Perumusan Masalah Diskriminasi Terhadap Masyarakat Burakumin Di Jepang Dewasa Ini

3 Hal ini ternyata masih berlaku di Jepang hingga dewasa ini. Menurut Teraki 1997:99, dari sejak munculnya dekrit pembebasan di jaman Meiji hingga hampir tahun 2000 burakumin masih mengalamai diskriminasi meski tidak separah masa lalu. Menurut survey oleh Agen Manajemen dan Koordinasi tahun 1993, dari daerah buraku di 36 prefektur menunjukkan bahwa 33,2 responden mengalami perlakuan tidak menyenangkan hanya karena mereka tinggal di daerah yang dulu didiami oleh burakumin. Diskriminasi di bidang pernikahan mencapai 24,2, kehidupan masyarakat 23,6 , pekerjaan 21,2, dan kehidupan sekolah 16,3. Pendiskriminasian terhadap masyarakat burakumin seperti yang telah diuraikan di atas menarik untuk dibahas sehingga penulis membahasnya dalam bentuk skripsi dengan judul “Diskriminasi Terhadap Masyarakat Burakumin di Jepang Dewasa Ini”

1.2 Perumusan Masalah

Berbicara tentang kaum yang terdiskriminasikan dalam konsep masyarakat yang dikenal homogen merupakan suatu topik yang menarik. Masyarakat Jepang pada umumnya sepakat dengan pemikiran bahwa masyarakat Jepang adalah masyarakat homogen yang memilki identitas nasional yang kuat, bahkan hanya sedikit memilki perbedaan etnis atau ras. Seiring dengan munculnya semangat Era Restorasi Meiji, kaum burakumin pun dibebaskan dari diskriminasi. Namun, hal ini belum berjalan sepenuhnya. Salah satu kaum minoritas terbesar di Jepang ini masih disoroti oleh beberapa media dunia dalam hal diskriminasi. Pendiskriminasi terhadap burakumin di Universitas Sumatera Utara 4 Jepang dewasa ini meliputi beberapa aspek kehidupan seperti jenis pekerjaan, hubungan sosial dengan masyarakat lain, serta hubungan pernikahan. Meskipun saat ini keturunan burakumin bisa bekerja dimana saja, namun posisi jabatan yang tinggi tidak bisa mereka duduki. Demikian juga pendiskriminasian dalam hal pernikahan. Yang paling toleran adalah wilayah Kansai kecuali Osaka, Kyoto, Hyogo, dan Hiroshima. Keluarga kolot tidak memperbolehkan anak mereka menikah dengan keturunan burakumin. Mereka bisa saja menyewa jasa penyelidikan asal-usul untuk mengetahui asal-usul calon menantu mereka. Di Jepang penyelidikan seperti ini adalah hal biasa, walau sekarang adalah hal ilegal. Di Kansai saat ini 60-80 keturunan burakumin menikah dengan non-burakumin, pada tahun 1960an hanya 10. Sementara itu di Osaka, Kyoto, Hyogo dan Hiroshima, stigma masih ada. Burakumin dianggap biang kemelaratan, pengangguran dan kriminal. Cap ini diperkuat dengan adanya pandangan negatif tentang Yakuza yang ternyata memiliki hubungan erat dengan masyarakat burakumin. Menurut David E. Kaplan dan Alec Dubro dalam bukunya Yakuza: The Explosive Account of Japans Criminal Underworld Reading, Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Co., 1986 anggota Yamaguchi-gumi atau Yakuza terbesar 70 nya adalah burakumin. Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian akan merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana sejarah masyarakat Burakumin di Jepang? 2. Bagaimana pendiskriminasian masyarakat Burakumin dalam kehidupan sehari- hari di Jepang dewasa ini? Universitas Sumatera Utara 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan