai berikut: Y = a + bX +
ɛ
Universitas Sumatera Utara
74 Keterangan:
Y = Penerimaan petani RpKg
a = Koefisien intersep
b = Koefisien variabel regresi
X = Harga ekspor manggis RpKg
ɛ = error term
Setelah  diproses  dengan  menggunakan  software  SPSS  Statistical  Product  and Service  Solution
maka  hasil  analisis  pengaruh  harga  ekspor  manggis  terhadap penerimaan  petani  manggis  di  Provinsi  Sumatera  Utara  dapat  dilihat  pada
Lampiran 9. Adapun persamaan yang diperoleh dari hasil analisis adalah
Y = -209,245 + 0,669 X Dari  hasil  persamaan  ini  dapat  dilihat  bahwa  koefisien  intersep  bertanda  negatif
- sebesar 209,245 artinya apabila variabel bebas yaitu harga ekspor bernilai nol maka variabel terikat yaitu penerimaan petani akan berkurang adalah sebesar Rp
209,245. Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dapat dilihat bahwa nilai variabel  bebas  yaitu  harga  ekspor  manggis  bertanda  positif  +  yaitu  sebesar
0,669. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan harga ekspor sebesar 1 rupiah  maka  akan  terjadi  kenaikan  penerimaan  petani  sebesar  Rp  0,669Kg  dan
sebaliknya ceteris paribus. Pada  Lampiran  4  harga  ekspor  manggis  di  tahun  2013  sampai  2014  meningkat
dari Rp 5.896,87 menjadi Rp 7.765,97 terjadi kenaikan harga sebesar Rp 1.869,1. Sesuai dengan hasil penelitian maka apabila terjadi kenaikan harga ekspor sebesar
Universitas Sumatera Utara
75 Rp  1.869,1  maka  penerimaan  petani  akan  mengalami  peningkatan  sebesar  Rp
1.250,4Kg manggis yang diekspor Rp 1.869,1 x Rp 0,669 . Apabila dalam satu kali  ekspor  satu  petani  mampu  menghasilkan  1000  Kg  manggis  lalu  terjadi
perubahan harga pada saat penjualan ke pihak eksportir maka penerimaan petani dengan  harga  baru  akan  mengalami  peningkatan  sebesar  Rp  1.250.400,-  Rp
1.250,4 x 1000Kg dari penerimaan dengan harga lama. Dari  pembahasan  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  harga  ekspor  manggis
berpengaruh  positif  terhadap  penerimaan  petani  manggis  di  Provinsi  Sumatera Utara. Oleh karena itu dinyatakan hipotesis 3 diterima.
Universitas Sumatera Utara
76
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan