51
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan diatas maka kita dapat
mengambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Burakumin adalah sebutan untuk kaum Eta dan Hinin yang merupakan
salah satu kelompok masyarakat yang mendiami sebuah daerah tertentu yang letaknya jauh dan terasingkan bahkan di lokasi-lokasi
berbahaya. 2.
Penyebab kaum ini terasingkan adalah adanya konsep kesucian dan kekotoran yang dibawa oleh ajaran Budha dan Shinto dalam
masyarakat Jepang. Kaum Eta dan Hinin pada umumnya adalah orang- orang yang bekerja sebagai tukang daging, pemburu binatang, pembuat
bahan-bahan dari kulit binatang, pengurus jenazah, pelaku kriminal serta gelandangan. Dalam kedua ajaran agama di atas, barang siapa
yang berhubungan dengan kematian, darah dan perilaku kotor adalah sebuah kenajisan yang tidak baik untuk kehidupan. Kekotoran yang
melekat pada orang-orang ini dikatakan dapat menular dan membawa dampak buruk bagi orang-orang disekitarnya. Karena alasan inilah
kaum Burakumin
mendapatkan perlakuan
buruk atau
didiskriminasikan. 3.
Pendiskriminasian secara terang-terangan terhadap burakumin mulai terjadi pada masa Tokugawa 1603-1868. Pada masa ini kehidupan
Universitas Sumatera Utara
52
burakumin ditentukan oleh pemerintah. Mulai dari jenis pakaian, tempat tinggal, makanan serta perilaku mereka. Dalam pembagian
kelas masyarakat, burakumin tidak masuk dalam kelas manapun. Bukan hanya berada dalam kelas sosial terendah namun berada di luar
kelas sosial masyarakat Jepang pada saat itu. 4.
Secara resmi status burakumin dibebaskan pada saat Restorasi Meiji 1868- 1945. Dalam menghadapi era modern burakumin harusnya
telah mendapatkan kebebasannya. Namun, hal itu mendapatkan banyak penolakan sehingga secara tidak resmi burakumin tetap
menerima perlakuan diskriminasi oelah masyarakat. 5.
Dalam rangka pembebasan kaum burakumin kaum intelektual muda nya membentuk sebuah organisasi yang disebut dengan Suiheisha.
Organisasi ini terus berkembang dan sedikit demi sedikit berhasil mendapat bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki taraf hidup
kaum burakumin. Organisasi ini juga berkembang mulai dari pergantian nama, asimilasi bersama partai politik dan kembali menjadi
indipenden hingga terakhir menjadi Buraku Liberation League BLL yang hingga sekarang aktif memberikan penyuluhan tentang hak asasi
manusia, memantau kesejahteraan dan menerima laporan terhadap masyarakat burakumin yang telah membaur dalam masyarakat biasa.
6. Meski telah melewati berbagai usaha penghilangan diskriminasi secara
kasat mata, usaha penghilangan pandangan masyarakat tentang masa burakumin belum menghilang. Hal ini karena masyarakat Jepang
masih memegang kepercayaan pada leluhur dan ajaran Shinto.
Universitas Sumatera Utara
53
7. Meski bisa bekerja di berbagai perusahaan, burakumin yang terlacak
asal-usulnya akan sulit mendapatkan posisi yang tinggi atau pemimpin meskipun ia memiliki kemampuan tersebut.
8. Beberapa perusahaan dan orang tua yang masih kolot kerap menyewa
detektif, serta penyalahgunaan Koseki untuk memastikan asal usul seseorang.
9. Dalam hal pernikahan, calon menantu yang mengaku atau ketahuan
burakumin banyak menerima penolakan dari keluarga pasangannya. Beberapa kasus bahkan, wanita yang ketahuan burakumin menerima
perlakuan kasar dari pasangannya. 10.
Saat ini, burakumin dianggap sebagai grup yang tidak terlihat keberadaannya dikarenakan masyarakat ataupun media tidak ingin
membahasnya karena tidak ingin mendapat cekal dari BLL. 11.
Pandangan negatif terhadap burakumin sebagian besar melekat pada golongan orang tua di Jepang. Anak muda pada umumnya tidak peduli
dengan sejarah kelam tersebut.
Universitas Sumatera Utara
54
4.2 Saran