Informan Tambahan II: Keluarga Orang yang Melakukan Pernikahan Usia Muda

MH juga tidak pernah mengetahui resiko yang muncul dari pernikahan di usia muda baik yang dilihat dari sudut pandang psikologi, keharmonisan keluaraga, maupun resiko kesehatan. Padahal resiko kesehatan tertinggi yang kemungkinan besar akan muncul adalah menyerang pihak perempuan, hal ini yang umumnya terjadi pada kebanyakan pasangan pernikahan usia muda. “Saya tidak mengetahui resiko yang muncul akibat pernikahan usia muda maka dari itu kalau anak saya mau nikah ya sah-sah saja asal anaknya udah mau apalagi, kalau resiko itu mau nikah muda, mau nikah tua pasti beresiko, palagi orang bekeluarga biasa itu maaf cakapnya kalau ibu atau anaknya meninggal itu emang udah resiko untuk semua perempuan gak harus muda tau tua. Gak ada resiko nikah muda, gak pernahpun saya dengar dari siapapun. Orang-orang dulu juga nikah umur masih muda-muda saya nikah umur 14 tahun dulu, ya sampai sekarang sehat-sehat saja”.

5.2.6 Informan Tambahan II: Keluarga Orang yang Melakukan Pernikahan Usia Muda

Nama : NEM Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 56 Tahun Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan Terakhir : Tidak Pernah Bersekolah NEM adalah ibu kandung dari WK. NEM tidak mengenyam pendidikan sejak dahulu tetapi NEM cukup mengetahui baca dan tulis. Universitas Sumatera Utara “Saya gak ada sekolah dulu, tidak ada mengenyam pendidikan tapi kalau baca tulis tau lah, apalagi kalau ngitung uang tau kali saya. Karena dulu susah kali mau sekolah, orang tua saya juga gak ada niat buat nyekolahin saya, dulu si untuk apa anak perempuan sekolah toh di rumah juga ngurusin anak-anak yaudahlah mau gimana lagi”. Menurut NEM, WK merupakan anak yang baik, WK juga sering bercerita kepada ibunya ketika sedang ada masalah . Masukan-masukan, nasehat dan solusi juga sering diberikan NEM kepada WK. Berikut penuturannya: “Namanya juga anak ya pastilah cerita sama orang tua. Nasehat atau apapun yang jadi keluh kesah anak pasti orang tua bantu lah, siapa orang tua yang mau liat anaknya susah ya gak adalah. Apa yang bisa dibantu ya dibantu semana mampunya la, kalau gak bisa dibantu pasti anak-anak juga paham mereka juga mengerti keadaan orang tuanya”. NEM juga tidak pernah membatasi tentang apa yang seharusnya dilakukan seperti aktivitas-aktivitas WK, sikap yang harus diambil dan lain sebagainya karena menurutnya WK sudah cukup dewasa. NEM memberikan kebebasan kepada WK asalkan tujuan dan niatnya baik. NEM juga tidak pernah membatasi dengan siapa anaknya harus bergaul selagi temannya itu adalah orang baik. “Kalau saya gak begitu ngekang anak-anak, kalau anak-anak mau buat apa ya buat lah, yang penting masih dalam batas kewajaran, tujuan sama niatnya baik gak yang macam-macam. Bekawan juga kayak gitu gak ada saya melarang sama siapa dia harus bekawan yang penting orangnya baik gak yang macam-macam”. Universitas Sumatera Utara NEM menikah pada usia 14 tahun. NEM juga mengizinkan WK untuk menikah pada usia muda. Menurut NEM jika anak sudah saling senang dan sudah saling suka namun tidak dinikahkan justru akan menimbulkan dosa. Menurut NEM jika anak sudah saling mencintai pasangannya dan dari pihak laki-laki juga sudah mapan, tidak ada salahnya jika mereka dinikahkan. Karena bagi NEM menikah adalah tujuan akhir dari setiap orang, jadi tidak harus memandang dari usia kapan harus melakukannya. “Kalau masalah menikah sih, siapa aja pasti akan akan menikah pada akhirnya, semua itu tergantung kepada anaknya kalau udah siap dan yang lakik juga udah siap, udah mapan yaudah apa lagi. Lagipun kan gak mungkin dilarang kalau anak mau nikah dosa la kita, kan sama aja berarti kita ngalangin kebahagiaan anak”. NEM diketahui juga tidak pernah mendengar tentang kemungkinan resiko pernikahan usia muda, baik resiko yang dilihat dari sudut pandang psikolog, maupun kesehatan. “Saya gak ada dengar tentang resiko nikah muda ini, karena menurut saya baik itu nikah muda dan nikah tua juga pasti beresiko gak harus karena nikahnya usia muda”. Namun NEM tidak memungkiri bahwa sebenarnya dia memiliki rasa ketakutan dari pernikahan usia muda, yang akan berdampak pada masalah keharmonisan keluarga. Masalah keharmonisan keluarga yang muncul dari pasangan-suami istri tersebut, dikarenakan belum mampu untuk mengatasi permasalahan dalam keluarga dan akan berujung pada perceraian. Universitas Sumatera Utara “Setau saya resiko nikah muda gak ada tapi saya sebagai orang tua ada kecemasan tersendiri kalau ana saya nikah muda karena kalau ada cek-cok dalam rumah tangga kalau anak saya tidak bisa mengatasinya takutnya kejadian yang gak-gak aja itu aja si menurut saya, mana ada orang tua yang mau liat anaknya gagal dalam berumah tangga”.

5.2.7 Informan Tambahan III: Kelurga Orang yang Melakukan Pernikahan Usia Muda