9 Menurut Pontjowinoto 2003, obligasi syariah adalah suatu kontrak
perjanjian tertulis yang bersifat jangka panjang untuk membayar kembali pada waktu tertentu seluruh kewajiban yang timbul akibat pembiayaan untuk kegiatan
tertentu menurut syarat dan ketentuan tertentu serta membayar sejumlah manfaat secara periodik menurut akad. Dari sisi pasar modal, penerbitan obligasi syariah
muncul sehubungan dengan berkembangnya institusi-institusi keuangan syariah, dana pensiun syariah, dan reksa dana syariah yang membutuhkan alternatif
penempatan investasi. Dari dua pengertian di atas, jelas bahwa hal yang harus dihindari dari
penerbitan obligasi syariah adalah bunga ribainterest yang diharamkan oleh ajaran Islam. Achsien 2000 mengatakan faktor diskonto yang digunakan sebagai
cost of capital tergantung dari aset dan risiko yang dikandungnya. Islam mengijinkan pinjam-meminjam tidak dengan bunga, melainkan dengan basis
profitloss sharing. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa Islam mendorong umatnya menjadi investor dan bukannya kreditor. Investor selalu berhadapan
dengan risiko, sejalan dengan konsep profitloss sharing yang berarti juga risk sharing. Dengan demikian penghitungan cost of capitaldalam pendanaan Islami
akan lebih menjurus pada cost of equity, karena debt dengansistem tersebut pun diakui sebagai equity.
2.1.1.2 Karakteristik Obligasi Syariah
Obigasi Syariah mempunyai beberapa karakteristik.Pertama, obligasi syariah menekankan pendapatan investasi bukan berdasarkan kepada tingkat
bunga kupon yang telah ditentukan sebelumnya.Tingkat pendapatan dalam
Universitas Sumatera Utara
10 obligasi syariah berdasar kepada tingkat rasio bagi hasil nisbah yang besarnya
telah disepakati oleh pihak emiten dan investor. Kedua, dalam sistem pengawasannya selain diawasi oleh pihak wali amanat maka mekanisme obligasi
syariah juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah di bawah Majelis Ulama Indonesia sejak dari penerbitan obligasi sampai akhir dari masa penerbitan
obligasi tersebut. Dengan adanya sistem ini maka prinsip kehati-hatian dan perlindungan kepada investor obligasi syariah diharapkan bisa lebih
terjamin.Ketiga, jenis industri yang dikelola oleh emiten serta hasil pendapatan perusahaan penerbit obligasi harus terhindar dari unsur non halal.
Secara umum, ketentuan mekanisme mengenai obligasi syariah adalah sebagai berikut :
a. Obligasi syariah haruslah berdasarkan konsep syariah yang hanya memberikan pendapatan kepada pemegang obligasi dalam bentuk bagi hasil atau revenue
sharing serta pembayaran utang pokok pada saat jatuh tempo. b. Obligasi syariah mudharabah yang diterbitkan harus berdasarkan pada bentuk
pembagian hasil keuntungan yang telah disepakati sebelumnya serta pendapatan yang diterima harus bersih dari non halal.
c. Nisbah rasio bagi hasil harus ditentukan sesuai kesepakatan sebelum penerbitan obligasi tesrsebut.
d. Pembagian pendapatan dapat dilakukan secara periodik atau sesuai ketentuan bersama, dan pada saat jatuh tempo hal itu diperhitungkan secara keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
11 e. Sistem pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah
atau oleh Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI. f. Apabila perusahaan penerbit obligasi melakukan kelalaian atau melanggar
syarat perjanjian, wajib dilakukan pengembalian dana investor dan harus dibuat surat pengakuan utang.
g. Apabila emiten berbuat kelalaian atau cedera janji maka pihak investor dapat menarik dananya.
h. Hak kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat dipindah tangan kepada pihak lain sesuai kesepakatan akad perjanjian.
2.1.1.3 Dasar Hukum Obligasi Syariah