“Menurut aku kak, resiko pernikahan itu pasti ada namanya berkeluarga pasti adalah selisih faham kalau bisa diatasi ya bisa baik-baik aja, kalu gak bisa
teratasi ya cerailah jalannya apalagi kak. Perceraian gak Cuma untuk nikah muda udah tua juga bisa cerai ya setau saya si paling resiko nikah ini ya
perceraian si mana ada yang lain”.
WK sendiri tidak pernah mendengar bahwa menikah muda memiliki resiko fisik maupun psikis. WK hanya mengetahui bahwa kebanyakan anak yang menikah
di usia muda mudah untuk bercerai. “Saya gak pernah dengar kak, kalau nikah muda beresiko ke kesehatan ibu
hamil, setau aku cuma perceraian aja. Lagi pula kalau emang beresiko pasti gak diizininlah sama orang pukesmas tapi ini sah-sah aja gak ada masalah”.
5.2.3 Informan Utama III: Orang yang Melakuakan Pernikahan Usia Muda
Nama : EN
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Umur Menikah : 15 Tahun
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Pendidikan terakhir : SMP
EN adalah anak pertama dari 3 bersaudara. EN masih memiliki orang tua yang lengkap. Pekerjaan orang tua EN adalah petani, dengan penghasilan perbulan
lebih kurang adalah Rp 800.000 Delapan Ratus Ribu Rupiah.
Universitas Sumatera Utara
“Alhamdulillah orang tua ku dua-dua masih lengkap kak, mamak gak kerja si, ayah yang kerja, ayah petani ngurusin sawah”.
Jumlah tanggungan orang tua EN dahulu adalah sebanyak 3 orang, tetapi sekarang tinggal 2 orang dikarenakan EN sudah menikah, sehingga biaya
kehidupan EN sudah menjadi tanggung jawab suaminya.
EN telah mulai mengenal pacaran pada usia 14 tahun, dan pada waktu yang lalu hingga menikah EN sudah berkali-kali berganti pacar.
“Saya mulai pacaran SMP kak. Banyak dulu pacar ku tapi gak ingat lagi la berapa-berapanya. Pokoknya suami ku yang ini pacar yang kesekian la kak”.
Sama seperti kedua informan sebelumnya, tempat favorit yang sering di kunjungi EN saat berkencan adalah lapangan golf saat sore hari dan biasanya jika
berkencan pada malam hari EN cukup berada di rumah saja, jikalau harus keluar rumah, biasanya Karena EN memiliki kebutuhan tertentu saja atau jika ada hiburan
kibot atau hiburan yang lainnya. Seminggu dua kali EN berkencan atau biasa anak muda-mudi menyebutnya dengan ngapel. Kencan tersebut biasanya terjadi pada
malam-malam tertentu namun keseringan adalah pada malam minggu dan malam kamis.
“Kalau pacaran si biasanya aku ke golf kak, dimana lagi kak selain golf yang dekat dari sisni. Saya si kalau ketemuan ya dua kali kak dalam seminggu
malam kamis sama malam minggu lah. Tetapi kalau ada kibot ya keluar juga kak.”
Universitas Sumatera Utara
Dahulu biasanya pada saat berkencan menurut informan tetangganya juga tidak begitu peduli dan mereka bersikap biasa saja dan sebagaimana mestinya.
“Tetangga ya biasalah namanya juga anak muda, tidak begitu ikut campur udah masing-masing ajalah, orang itu juga punya anak kak gak ada simasalah
aman-aman aja”.
Melalui penuturan EN dapat diketahui bahwa menikah adalah keinginannya sendiri, dengan alasan bahwa orang tuanya juga mengizinkan. Menurut orang tua EN
apabila sudah ada yang cocok atau dengan kata lain sudah saling mencintai dan dari pihak laki-laki juga sudah punya pekerjaan, EN diizinkan untuk menikah.
“Saya menikah udah pilihan saya kak agar dapat membantu orang tua untuk mengurangi bebannya. Saya menikah iya tanyak juga lah sama mamak kan
gak main nikah-nikah aja, eh… rupanya mamak juga setuju yaudah cowok aku juga mau yaudah nikah la kami sampek sekarang ini lah”.
Hal lain yang mendorong EN untuk menikah yaitu karena EN juga sudah tidak dapat melanjutkan studi nya kejenjang SMA Sekolah Menengah Atas, dikarenakan
faktor ekonomi keluarga yang tidak memadai. “Saya sekolah cuma tamat SMP kak, mau nyambong lagi orang tua udah gak
sanggop lagi cemana kan gak mungkin dipaksain yaudah sampek SMP aja lah”.
Tujuan EN menikah salah satunya adalah untuk mengurangi beban tanggungan orang tua, selain itu EN beranggapan jika menikah di usia muda, kelak jika anak-
anak telah tumbuh dewasa maka usia orang tua juga masih muda, berikut penuturannya:
Universitas Sumatera Utara
“Kalau sekarang udah nikah, jadi nanti kalau anak-anak udah besar kami belum pada tua kali kak, orang tuanya masih pada muda-muda kak”.
Kemudian selain EN, diketahui bahwa beberapa teman-teman informn ternyata juga ada yang melakukan pernikahan usia muda pernikahan dibawah umur 19 tahun
atau masih usia sekolah. “Kawan-kawan aku banyak juga kak yang udah nikah, ada yang nikak
memang mereka udah pada siap, ada juga kawan ku yang nikah udah hamil deluan macam la kak pokoknya umurnya rata-rata sama sama aku adapun
yang dibawah ku udah nikah juga”.
Saat berpacaran EN juga diberikan izin oleh orang tuanya jika akan pergi berkencan malam minggu atau malam-malam lainya. Tanggapan dan sikap orangtua
EN juga baik-baik saja jika pacarnya datang kerumah atau dengan kata lain melihat EN dengan kekasihnya, kalaupun jika saat itu informan harus pergi kencan keluar
rumah seperti jalan-jalan, orangtua EN tetap mengizinkan asalkan jika hendak pergi pamit dahulu kepada orangtua.
“Mamak sama ayah biasa aja si, gak ada ngelarang kalau saya pacaran, mamak sama ayah ngasi izin ke aku yang penting kalau mau pergi jalan-
jalanpamit sama orang tua. Orang tua ngizinin asalkan izin terlebih dahulu kalau mau pergi-pergi”.
Orang tua EN juga mengizinkan informan menikah di usia muda, asalkan keduanya sudah saling cocok. Dalam hal ini EN tidak di jodohkan, calon suami
adalah murni pilihan informan sendiri, berikut penuturan EN:
Universitas Sumatera Utara
“Orang tua ngizinin waktu aku bilang aku mau nikah, dan respon mereka biasa aja. Mereka ngijinin aja kalau udah merasa cocok sama pasangan aku.
Pasangan aku ini murni pilihan aku sendiri gak ada dijodohin sama orang tua, memang udah dari hati aku untuk nikah sama dia”.
EN pernah mendengar resiko pernikahan usia muda yang paling utama yaitu resiko terjadinya perceraian.
“Saya tidak begitu memahami akan resiko dari pernikahan muda, setau saya mungkin kalau anak-anak nikah muda belum mampu untuk mengatasi
permasalahan yang ada mungkin ya akan menimbulkan perceraian aja”.
Resiko perceraian yang disebabkan oleh terganggunya keberfungsian keluarga sehingga menyebabkan keharmonisan keluarga juga terganggu dimana dampak
negatifnya adalah mengarah ke perceraian. EN tidak pernah mengetahui bahwa jika menikah di usia muda atau di bawah umur akan memungkinan terjadinya gangguan
kehamilan “Kalau berdampak pada kehamilan saya kurang tau karena emang kurang la
pemahaman saya kalau saya bilang gak ada nanti ada tapi setau saya cuma itu lah resikonya mungkin perceraian aja”.
5.2.4 Informan Utama IV: Orang yang Melakukan Pernikahan Usia Muda