Margin Keuntungan Anuitas Praktek Metode Perhitungan Keuntungan

pembiayaan murabahah kompetitif, margin murabahah tadi harus lebih kecil dari bunga pinjaman. Jika masih relatif besar, maka yang harus dimainkan adalah dengan memperkecil cost recovery dan keuntungan yang diharapkan. 42 C. Relevansi Metode Perhitungan Margin Murabahah di BMT Al-Fath IKMI dengan Prinsip Syariah Berdasarkan Fatwa Nomor 84DSN- MUIXII2012 Sebagai lembaga keuangan syariah, maka segala kegiatan yang dilakukan oleh BMT Al-Fath IKMI hendaknya berpegang teguh terhadap prinsip dan ketentuan syariah yang berlaku. Dalam hal ini Fatwa Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia DSN-MUI. Dari praktek metode penetapan margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI yang telah diuraikan di atas, penulis hendak melakukan analisis terhadap metode penerapan margin murabahah yang digunakan. Apakah sudah sesuai dengan aturan- aturan yang telah ditentukan dalam Fatwa DSN-MUI mengenai metode pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah ini. Dalam Fatwa ini terdapat 3 ketentuan, yaitu ketentuan umum, ketentuan hukum dan ketentuan khusus.

1. Ketetentuan Umum

a. Metode Proporsional Thariqah Mubasyirah adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang 42 Muhammad, manajemen dana bank syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2005 h.140-141 harga jual, tsaman yang berhasil ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih al-atsman al- muhashshalah; Jika kita lihat dari metode perhitungan margin yang digunakan BMT, maka menurut pandangan penulis, metode perhitungan margin yang dipakai oleh BMT Al-Fath IKMI mirip dengan perhitungan keuntungan flat dimana besaran angsuran pokok dan margin nya tetap sehingga menghasilkan jumlah angsuran tetap per bulan. Artinya, metode perhitungan margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI menggunakan metode proporsional. b. Metode Anuitas Thariqah al-Hisab al-TanazuliyyahThariqah al- Tanaqushiyyah adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih al-atsman al-mutabaqqiyah; BMT Al-Fath IKMI tidak menggunakan metode anuitas dalam perhitungan keuntungan tetapi menggunakan metode proporsional. Dalam hal ini, BMT harus tetap berhati-hati dalam memilih dan menggunakan metode perhitungan keuntungan murabahah. c. Murabahah adalah akad jual-beli dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan; Dalam premis akad pasal 2 poin 1 dan 2 dengan jelas menyebutkan jumlah harga pokokharga beli, jumlah margin keuntungan dan jumlah harga jual yang diberikan kepada nasabah. 43 Sesuai dengan definisi dari akad murabahah itu sendiri, murabahah adalah penjualan barang oleh seseorang kepada pihak lain dengan pengaturan bahwa penjual berkewajiban untuk mengungkapkan kepada pembeli harga pokok dari barang dan marjin keuntungan yang dimasukkan ke dalam harga jual barang tersebut. 44 Tetapi penjelasan mengenai definisi murabahah tidak disebutkan dalam premis akad 45 . Menurut penulis, dalam melakukan akad antara dua pihak atau lebih, penting bagi seluruh pihak mendapatkan informasi mengenai akad yang akan dilakukan. Karena kurang lengkapnya informasi rentan terjadi kesalahpahaman yang bisa saja berakibat mencederai akad. Kelengkapan informasi bagi seluruh pihak yang melakukan akad juga diperlukan agar menjaga hak dan kewajiban masing-masing pihak dapat tercapai. d. At-Tamwil bi al-Murabahah Pembiayaan Murabahah adalah murabahah di Lembaga Keuangan Syariah LKS dengan cara LKS membelikan 43 Lihat lampiran 44 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : RajaGrafindo Persada ,2007:h.164 45 Lihat lampiran barang sesuai dengan pesanan nasabah, kemudian LKS menjualnya kepada nasabah – setelah barang menjadi milik LKS-- dengan pembayaran secara angsuran; Ketentuan ini menjelaskan bahwa LKS dalam hal ini BMT, melakukan akad murabahah berdasarkan pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, BMT melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Dalam jual beli biasa, misalnya seseorang ingin membeli barang tertentu dengan spesifikasi tertentu, sedangkan barang tersebut belum ada pada saat pemesanan, maka si penjual akan mencari dan membeli barang yang sesuai dengan spesifikasinya, kemudian menjualnya kepada si pemesan. Transaksi murabahah dengan pesanan ini adalah sah dalam fiqh islam 46 . Dalam akad jual-beli murabahah di BMT Al-Fath IKMI, tidak menyebutkan secara khusus premis akad mengenai murabahah berdasarkan pemesanan. 47 Tetapi untuk membeli barang yang diinginkan oleh nasabah dalam praktiknya di BMT, hal ini ditinjau lagi dari jenis objekbarang pesanan nasabah tersebut. Jika jenis objekbarang mudah pengadaannya, maka BMT yang akan membelikan barang pesanan. Tetapi jika jenis barang tersebut agak sulit pengadaannya, maka nasabah ditugaskan oleh BMT untuk membeli sendiri barang yang dimaksud demi efektifitas dan efisiensi serta kemudahan 46 Karim, Adiwarman Azwar, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan h.115 47 Lihat lampiran