Penanganan pembiayaan murabahah dan mudharabah bermasalah Baitul Maal wat tamwil (BMT) al-Fath ikatan masjid Indonesia (IKMI)

(1)

WAT TAMWIL (BMT) AL-FATH IKATAN MASJID

INDONESIA (IKMI)

Disusun Oleh :

Firza Syahrullah (106046101618)

Konsentrasi Perbankan Syariah

Program studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

1432 H/ 2011 M


(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

FIRZA SYAHRULLAH NIM : 106046101618

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H/2011 M


(3)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

FIRZA SYAHRULLAH NIM. 106046101618

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Syahrul A’dam, M.Ag. Drs. H. Hamid Farihi, M.A.

NIP. 19730504200031002 NIP. 195811191986031001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H/2011 M


(4)

FATH IKATAN MASJID INDONESIA (IKMI) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 10 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SESy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Syariah).

Jakarta, 10 Maret 2011 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM NIP. 195505051982031012

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag. (...) NIP. 197107011998032002

Sekretaris : Mu’min Roup, S.Ag.,M.A (...) NIP. 150281979

PembimbingI : Dr.Syahrul A’dam, M.Ag. (...) NIP. 19730504200031002

PembimbingI : Drs.H. Hamid Farihi, M.A. (...) NIP. 195811191986031001

Penguji I : Dr. Alimin Mesra, M.Ag. (...) NIP. 196908252000031001

Penguji II : Dr. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd. (...) NIP. 195607121981031003


(5)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil

jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 23 Rabiul Akhir 1432 H 28 Maret 2011


(6)

Advisor: Dr. Syahrul a’dam, M.Ag. and Drs. H. Hamid Farihi, MA.

Keywords: Murabahah Financing Troubled and Problematic Mudharabah, Handling Problems Murabahah and Mudharabah Financing Trouble.

Murabahah and mudharabah as a variety of financing products in some Islamic banking/ Islamic finance institutions, are like credit loans in the conventional banking. There are things that should and indeed not allowed to occur by both parties. It is meant for example is the late payment of debts by the client to the bank, in other words occur not current in terms of payment, whether it is because of loss is actually experienced by the partner/customer, or because of deliberate delaying debt payments from partners/customer itself.

BMT Al-Fath IKMI including one that runs the BMT of financing and murabaha, BMT Al-Fath IKMI as one of the BMT reliable, apply some way in resolving murabaha and mudaraba problems that occurred in the BMT. In between those efforts include re-evaluation of business partners, reschedule installments, financing restructuring, liquidation of collateral, and the last is the elimination of credit.

The focus oh this study was to describe the handling and mudaraba murabahah in BMT Al Fath IKMI and analyze the handling of funding whether it is appropriate or not with the Islamic Shari’a (guided by the Qur’an an Sunnah of His Messenger). The results showed that the handling and mudaraba murabahah conducted by BMT Al-Fath IKMI is in compliance with Islamic Shari’a. Where as in the analysis of financing Al-Fath IKMI BMT using analysis 5C+S.


(7)

Segala Puji dan syukur hanya kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat, rahmat, taufik, hidayah dan inayahnya tiada hendi. Sesungguhnya hanya dengan pertolongan-Nya lah ahirnya penulis dapat menyelesaikan skeripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Ahir zaman, yaitu Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan ummatnya. Amiin.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sadari masi banyak kendala yang menghambat langkah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun, berkat bimbingan, arahan, dan motifasi dari berbagai kalangan pihak, dan Alhamdulillah pada ahirnya penulis dapat menyelesaikan. Oleh karena itu penulis secara khususu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Euis Amelia, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. H. Ah. Azharuddin Latif, M.A,g., M.H. sebagai Pembimbing Akademik Penulis.


(8)

5. Segenap pihak Bank BMT Al-Fath IKMI, khususnya Bapak Saimin selaku manager Tamwil BMT Al-Fath IKMI yang telah bersedia meluangkan

waktunya ditengah kesibukannya untuk membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan mengajarkan Ilmu dan Ahlaq yang tidak ternilai harganya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Segenap staff akademik dan staff perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Orang tua tercinta dan tersayang Drs. H. Sunarko dan Ibunda Hj. Azhariyah dan nenekku Hj. Chomsanih yang telah memberikan Doa dan motifasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Saudara/i kandungku Susi Yulia Astuti, Eri Suhasni Wulandari, Hilda Khoirunnisa dan Ilham Ramadhan, Kakak iparku Ricky, calon kakak iparku Sandi Permana, keponakanku tercinta Thalita serta om dan tanteku tersayang yang sangat memberikan dorongan moril dan materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(9)

Uthe, Mega, seluruh anak KOPMA, Wiwid, Imam sahabat pengajianku, Rahman, Hilman, Nury, dan kawan-kawan ku yang kocak-kocak Group KKN Green Been.

11. Teman-teman Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah kelas B angkatan 2006. 12. Dan semua pihak yang telah membantu memberikan kontribusi terhadap

penyelesaian skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat penulis. Terimakasih dan Semoga masukan dan bantuannya di catat oleh Allah sebagai pahala disisi-Nya. Amiiin. Dan semoga bermamfaat bagi semuanya, Amiin.

Jakarta, 18 Maret 2011


(10)

ix

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I: PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang Masalah... 1

Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

Kerangka Teori... 9

Penelitian Terdahulu ... 11

Metode Penelitian ... 13

Sistematika Penulisan ... 17

BAB II:KAJIAN TEORI ... 20

A. Aspek Umum Mengenai Pembiayaan ... 20

1. Pengertian Pembiayaan ... 20

2. Pengertian Pembiayaan Bermasalah ... 21


(11)

x

B. Pembiayaan Murabahah dalam Hukum Islam... 28

1. Pengertian Murabahah... 28

2. Landasan Syariah Bai’ al Murabahah ... 29

3. Rukun dan Syarat Murabahah ... 32

4. Jenis-jenis Pembiayaan Murabahah ... 34

5. Tujuan dan Manfaat Murabahah ... 36

6. Skema Murabahah... 37

C. Pembiayaan Mudharabah dalam Hukum Islam... 38

1. Pengertian Mudharabah ... 38

2. Landasan Syariah Al-Mudharabah ... 39

3. Rukun dan Syarat Mudharabah ... 40

4. Jenis-jenis Mudharabah ... 42

5. Manfaat dan Resiko Mudharabah ... 43

6. Skema Mudharabah ... 44

D. Kriteria Penggolongan Kolektibilitas Pembiayaan pada BMT berdasarkan PBI No.6/18/PBI/2004 ... 45


(12)

xi

C. Struktur Organisasi BMT AL-Fath IKMI... 51

D. Produk dan Kegiatan-Kegiatan BMT AL-FATH IKMI... 53

BAB IV: ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN MUDHARABAH BERMASALAH BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AL-FATH IKATAN MASJID INDONESIA (IKMI ... 62

A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah di BMT Al-Fath IKMI ... 62

B. Faktor Penyebab Timbulnya Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah Bermasalah pada BMT AL-Fath IKMI ... 69

C. Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah Bermasalah pada BMT AL-Fath IKMI ... 77

BAB V : PENUTUP ... 87

Kesimpulan... 87

Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA... 94


(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Islam datang dengan membawa pemahaman yang membentuk pandangan hidup tersendiri dalam bentuk prinsip-prinsip hukum yang bersifat global, guna menjawab setiap permasalahan yang timbul. Oleh karenanya maka peran hukum Islam dalam konteks “kekinian” amat sangat diperlukan. Kompleksitas permasalahan umat seiring dengan berkembangnya zaman, membuat hukum Islam harus bersifat elastis dan fleksibel guna memberikan kemaslahatan (kepentingan) kepada Umat Islam khususnya dan manusia pada umumnya.

Islam selain memiliki ajaran tentang keimanan juga memiliki ajaran tentang syari’ah yang berisi interaksi vertikal yakni hubungan antara manusia dengan Penciptanya dan interaksi horizontal; yakni hubungan antara sesama manusia. Islam juga memiliki ajaran tentang akhlak yang menyangkut perilaku dalam sikap hidup manusia.1

Syariah Islam adalah syariah yang dibawa oleh Rasulullah saw, yang membawa ajaran yang sempurna bagi seluruh hamba Allah SWT. Islam merupakan suatu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat diambil sebagian saja dengan meninggalkan bagian yang lain.


(14)

Islam mengkombinasikan antara kepentingan dunia dengan akhirat. Maka keliru, orang yang berpendapat bahwa Islam hanyalah agama yang berkepentingan dengan masalah spiritual saja. Sebab Islam adalah suatu system yang komprehensif dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Islam mengatur keharmonisan antara materiil dan spiritual, serta ibadah dan muamalat demi tercapainya kemaslahatan manusia baik di dunia maupun di akhirat.

Islam memiliki sistem ekonomi yang secara fundamental berbeda dari sistem ekonomi lainnya. Ia memiliki akar dalam syariat yang membentuk pandangan dunia sekaligus sasaran-sasaran (maqoshid asy-syariah) yang berbeda dari sistem sekuler yang menguasai dunia saat ini. Sasaran-sasaran yang dikehendaki Islam secara mendasar bukan sasaran materiil, tetapi didasarkan atas konsep-konsep Islam sendiri tentang kebahagiaan manusia (falah) dan kehidupan yang baik (hayatun thayyibah) dan aspek persaudaraan (Ukhuwah), keadilan sosio-ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan spritual manusia. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan bahwa umat manusia memiliki kedudukan yang sama sebagai khalifah Allah SWT. Dimuka bumi dan sekaligus sebagai hamba-Nya yang tidak akan mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman batin, kecuali jika kebahagiaan sejati telah di capai melalui pemenuhan kebutuhan materiil dan spiritual. Tujuan-tujuan syariat mengandung semua yang diperlukan manusia untuk merealisasikan falah dan hayatun thoyyibah dalam batas-batas syariat.

Kegiatan perekonomian terus berkembang dan berubah, sejalan dengan perkembangan dan perubahan zaman. Pada saat ini, perekonomian tidak bisa


(15)

terlepas dari peran jasa lembaga keuangan. Sebagai salah satu upaya untuk merealisasikan nilai-nilai ekonomi Islam adalah dengan mendirikan lembaga keuangan yang berdasarkan syariah.2 Dari sekian banyak lembaga keuangan syariah, BMT merupakan lembaga ekonomi Islam yang dibangun berbasis keumatan sebab dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, Dari segi jumlah, BMT pun merupakan lembaga keuangan syariah yang paling banyak apabila dibandingkan dengan lembaga keuangan syariah lainnya.

BMT adalah salah satu unit usaha dari sebuah koperasi. Dimana BMT merupakan lembaga pendukung kegiatan ekonomi kecil ke bawah. BMT terdiri dari 2 kegiatan, yaitu, Baitul Maal dan Baitut Tamwil. Kegiatan Baitut Tamwil mengutamakan perkembangan kegiatan-kegiatan investasi dan produktif dengan sasaran usaha ekonomi yang dalam pelaksanaannya saling mendukung untuk pembangunan usaha-usaha kesejahteraan masyarakat. Sedangkan Baitul Maal mengutamakan kegiatan kesejahteraan, bersifat nirlaba, diharapkan mampu menghimpun dana zakat, infaq, shadaqah yang pada gilirannya berfungsi mendukung kemungkinan-kemungkinan risiko yang terjadi dalam kegiatan ekonomi pengusaha kecil.3

Salah satu ciri dari BMT adalah lembaga ini mudah didirikan. Artinya lembaga ini dapat ditangani dan dimengerti oleh para pengusaha yang sebagian besar berpendidikan rendah. Ciri berikutnya adalah agar semua yang terlibat

2

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2002), h.4 3Madjid dan Rasyid,Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah,hal.182


(16)

memiliki motivasi yang kuat bukan hanya untuk mendirikan, tetapi juga membina dan mengembangkan lebih lanjut, maka BMT berkaitan erat dengan kepentingan mendasar dari pemiliknya. Ciri berikutnya dari BMT adalah untuk dapat melayani keperluan para pengusaha kecil secara berkesinambungan, maka BMT tidak hanya memiliki aturan-aturan kerja yang membuat lentur, efesien, efektif, tetapi juga mandiri. Ciri-ciri berikutnya dari BMT adalah untuk melaksanakan sistem bagi hasil sebagai salah satu bentuk kerja sama berkelanjutan, maka BMT mengembangkan sikap amanah dan saling percaya.4

Pada awal-awal pendirian, umumnya BMT memiliki legalitas hukum sebagai KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Sebagai lembaga simpan pinjam, segi formalitas hukum BMT memiliki dua alternatif badan hukum. Pertama, dalam lembaga perbankan, maka BMT akan tunduk pada ketentuan Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998. Kedua, dalam bentuk koperasi simpan pinjam dengan pola syariah, BMT tunduk pada UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP No. 9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam ala koperasi.5

BMT sebagai lembaga keuangan yang didirikan secara swadaya oleh masyarakat bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi para pengusaha kecil dan sangat kecil. BMT merupakan dasar bagi konfigurasi baru dalam organisasi ekonomi rakyat, karena yang dibutuhkan oleh pengusaha kecil

4

Baihaqi Abdul Madjid, et.al.,Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah; Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia,h. 58


(17)

dan sangat kecil adalah tersedianya dana kredit secara tepat waktu dan jumlah, tata cara yang sederhana, keberadaan lembaga keuangan yang dekat dengan lokasi, sesuai dengan kultur usaha, mudah dalam arti persyaratan yang sesederhana mungkin, dan biaya yang dikeluarkan unutk mendapatkan kredit sampai dengan pengembalian yang relatif kecil serta didukung oleh adanya pembinaan. Untuk melayani usaha kecil perlu dilakukan pendekatan yang lebih bersifat pendekatan.

BMT yang dalam pengertian sebagai lembaga keuangan sosial sekaligus komersial ini, berarti memiliki fungsi yang sangat strategis dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Di satu sisi BMT dituntut untuk mengentaskan kemiskinan dengan pengelolaan dana sosialnya seperti zakat, infaq, dan shadaqah. Sedangkan sebagai lembaga keuangan komersial, BMT juga dituntut untuk mempertahankan likuiditasnya dan secara periodik harus dapat meningkatkan laba semaksimal mungkin dengan tidak melanggar batasan yang telah ditentukan berdasarkan syariah Islam. Dengan menerapkan pola berbagi hasil dan berbagi risiko atau sistem profit and loss sharing, BMT memberikan wacana baru dan kontribusi dalam perekonomian syariah yang salah satunya adalah memberikan pembiayaan.

Dalam hal ini, BMT AL-Fath IKMI merupakan salah satu unit usaha simpan pinjam dari Koperasi Serba Usaha Syariah (KSUS) yang ditujukan untuk para anggota BMT itu sendiri. Selain kegiatan usaha simpan pinjam, salah satu kegiatan BMT AL-Fath IKMI yaitu menyalurkan dana ke anggotanya dan masyarakat di sekitarnya yang membutuhkan dana, agar BMT AL-Fath IKMI mendapatkan keuntungan dari penyaluran dana tersebut yang akan dibagikan pula kepada


(18)

masyarakat yang menitipkan dananya di BMT AL-Fath IKMI sebagai bentuk bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh BMT tersebut.

Dalam menyalurkan dana ke masyarakat, harus dilakukan dengan selektif dan hati-hati, agar BMT AL-Fath IKMI tidak mengalami kerugian dikemudian hari. Jika penyaluran tersebut mendatangkan kerugian, maka pihak BMT AL-Fath IKMI dalam kegiatan operasionalnya akan terganggu dan juga citra BMT AL-Fath IKMI menjadi tidak baik dimata masyarakat.

Jika pembiayaan sudah mengalami penunggakan pembayaran, pihak BMT harus siaga memantau usaha nasabah agar tidak terjadi lagi penunggakan di bulan berikutnya yang sudah melebihi 3 bulan, maka pembiayaan tersebut dikatakan kurang lancar. Pembiayaan ini harus cepat ditangani agar tidak menjadi pembiayaan bermasalah (macet) yang nantinya menimbulkan kerugian bagi pihak BMT AL-Fath IKMI. Oleh karena itu penanganan pembiayaan ini menjadi hal penting yang harus dilakukan BMT AL-Fath IKMI agar tidak terjadi kerugian. Adapun pembiayaan bermasalah (NPF) Netto di BMT Al-Fath IKMI pada tahun 2008 sebesar 3,06 % dan sebesar 6 % di tahun 2009.6

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkeinginan untuk meneliti lebih lanjut dari hal tersebut dan penulis mencoba menuangkannya dalam sebuah skripsi

yang berjudul ”PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN

MUDHARABAH BERMASALAH BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AL-FATH IKMI ”.


(19)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini terarah, maka penulis perlu memberikan batasan pada aspek usaha BMT simpan pinjam yang mencakup modal, layanan kredit, mitra usaha BMT, prosedur dan syarat pinjaman, faktor-faktor penyebab pembiayaanmurabahahdanmudharabahbermasalah serta upaya penanganannya.

Dari pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur pemberian pembiayaan murabahah dan mudharabahdi BMT Al-Fath IKMI?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi pembiayaan murabahah dan

mudharabahbermasalah yang terdapat dalam BMT AL-Fath IKMI?

3. Bagaimana upaya BMT AL-Fath IKMI dalam menangani pembiayaan

murabahahdanmudharabah bermasalah tersebut dan apakah penanganannya sudah sesuai dengan syariat islam (berpedoman kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya).?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian pembiayaanmurabahah

danmudharabahdi BMT Al-Fath IKMI.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pembiayaan murabahah dan


(20)

3. Untuk mengetahui penanganan pembiayaan murabahah dan mudharabah

bermasalah yang dilakukan oleh BMT Al-Fath IKMI dan untuk mengetahui serta menganalisis penanganan pembiayaannya yang sudah sesuai dengan syariat islam (berpedoman kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya).

Dan penulisan ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: a. Bagi penulis

Merupakan apresiasi terhadap teori-teori yang pernah penulis dapatkan selama menempuh pendidikan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis serta mendapatkan ilmu pengetahuan lebih mendalam mengenai penanganan pembiayaan murabahah dan mudharabah bermasalah

b. Bagi akademis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa buku bacaan perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya di Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Perbankan Syariah.

c. Bagi BMT Al-Fath IKMI

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan atau masukan yang bermanfaat demi kemajuan BMT Al-Fath IKMI di masa yang akan datang.


(21)

d. Bagi masyarakat dan dunia pustaka

Menjadi sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademis dan praktisi dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.

D. Kerangka Teori

Teori merupakan pengarah atau petunjuk dalam menentukan tujuan dan arah penelitian. Teori menurut Robert K Yin, sebagaimana disarikan oleh Dr. H. Tan Kamelo, SH.,MS., menyatakan sebagai berikut : ”Theory means the design of research steps according to some relationship to the literature, policy issues or other substance source”7. Teori adalah serangkaian atau keterangan yang saling berhubungan dan tersusun dalam sistem deduksi, yang mengemukakan penjelasan atas suatu gejala.

Pembiayaan menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal 1 No. 25 adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu.8

Dalam Islam, pembiayaan transaksi jual beli dikenal dengan istilah murabahah. Pembiayaaan murabahah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh

7

Dr. H. Tan Kamelo, SH, MS,Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang Didambakan,(Bandung : Alumni, 2004) hal. 2

8

Dalam ketentuan ini penyediaan dana tersebut berupa: a. transaksi bagi hasil dalam bentukmudharabahdanmusyarakah;

b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentukijarah muntahiya bittamlik;

c. transaksi jual beli dalam bentuk piutangmurabahah, salam,danistishna;

d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutangqardh; dan


(22)

lembaga keuangan syariah kepada pihak lain untuk melakuka jual beli suatu barang, yang dimana penjual menyebutkan harga jual yang terdiri atas harga pokok barang dan tingkat keuntungan tertentu atas barang, dimana harga jual tersebut disetujui oleh pembeli.9Adapun pembiayaan bagi hasil dikenal dengan istilah mudharabah. Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan syariah kepada pihak lain untuk sesuatu yang produktif.10

Meskipun sistem yang digunakan dalam pembiayaan murabahah dan mudharabah adalah profit and loss sharing, namun perlu adanya prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit yang dalam istilah perbankan disebut prudensial.

Prinsip prudensial mengandung konsepsi baru dalam menyikapi secara lebih tegas, rinci, dan efektif atas berbagai risiko yang melekat pada usaha BMT. Dengan demikian prinsip prudensial merupakan konsep yang memiliki unsur sikap, prinsip, standar kebijakan dan teknik dalam manajemen risiko BMT yang sedemikian rupa, sehingga dapat menghindari akibat sekecil apapun yang dapat membahayakan atau merugikan stakeholders, terutama para deposan dan kreditur. Tujuan yang lebih luas dari prinsip prudensial adalah untuk menjaga keamanan, kesehatan dan kestabilan perbankan.11

9

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia,Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah,h. 76

10 Karnaen Perwaatmadja, et.al., Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yokyakarta: Dana Bhakti

Primayasa, 1992), cet. Ke-1, h. 89

11

Permadi Gandapraja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 21-22


(23)

Fungsi teori dalam suatu penelitian adalah untuk memberikan pengarahan pada penelitia yang dilkaukan. Dengan kata lain dengan adanya teori, penelitian yang dilakukan agar terarah dan terfokus dari teori yang dimunculkan. Peneliatian kali ini terfokus pada pembahasan Penanganan pembiayaan Murabahah dan Mudharabah pada BMT Al-fath IKMI.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pembahasan tentang pembiayaan murabahah dan mudharabah bermasalah sudah pernah dilakukan sebelumnya, namun penulis mengambil beberapa teori atau pembahasan dari skripsi mahasiswa yg telah lulus S-1 sebagai penambah bahan referensi penyusunan skripsi. Adapun beberapa penelitian yg di ambil penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah:

1) Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah (Studi pada Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi), oleh Yesi Iryanti Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun skripsi 2008 M/1429 H”.

Menurut penulis di dalam skripsinya menyebutkan bahwa sebelum pembiayaan diberikan kepada nasabah oleh pihak LKS, pihak LKS sebaiknya menganalisa data nasabah sedetail mungkin terutama mengenai laporan keuangannya. Hal ini dilakukan agar penyaluran pemberian pembiayaan dapat bermanfaat bagi kedua belah pihak, dan nantinya tidak akan timbul kredit macet (pemberian pembiayaan murabahah bermasalah).


(24)

2). Pengaruh Pembiayaan Bermasalah terhadap Kualitas Aktiva Produktif pada Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (Studi Kasus PT. BPRS Risalah Ummat), oleh Saefullah Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun skripsi 2005 M/1426 H”.

Menurut penulis di dalam skripsinya meyebutkan bahwa Strategi yang diterapkan oleh BPRS Risalah Ummat dalam menjaga kolektibitas pembiayaannya agar tetap dalam kolektibilitaas lancar adalah dengan memberikan pembiayaan dan piutang secara lebih selektif dan prudent

terhadap calon nasabah, melakukan monitoring pembiayaan dan piutang secara terus-menerus, melakukan restrukturisasi atas pembiayaan yang telah jatuh tempo dan belum lunas, dan mengambil tindakan tegas terhadap nasabah yang tidak kooperatif dan mempunyai I’tikad yang tidak baik.

3). Peranan Account Officer dalam Menekan Pembiayaan Bermasalah di PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah, oleh Ifah Latifah Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun skripsi 1428 H/2008 M”.

Menurut penulis di dalam skripsinya menyebutkan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah pada PT. BPR syariah Harta Insan Karimah ada dua sebab,yaitu faktor Intern dan Ekstern. Adapun faktor Intern yang mempengaruhi terjadinya pembiayaan bermasalah di BPR tersebut meliputi 1)Petugas; menyangkut karakter dan


(25)

kemampuan petugas (Account Officer) dalam menganalisa calon mitra atau nasabah kurang cermat. 2) Sistem; Menyangkut sistem dan prosedur penyaluran pembiayaan yang adakalanya dilanggar sehingga memotong jalur prosedur yang telah dibuat, sertamonitoringyang kurangintensifdari

Account Officerf, sehingga pembiayaan yang kurang lancar tidak terdeteksi sejak dini. Faktor Ekstern yang mempengaruhinya meliputi : 1) Kondisi usaha nasabah pembiayaan yang sedang menurun; 2) Nasabah kurang mampu mengelola usahanya; 3) Kebijakan Pemerintah; 4) Nasabah beritikad kurang baik (karakter buruk); 5) Bencana alam. Adapun Upaya yang dilakukan oleh AO dalam pencegahan pembiayaan bermasalah adalah dengan cara: berhati-hati dalam pemberian pembiayaan, melakukan pendekatan kepada nasabah serta mengadakan pengawasan pembiayaan terus-menerus. Selain itu upaya penanganan pembiayaan bermasalah di BPR tersebut adalah dengan cara Restructuring, Rescheduling, penyitaan jaminandanWrite Off.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah paduan dari penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, karena diawali dengan telaah bahan pustaka dan literatur. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk desain deskriptif dan


(26)

metode pegumpulan data dengan cara observasi. Deskriptif menurut pengertiannya adalah:12

Penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (penulisan : gambaran) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam pengertian ini penelitian deskriptif menggunakan data dasar deskriptif semata, tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi.

Pendapat lainnya mengatakan bahwa ”metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu”13.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun tipe atau pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian langsung pada BMT AL-FATH IKMI. Penelitian ini menggunakan pendekatan dokumen (content analisys) yaitu melakukan pengumpulan data dan informasi melalui arsip dan dokumen. 3. Jenis Data dan Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis data yaitu data kualitatif berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka, kalaupun ada

12

Sumadi Suryabrata,Metodologi Penelitian, (Rajawali Press, Jakarta, 2002), h.18-19. 13

Drs. Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Rajawali Press, Jakarta, 2004, h. 22.


(27)

angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang14. Serta menggunakan dua sumber data yaitu :

a. Sumber Data Primer

Merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan pihak BMT Al-Fath IKMI yang kompeten dan ahli mengenai upaya penanganan pembiayaan murabahah dan mudharabah bermasalah.

b. Sumber Data Sekunder

Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data-data tertulis atau dokumen BMT Al-Fath IKMI mengenai laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan dan lain sebagainya, baik langsung dari pihak BMT Al-Fath

14

Prof. Dr. Sudarwan Danim,Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002. h. 51.


(28)

IKMI maupun melalui situs-situs internet. Pencarian data dokumen dilakukan dengan mendatangi langsung kantor BMT Al-Fath IKMI.

b. Studi Kepustakaan (library research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data atau bahan-bahan dari berbagai daftar kepustakaan yang ada. Dengan cara membaca, mempelajari, mencatat, dan merangkum teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah pokok pembahasan melalui buku-buku, skripsi terdahulu, internet dan media lainnya yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini.

c. Metode Survey

Penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi, dalam hal ini BMT Al-Fath IKMI yang berupaya menangani pembiayaan bermasalah di BMT tersebut, sehingga dapat mengamati langsung kegiatan-kegiatan yang terjadi disana. Penulis juga menggunakan teknik wawancara atau interview dengan narasumber yang cakap dan berkompeten pada bidangnya untuk memberikan keterangan dari masalah yang sedang dibahas.

5. Objek Penelitian

Adapun objek penelitian ini dilakukan di Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Al-Fath IKMI tentang analisis penanganan pembiayaan murabahah bermasalah dan praktek simpan pinjam yang bertempat di Jl. Merpati Raya No.27 Rt.007/01 Sawah Baru, Ciputat (Pertigaan Jombang, dekat Tanah Tinggal).


(29)

6. Teknik Pengolahan Data

a. Seleksi Data : setelah memperoleh data dan bahan-bahan baik melalui

library research maupunfield research, lalu data diperiksa kembali satu persatu agar tidak terjadi kekeliruan.

b. Klasifikasi Data : setelah data diperiksa lalu diklasifikasikan dalam bentuk dan jenis tertentu, kemudian diambil suatu kesimpulan.

7. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif-analitis, yakni penelitian yang menggambarkan data dan informasi yang berlandaskan fakta-fakta yang diperoleh dilapangan mengenai penanganan pembiayaan murabahah dan mudharabah bermasalah.

8. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori dan


(30)

Kerangka Konsep, Penelitian Terdahulu, Objek Penelitian, Pedoman Penulisan Skripsi serta Sistematika Penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan dibahas mengenai aspek umum mengenai pembiayaan murabahah dan mudharabah, pengertian pembiayaan dan pembiayaan

bermasalah, prosedur pemberian pembiayaan, macam-macam

pembiayaan, tujuan dan fungsi pembiayaan, proses pelaksanaan pemberian pembiayaan, proses pemberian pembiayaan, penyebab pembiayaan bermasalah, upaya penanganan pembiayaan bermasalah, pengertian murabahah dan mudharabah, rukun dan syarat, landasan hukum, serta jenis-jenis pembiayaan, tujuan dan manfaat murabahah dan mudharabah.

BAB III: GAMBARAN UMUM BMT AL-FATH IKMI

Dalam Bab ini dibahas mengenai kondisi internal BMT ALK-FATH IKMI yang meliputi sejarah pendirian, visi dan misi, tujuan, produk dan kegiatan-kegiatan di BMT AL-FATH IKMI..

BAB IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai prosedur pemberian pembiayaan murabahah dan mudharabah di BMT Al-Fath IKMI yang meliputi persyaratan pengajuan pembiayaan bagi mitra, mekanisme pencairan pembiayaan, biaya administrasi pencairan BMT AL-FATH IKMI, Faktor apa saja yang mempengaruhi pembiayaan murabahah


(31)

dan mudharabah bermasalah pada BMT AL-FATH IKMI, serta upaya yang dilakukan BMT AL-FATH IKMI mulai dari hal perencanaan strategi sampai penerapan kebijakan yang diambil dalam menangani pembiayaan murabahah dan mudharabah bermasalah.

BAB V : PENUTUP

Merupakan bagian akhir dari penulisan yang akan menunjukkan pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan ini. Bagian ini menunjukkan jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas pada bagian permasalahan di atas yang berisi kesimpulan dan saran.


(32)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan berasal dari bahasa latin yaitu dari kataCredereyang berarti percaya. Oleh karena itu dasar pemikiran persetujuan pemberian pembiayaan oleh suatu lembaga keuangan kepada seseorang atau badan usha berlandaskan kepercayaan.15 Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 1998 pasal 1 butir 12, pembiayaan adalah penyediaan barang atau uang tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan anatara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan pembagian hasil keuntungan.16

Pembiayaan dalam arti luas artinya financing yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan yaitu pendanaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan, seperti bank syariah kepada nasabah.

15

Moh Tjoekam,Perkreditan Bisnis Inti Perbankan; Konsep, Teknik dan Kasus,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), Edisi I,h.1


(33)

Jadi yang dimaksud dengan pembiayaan adalah menyediakan dana guna

membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukannya dan layak

memperolehnya.17 Pembiayaan dalam kamus bahasa Indonesia artinya perbuatan dalam membiayai atau membiayakan sesuatu.18

2. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang berpotensi tidak mampu mengendalikan pembiayaan berdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui dan ditetapkan bersama secara tiba-tiba tanpa menunjukkan tanda-tanda terlebih dahulu.19

Menurut Veithzhal pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi terget yang diinginkan pihak bank seperti pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian.20

17Zainul Arifin,Dasar-dasar manajemen bank Syariah,(Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), cet III.h. 185

18

W.J.S Porwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), cet X, h. 136

19

Rasjim Wiraatmaja, “ Solusi Hukum Dalam Menyelesaikan Kredit Bermasalah”,Majalah Info BankJakarta, 1997, h. 41

20

H. Veuthzhal Rivai, dan Andria Permanda Veithzhal,B,ACT, Credit Management Handbook; Teori, Konsep, Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 475


(34)

3. Macam-macam Pembiayaan

a. Pembiayaan menurut tujuannya, dibagi menjadi : pembiayaan jangka pendek, investasi dan konsumtif.

b. Pembiayaan menurut jangka waktunya, yaitu : pembiayaaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif. Aktiva produktif dialokasikan dalam bentuk pembiayaan seperti bagi hasil, mudahrabah, ijarah, surat berharga, penyertaan modal sementara, dan Sertfikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Sedangkan Aktiva tidak produktif termasuk dalam bentuk pembiayaan qardh, artinya penyediaan dana yang mewajibkan peminjam hanya membayar pokoknya saja, baik dengan cicilan maupun sekaligus dalam jangka waktu tertentu.

4. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

a. Tujuan Pembiayaan antara lain yaitu memperoleh bagi hasil dari modal yang disimpannya, memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelolanya; membantu mengembangkan usaha; memperoleh barang yang dibutuhkan; mengurangi pengangguran; membiayai pembangunan negara dari penghasilan pajak; dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluas jaringan usahanya, sehingga makin banyak masyarakat yang dapat dilayani.


(35)

b. Fungsi pembiayaan antara lain meningkatkan daya guna uang dan barang; meningkatkan pendapatan nasional; penghubung ekonomi Internasional; menimmbulkan kegairahan berusaha dan memperlancar produksi serta konsumsi. Sehingga tingkat hidup masyarakat meningkat.

5. Prinsip-prinsip pemberian pembiayaan

Dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan, pemberi dana (shahibul maal/pemilik dana) dalam hal ini pihak BMT harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon peminjam (mudharib). Prinsip ini dikenal dengan Prinsip 5C dan 7 P, dan dalam ekonomi syariat Islam ada penambahan prinsip, sehingga menjadi prinsip 5C + S yaitu:

1.Caracter

Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon peminjam dengan tujuannuntuk memperkirakan kemungkinan bahwa peminjam dapat memenuhi kewajibannya.

2.Capacity

Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi peminjam di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, serta metode kegiatannya.


(36)

3.Capital

Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon peminjam, yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukan oleh rasio finansialnya dan penekanan pada posisi modalnya 4.Colateral

Yaitu jaminan yang dimiliki calon peminjam. Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya. Jaminan ini dapat berupa garansi perorangan, usahanya, dan jaminan tambahan untuk pembiayaan 2 juta ke atas.

5.Conditions

Yaitu pihak BMT harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat dan secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon peminjam. Hal tersebut dilakukan karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon peminjam. 6. Personality: menilai mitra dari segi kepribadiannya atau tingkah laku

sehari-hari atau masa lalunya.

7. Party : mengklasifikasikan mitra ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.

8. Perpose: mengetahui tujuan mitra dalam mengambil kredit.

9. Prospect: menilai usaha mitra dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak.


(37)

10. Payment : ukuran bagaimana cara mitra mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.

11. Profitability: Bagaimana kemampuan mitra mencari laba

12. Protection : Bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan.

Dan S adalah syariah yang mana Dalam analisis ini, pihak BMT melakukan analisis terhadap usaha yang akan dijalankan nasabah terkait dengan kehalalan usaha atau proyek yang akan dijalankan nasabah. Pihak BMT juga akan menganalisa usaha nasabah yang dinilai sesuai dengan syari'ah islam dan tidak menyimpang dari aturan Islam.

6. Proses Pemberian Pembiayaan

Secara garis besar, proses pemberian pembiayaan dalam 5 tahapan, yaitu: a. Pengajuan Pembiayaan

Nasabah mengajukan permohonan/proposal secara tertulis kepada BMT. Proses ini dilakukan oleh Manager Umum. Setelah semua persyaratan formal dipenuhi seperti yang menyangkut legalitas calon peminjam seperti : data diri, kartu keluarga dan KTP.

b. Investigasi Usulan Pembiayaan

Sementara usulan pembiayaan diproses oleh Manager Umum

(merupakan tugas dan wewenangnya), Manager Umum mengajukan


(38)

permohonan informasi calon peminjam melalui Bagian Pembiayaan/bank checking dan analisa yuridis kebagian administrasi pembiayaan. Investigasi informasi yang berkaitan dengan calon peminjam dilakukan dengan wawancara informal dengan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha/calon peminjam seperti tetangga, supplier bahan baku, rekanan usaha, karyawan, dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk memastikan capacity

(kemampuan) calon peminjam untuk mengembalikan pinjamannya dan nilai pinjaman yang harus diberikan oleh BMT. Dalam peribahasa berarti menghindari adanya besar pasak dari pada tiang. Proses ini merupakan proses yang paling penting bagi pihak pemberi dana (BMT), untuk memastikan keamanan dana yang diberikan serta meminimisasi resiko yang mungkin terjadi di waktu-waktu yang akan datang.

c. Persetujuan Manager Umum

Bila seluruh proses oleh Manager Umum telah selesai dilakukan, maka dokumen yang berisi usulan pembiayaan tersebut diserahkan ke bagian administrasi pembiayaan untuk diperiksa kelengkapannya, untuk selanjutnya dimintakan persetujuan Bagian Pembiayaan. Persetujuan dilakukan secara berjenjang tergantung nilai usulan pembiayaan yang diajukan oleh calon peminjam.

d. Pengikatan Pembiayaan

Setelah usulan pembiayaan tersebut mendapat persetujuan dari Manager Pembiayaan, tahap selanjutnya adalah mempersiapkan pengikatan


(39)

pembiayaan (akad pembiayaan). Sebelum dilakukan pengikatan dilaksanakan semua dokumen asli dan dokumen jaminan harus telah diterima. e. Dropping Dana

Setelah dilakukan pengikatan pembiayaan, proses dropping (realisasi) dana dapat dilakukan, dengan terlebih dahulu dilakukan verifikasi tanda tangan calon peminjam.


(40)

B. Pembiayaan Murabahah dalam Hukum Islam 1. Pengertian Murabahah (Bai’ al Murabahah)

Bai’ al murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ al murabahah penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.21

Suatu jual beli dalam Islam sedikitnya harus memenuhi syarat bahwa ada penjual, pembeli, barang yang diperjual belikan, harga danijab qabulatau biasa juga disebut dengan akad jual beli.

Tujuan nasabah melakukan jual beli dengan Bank/BMT adalah karena suatu alasan bahwa nasabah tidak memiliki uang tunai atau modal untuk bertransaksi langsung dengan supplier. Dengan melakukan transaksi dengan bank/BMT sebagai lembaga keuangan, maka nasabah dapat melakukan jual beli dengan pembayaran tangguh atau diangsur. Jika murabahah dilakukan dengan cara pembayaran angsuran, maka timbul dari transaksi ini adalah piutang uang. Artinya, penjual akan memiliki piutang uang sebesar nilai transaksi atas pembeli, dan sebaliknya pembeli punya utang uang sebesar nilai transaksi kepada penjual.22

21

M. Syafi’i Antonio,Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum,(Jakarta: BI & Tazkia Institute, 1999), h. 145

22

Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia,Bank Syariah: Konsep, Produk dan ImplementasiOperasional,(Jakarta, Djambatan, 2001), h. 66


(41)

2. Landasan SyariahBai’ al Murabahahadalah: a) Al-Qur’an: 1).

...

)...

/

:

(

Artinya:

“...dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (Al-Baqarah/2: 275)

$yg r’fl»t œ

ˇ%'!

$#

(

#q

ª

YtB#u w

(

#q

Ł

=2

ø

’s? N3s9”uq

ł

Br&

M6 oYt/

¨

@

ˇ

»t6

ł

9$$

˛

/

H

w

˛

) br& c q3s?

ot »pg

ˇ

B ‘ tª

<

#t s? N3 Z

ˇi

B

4

wur

(

#q

Ł

=F

ł

)s? N3|¡ Rr&

4

¤

b

˛

)

'

! $#

t

b%x. N3

˛

/ $

V

J

ˇ

mu

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu…”(An-Nisa[4]:29)

MtB

m

ª

N3

ł

n=t

Ł

ptG

ł

yJ

ł

9$#

ª

P

$!

$#ur

ª

N

ł

tm:ur

˝

Y

ˇł

:$#

!

$tBur

¤

@

ˇ

d

Ø

&

˛

t

ˇ

9

«

! $#

ˇ

m

˛

/

Ł

ps)

ˇ

Zy ZJ

ł

9$#ur

os qŁ%qyJ

ł

9$#ur

Ł

pt

ˇj

utIJ

ł

9$#ur

Ł

pys

ˇ ¤

Z9$#ur

!

$tBur @x.r& 7

¡

¡ 9$# w

˛

)

$tB LŒ

ł'

.s $tBur

y

x

˛

/

Ł

n

?tª

= ` Z9$# br&ur

(

#qJ

¯

¡

ł

)tF¡ s? O»s9

ł

F{ $$

˛

/

4

N3

ˇ

9”s , ¡

ˇ

ø

3

t

Pqu

ł

9$#

}

§

˝

‡t

t

ß

ˇ

%

'

!

$#

(

#r

ª

x x. ‘

ˇ

B

N3

ˇ

Z

ˇ

x sø

NŁd qt–

ł

rB

¨

b qt– z $#ur

4

t

Pqu

ł

9$# M

ø

=yJ

ł

.r& N3s9

N3oY

ˇ

MJo

ł

Cr&ur

N3

ł

n=t

LyJŁ

ˇ

R M

¯

˚ u ur

ª

N3s9

z

N»n= M} $# $

Y

4

˙

‘ yJsø

§

˚ $#

˛

ß

>

p|` uK

ł

xC u x

7

#

ˇ

R$yf tG

ª

B

5

OłO\b}

¤

b

˛

*sø

'

! $# q x O

ˇ

m

§

˙ ¨


(42)

3. diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

b) Al Hadits:

:

:

,

}

{

Artinya:

"Nabi saw. bersabda, ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, buka untuk dijual."

c) Fatwa Dewan Syariah Nasional

1. Nomor 4/ DSN-MUI IV/ 2000 tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah, 2. Nomor 13/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang


(43)

3. Nomor 16/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Diskon Dalam Murabahah,

4. Nomor 17/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran. 5. Nomor 23/ DSN-MUI/ III/ 2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang

Potongan Pelunasan Dalam Murabahah.

Berdasarkan fatwa-fatwa tersebut, Bank Indonesia mengatur lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia atau Surat Edaran Bank Indonesia, seperti tentang kolektibilitas dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah Indonesia (PAPSI). Sesuai UU No.10/1998 tentang perubahan UU No.7 tentang Perbankan dalam penjelasan pasal 6 huruf m dijelaskan bahwa yang mempunyai kewenangan untuk mengatur kegiatan usaha Bank Syari’ah adalah Bank Indonesia.

3. Rukun dan Syarat Murabahah

Dalam praktek perbankan syariah, murabahah disamakan dengan praktek jual-beli. Sehingga rukun dan syaratnya sama dengan jual-jual-beli. Menurut Jamhur rukun jual-beli antara lain :

a. Ada orang yang berakad. Dalam hal ini adanya penjual dan pembeli dengan syarat antara lain : baligh dan berakal sehat serta orang yang berakad adalah orang yang berbeda. Artinya seseorang tidak boleh bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual sekaligus pembeli.


(44)

b. Ada lafal ijab dan qabul dengan syarat : qabul sesuai dengan ijab dan ijab qabul dilakukan dalam satu tempat. Artinya kedua belah pihak dalam melakukan transaksi jual-beli berada dalam satu tempat dan membicarakan hal yang sama.

c. Ada barang yang diperjualbelikan dengan syarat yaitu barang yang diperjualbelikan milik penjual, dan bermanfaat bagi manusia ; barang yang diperjualbelikan ada pada saat akad atau tidak ada tetapi penjual sanggup untuk mengdakan barang tersebut.

d. Ada nilai tukar pengganti barang (harga barang)

Menurut Muhammad Syafi’I Antonio syaratmurabahahadalah sebagai berikut : 1) Penjual memberitahukan biaya modal kepada nasabah/mitra.

2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3) Kontrak harus bebas dari riba.

4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli apabila bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.

5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya pembelian dilakukan dengan hutang.23

Pada dasarnya jika syarat no, 1, 4 atau 5 tidak dipenuhi, maka pembeli boleh melakukan pilihan :

a) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.

23

Muhammad Syafi’I Antonio,Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), h. 146


(45)

b) Kembali kepada penjual dan menyatakan tidak setuju atas barang yang dijual. c) Membatalkan kontrak.

Jual beli secara murabahah dengan syarat-syarat murabahah di atas hanya untuk barang (produk) yang telah dikuasai (dimiliki) oleh penjual pada waktu negosiasi atau berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual, pola yang digunakan dapat berupa Murabahah Kepada Pemesanan Pembelian (KPP). Hal ini dinamakan demikian karena si penjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang memesannya.

Lebih rinci, Adiwarman A. Karim membagimurabahahberdasarkan : 1) Murabahah berdasarkan pesanan

Dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah/mitra untuk membeli barang yang dipesannya (BMT dapat meminta uang muka pembelian kepada nasabah/mitra).

Menurut para ulama syraiah terdahulu bersepakat bahwa pemesan tidak boleh terikat untuk memenuhi kewajiban membeli barang yang telah dipesan. Alasannya pembeli barang pada awal telah memberikan pilihan kepada pemesan untuk membeli barang itu atau menolaknya. Namun beberapa ulam menunjukkan murabahah jenis ini yang konteksnya ”belum ada barang” berbeda dengan ”menjual tanpa kepemilikan barang”. Mereka berpendapat bahwa janji membeli barang tersebut bisa mengikat pemesan.


(46)

Dalam murabahah melalui pesanan ini, si penjual boleh meminta pembayaran uang tanda jadi. Hal ini sekedar untuk menunjukkan bukti keseriusan pembeli. Dalam murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat mengikat, pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya.

2). Murabahah pada Pemesan Pembelian (KPP)

Didefenisikan sebagai suatu penjualan di mana dua belah pihak atau lebih bernegosiasi dan berjanji satu sama lain untuk melaksanakan suatu kesepakatan bersama, di mana pemesan meminta pembeli untuk membeli asset kemudian dimilik secara sah untuk pihak ke dua.

Pemesan menjanjikan kepada pembeli untuk membeli asset yang telah dibeli dan memberikan keuntungan atas pesanan tersebut. Kedua belah pihak akan mengakhiri penjualan setelah pemilikan asset pindah ke pemesan. Meskipun demikian, pemesan boleh atau tidak mengakhiri penjualan.

4. Jenis-jenis Pembiayaan Murabahah

a) Murabahah Konsumtif Multiguna ( MKM )

Adalah pembiayaan bagi pegawai/pengusaha/ profesional untuk pembelian berbagai barang yang tidak bertentangan UU/ Hukum yang berlaku dan tidak termasuk yang diharamkan syariah Islam dengan min. Rp.30 juta sd. Rp.2 Milyar. Jangka waktu maksimal 8 tahun.


(47)

b) Murabahab Konsumtif Rumah ( MKR )

Adalah murabahah untuk pembelian rumah tinggal dengan maksimum Rp.5 milyar. Jangka waktu maksimum 15 tahun dan disyaratkan uang muka minimal 20% dari harga perolehan.

c) Murabahah Konsumtif Kendaraan ( MKK )

Adalah murabahah konsumtif untuk pembelian kendaraan bermotor. Jangka waktu untuk mobil baru maks. 5 tahun, mobil second hand (umur teknis 10 tahun terakhir) jangka waktu maks. 3 tahun. Untuk motor baru jangka waktu maks. 3 tahun dan untuk motor second hand (umur teknis maks.5 tahun terakhir) jangka waktu maks. 2 tahun. Uang muka untuk MKK disyaratkan minimal 20% dari harga perolehan.

d) Murabahah Konsumtif Pegawai ( MKP )

Adalah pembiayaan konsumtif bagi pegawai/karyawan suatu

perusahaan/lembaga/instansi untuk pembelian berbagai jenis barang (kecuali kendaraan bermotor) yang tidak bertentangan dengan UU/Hukum yang berlaku serta tidak diharamkan dengan maksimal pembiayaan Rp.30 juta. Jangka waktu pembiayaan maksimal 3 tahun.

e) Murabahah Usaha Kecil ( MUK )

Adalah jenis pembiayaan murabahah untuk keperluan produktif/usaha kecil dengan maksimal sd. Rp.150 juta. Jangka waktu pembiayaan maksimal 5 tahun dan nasabah meyediakan uang muka minimal 20%. Perangkat


(48)

analisanya menggunakan perangkat analisa standar yang terdiri dari MPP, Laporan Kunjungan Setempat dan Laporan Verifikasi.

f) Murabahah Usaha Ritel ( MUR )

Adalah pembiayaan dengan prinsip Murabahah untuk keperluan produktif/usaha dengan maksimum sd. Rp.10 miliar. Jangka waktu pembiayaan maksimal 3 tahun dan nasabah menyediakan uang muka 20%. Perangkat analisa menggunakan alat analisa BCM.

5. Tujuan dan Manfaat Murabahah

a). Tujuan murabahah bagi BMT antara lain : meningkatkan peranan dan pelayanan BMT, serta prosedur yang lebih sederhana tanpa menghilangkan

prinsip kehati-hatian; meningkatkan pendapatan BMT; menolong

nasabah/mitra yang tidak memiliki keuangan cukup untuk pembayaran tunai. Sedangkan tujuan bagi nasabah/mitra yaitu mencari pembiayaan untuk pemenuhan pengadaan asset atau modal usaha; mencari pengalaman dalam berhubungan dengan BMT; nasabah/mitra melakukan pembelian barang dengan pembayaran yang ditangguhkan.

b). Manfaat Murabahah bagi BMT antara lain memperoleh keuntungan dari selisih harga jual dengan harga beli barang tersebut; memiliki sistem yang sangat sederhana, sehingga memudahkan administrasinya. Sedangkan manfaat bagi nasabah/mitra yaitu menambah modal usaha; memperoleh sarana produksi secara terus-menerus; meningkatkan pendapatan yang


(49)

diperoleh sebagai akibat dari pertambahan modal tersebut. BMT tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah/mitra pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha BMT. Serta pengambilan pokok pembiayaan disesuaikan dengan Cash floe (arus kas) nasabah/mitra, sehingga tidak memberatkan nasbah/mitra.

6. Skema Murabahah

Skema al-Murabahah Negosiasi & Persyaratan

Akad Jual Beli

Bayar

Beli Barang Kirim

terima

Barang & Dokumen

Gambar 1

Skema Pembiayaan Murabahah

BMT

MITRA

SUPLIER/ PENJUAL

1

2

3 4 5


(50)

C. Pembiayaan Mudharabah dalam Hukum Islam 1. PengertianAl Mudharabah

Secaralughawi, kata (mudharabah) dan kata (qiradh)

mempunyai makna yang sama. Masyarakat Irak menyebutnya

(mudharabah),sedangkan masyarakat Hijaz menyebutnya (qiradh).24

Secara terminologi, mudharabah didefinisikan sebagai suatu sistem usaha bagi laba dalam perspektif ekonomi Islam, dimana pihak-pihak yang melakukan investasi bersama memberikan modal, tenaga kerja dan manajemen pada kesepakatan kontrak untuk berbagi laba dari usaha patungan dengan persentase nisbah yang ditentukan di awal kontrak.

Secara teknis,al mudharabahadalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain (mudharib) menjadi pengelola, dimana keuntungan usaha dibagi dalam bentuk prosentase (nisbah) sesuai kesepakatan, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola, apabila kerugian itu diakibatkan oleh kelalaian si pengelola maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.25

24

As-Sarakhsi,al-Mabsuth,(tt), Jil 22, h. 18 25M. Syafi’i Antonio, Op.Cit., h.135


(51)

2. Landasan Syari’ah Al-Mudharabah

a) Al-Qur’an

....

.

)

/

:

(

Artinya:“... Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah....”(Q.S. Al-Muzammil/73: 20)

)

/

:

(

Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah” (Q.S. Al-Jumuah/62: 10) b) Al-Hadits

:

)

(

Artinya:

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthallib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau


(52)

membeli ternak dalam keadaan hidup. Jika menyalahi peraturan tersebut, maka yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana tersebut. Kemudian disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah dan Rasulullah pun membolehkannya”(HR. Thabrani)

:

:

,

}

{

Artinya:

"Nabi saw. bersabda, ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, buka untuk dijual."

c) Ijma’

:

.

Artinya :

Diriwayatkan bahwa sejumlah sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengelolaan harta yatim secara mudharabah dan tidak ada yang mengingkari atau membantah mereka.26

3. Rukun dan SyaratMudharabah; a) Rukunmudharabah:

(1) Pemilik modal (2) Pemilik usaha

26

Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, (Beirut-Libanon, Daar El Fikr, 1989), Jil. 4, h. 838


(53)

(3) Proyek/usaha (4) Modal (5) Ijab qabul

(6) Nisbah bagi hasil.27 b) Syaratmudharabah:

(1) Baik pemilik modal maupun pengelola keduanya harus mukallaf.

(2) Modal harus tunai, dalam jumlah yang dapat dihitung/terukur. (3) Porsi/nisbah bagi hasil disepakati bersama.28

Adapun syarat utama bagi pemodal dan mudharib adalah keduanya harus memiliki kemampuan untuk diwakili dan mewakilkan. Sedangkan persyaratan yang berkaitan dengan modal yang disetor antara lain:

(a) Modal harus berupa mata uang yang berlaku di pasaran

(b) Modal disetor harus diketahui ukurannya dan harus berbentuk uang yang dihadirkan ketika usahamudharabahdilaksanakan.

(c) Modal disetor harus diserahkan kepada sangmudharib.29

Pada sisi pembiayaanmudharabah diterapkan untuk pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa serta diterapkan untuk investasi khusus atau disebut juga mudharabah muqayadah, di mana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syaarat yang telah ditetapkan olahshahibul maal.

27

Ibnu Rusyd,Bidayah al-Mujtahid wa-Nihayah al-Muqtasid,Terjemah: MA Abdurrahman dan H. Aris Abdullah, (Semarang, As-syifa, 1990), Jil. II, h. 234

28

Ibid.


(54)

4. Jenis-jenis Pembiayaan Mudharabah

a) Mudharabah Muthlaqah

Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari

shahibul maal yang memberi kekuasaan yang sangat besar.

b) Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Simudharibdibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecendrungan umum sishahibul maaldalam memasuki jenis dunia usaha.

5. Manfaat dan Resiko Mudharabah a). Manfaat Mudharabah:

1) BMT akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah/mitra meningkat.

2) BMT tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah/mitra pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha BMT sehingga BMT tidak akan pernah mengalaminegative spread.


(55)

3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah/mitra sehingga tidak memberatkan mitra.

4) BMT akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

5) Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/al-musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah/mitra) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan mitra, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

b) Resiko Mudharabah:

Resiko yang terdapat dalamal-mudharabah,terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, relatif tinggi. Di antaranya:

1) Side streaming; mitra menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak;

2) Lalai dan kesalahan yang disengaja;


(56)

6. Skema Mudharabah

Skema al-Mudharabah PERJANJIAN

BAGI HASIL

KEAHLIAN MODAL 100%

Nisbah X % Nisbah Y %

Pengembalian Modal Pokok

Gambar 2

Skema Pembiayaan Mudharabah

BM T (Shahibul M aal) M itra

(M udharib

PROYEK USAHA

PEM BAGIAN KEUNTUNGAN


(57)

D. Kriteria Penggolongan Kolektibilitas Pembiayaan pada BMT Al-Fath IKMI berdasarkan PBI No.6/18/PBI/2004:

1. Penggolongan Kualitas PiutangMurabahah: a. Lancar

1) Piutang yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) bulan

pembayaran angsuran tepat waktu sesuai dengan persyaratan akad, atau terdapat tunggakan angsuran sampai dengan 1 (satu) bulan. 2) Piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan pembayaran

angsuran tepat waktu sesuai dengan persyaaratan akad, atau terdapat tunggakan angsuran sampai dengan 3 (tiga) bulan.

3) Nasabah selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat.

4) Dokumentasi perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat. b. Kurang Lancar

1) Piutang yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu bulan) terdapat tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 1 (satu) bulan sampai dengan 3 (tiga) bulan.

2) Piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan terdapat tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan.

3) Nasabah menyampaikan informasi keuangan tidak teratur dan


(58)

4) Dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikatan agunan kuat.

5) Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan perjanjian piutang. c. Diragukan

1) Piutang yang berjangka waktu 1(satu) bulan terdapat tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 3 (tiga) bulan sampai dengan 24 (dua puluh empat) bulan.

2) Piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan terdapat tunggakan pembayran angsuran yang telah melewati 6 (enam) bulan sampai dengan 27 (dua puluh tujuh ) bulan.

3) Mitra/nasabah tidak menyampaikan informasi keuangan.

4) Dokumentasi perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah.

d. Macet

1) Piutang yang berjangka waktu 1(satu) bulan terdapat tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 24 (dua puluh empat) bulan.

2) Piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan terdapat tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 27 (dua puluh tujuh ) bulan.


(59)

2. Penggolongan kualitas pembiayaanMudharabah: a. Lancar

1) Pembayaran pokok atau pelunasan pokok tepat waktu; dan atau

2) Realisasi Bagi Hasil (RBH) sama atau lebih dari 80% Proyeksi Bagi Hasil (PBH)

3) Mudharibselalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat

4) Dokumentasi pembiayaan lengkap dan pengikatan agunan kuat. b. Kurang Lancar

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok atau pelunasan pokok sampai dengan 3 (tiga) bulan; dan atau

2) RBH di atas 30% PBH sampai dengan 80% PBH (30% PBH<RBH< %80 PBH

3) Mudharib menyampaikan informasi keuangan tidak teratur tetapi masih akurat.

4) Dokumentasi pembiyaan kurang lengkap dan pengikatan agunan kuat 5) Pelanggaran terhadap persyaratan pembiayaan.

6) Perpanjangan pembiayaan untuk menyembunyikan kesulitan


(60)

c. Diragukan

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok atau pelunasan pokok yang telah melampaui 3 (tiga) bulan sampai dengan 24 (dua puluh empat) bulan: dan atau

2) RBH< 30% PBH sampai dengan 3 periode pembayaran.

3) Mudharib menyampaikan informasi keuangan tidak teratur dan meragukan.

4) Dokumentasi pembiayaan tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah.

5) Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pembiayaan. d. Macet

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok atau pelunasan yang telah melampaui 24 (dua puluh empat ) bulan; dan atau

2) RBH < 30% PBH lebih dari 3 periode pembayaran. 3) Mudharibtidak menyampaikan informasi keuangan


(61)

BAB III

PROFILE BMT AL-FATH IKMI

A. Sejarah Singkat BMT AL-FATH IKMI

Awal mula berdirinya koperasi BMT AL-FATH IKMI ini didasari oleh idealisme yang kuat untuk turut andil dalam membantu saudara-saudara yang bergerak di bidang usaha, tetapi sulit untuk berkembang dikarenakan banyaknya praktek rentenir, sistem ekonomi liberal yang melahirkan kaum kapitalis sehingga distribusi pendapatan tidak merata.

Disamping itu keinginan mengembangkan pola dakwah yang selama ini lebih banyak di bidang dakwah dilisan juga dibarengi dengan dakwah bihal sehingga diharapkan besar di masa mendatang sistem ekonomi yang Islami dapat diterapkan di bumi indonesia. Atas dasar itulah sehingga pada tanggal 13 Oktober 1996 didirikanlah koperasi BMT AL-FATH yang pada waktu itu terdiri oleh 25 orang pendiri dengan modal awal Rp. 400.000,- per pendiri.

Pada tahun 1998, BMT AL-FATH IKMI resmi mendaftarkan diri pada departemen koperasi untuk mendapatkan badan hukum. Maka BMT AL-FATH IKMI mendapatkan legal hukum dengan nomor : 650/BH/kwk.10/VI/1998 dengan nama ”Koperasi Simpan Pinjam Pamulang”.

Pada tahun 2005, berdasarkan hasil kesepakatan RAT tahun 2004, BMT AL-FATH IKMI mengajukan perubahan badan hukum, maka lahirlah akte perubahan


(62)

dengan nomor : 518/BH/PAD/Koperasi/2005 dengan nama ”Koperasi BMT AL-FATH IKMI”.

Pada tahun-tahun berikutnya jumlah pendiri ditambah sesuai dengan kesepakatan sampai dengan tahun 2010 sebanyak 35 orang dan 2 lembaga mitra dari BMT Al-Fath IKMI yaitu TK/TPA Al-Fath dan IKMI (Ikatan Masjid Indonesia).30

B.

Visi, Misi Fungsi dan Tujuan

a. Visi

Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga mampu berperan aktif sebagai khalifah Allaah Subhanahu Wa Ta'ala.

b. Misi

Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi, memberdayakan pengusaha kecil dan menengah, dan membina kepedulian aghniyaa (orang

mampu) kepada dhuafaa (kurang mampu) secara terpola dan

berkesinambungan.

c. Fungsi

Menjalin Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam) melalui pemungutan dan penyaluran Zakat, Infaq, dan Shadaqah serta memasyarakatkannya, dan

30

Hasil wawancara ketiga dengan Bapak H. Djaelani sebagai Kabag Operasional KJKS BMT Al-Fath IKMI pada tanggal 14 Februari 2011 di BMT Al-Fath IKMI.


(63)

menunjang pemberdayaan ummat melalui program pemberian modal bagi pedagang ekonomi lemah, pemberian bea siswa dan santunan bagi kaum dhu'afaa.

d. Tujuan

Meningkatkan kesejahteraan jasmani dan rohani serta mempunyai posisi tawar (daya saing) anggota dan mitra binaan juga masyarakat pada umumnya melalui kegiatan pendukung lainnya.

C. Struktur Organisasi BMT Al-FATH IKMI

Struktur Organisasi BMT Al-FATH IKMI terdiri dari:

Nama : KJKS BMT Al Fath IKMI Jaksel

Pendirian : 13 Oktober 1996

Badan Hukum : 650/BH/KWK.10/VI/1998

Akte Perubahan : 518/BH/PAD/Koperasi/2005

NPWP : 02.021.735-2.411.000

SIUP : 1086/10-04/PK/XII/2000

Jumlah Pendiri : 31 Orang 1 lembaga

Dewan Pengawas :

Ketua : Drs Mustakim Kurdi

Anggota : Faridi Syahdana,SE


(64)

Dewan Pengurus :

Ketua : Drs Budiyono

Wakil Ketua :

Bidang Pendanaan : H. Husein Bin Ali

Bidang SDM & Legal : Drs.Prastowo Sidhi,SH,MH Bidang Pembinaan Mitra : H. Abdul Rahim

Bidang Pembiayaan : Opan Sopyan Sauri,S.Ag

Sekretaris : H Z Arifin Listanto

Bendahara : Drs.H Moh.Abduh Atmadiwirya

Pengelola Kantor Pusat:

Manager Tamwil : Saimin

Manajer Maal : H.Imam Turmudzi Ms.

Kabag Operasional : H. Djaelani

Account Officer : Robi Sugara

Remedial Pembiayaan : Cecep Nurjaya Dodi Kurniawan Remedial Pendanaan : Suheri Junianto

Parjan Naufal Safiq

Pembukuan : Neneng Syarifah

Adm Pembiayaan : Salahudin Arif

Head Teller : Harum Sulistio Rini


(65)

Pengelola Kantor Kas :

Kepala Kantor Kas : Supriyanto

Kabag Operasional : Suryadi

Account Officer : Hedi Rusmantoro

Teller : Aisyah

D. Produk dan Kegiatan-Kegiatan BMT AL-FATH IKMI 1. Produk-produk yang ada di BMT AL-FATH IKMI.31

a. Produk Penghimpunan Dana

TAWAKAL ( Tabungan Wadiah BMT AL-FATH IKMI)

Merupakan simpanan dari mitra yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat guna membantu kelancaran transaksi keuangan dan usaha mitra.

Tabungan ini menggunakan prinsip wadiah yad dhamanah/titipan. Dalam hal tabungan ini BMT Al-Fath IKMI tidak wajib memberikan hasil kepada penabung. BMT Al-Fath IKMI boleh memberikan bonus setiap bulan sesuai dengan kebijakan BMT Al-Fath IKMI.

TABAH (Tabungan Berjangka Al-Fath)

Merupakan tabungan/investasi dengan menggunakan prinsip

mudharabah dimana tabungan anda diperlakukan sebagai investasi dan dana tersebut akan dimanfaatkan secara maksimal untuk pembiayaan


(66)

kepada mitra lain, sehingga dapat menumbuhkan peluang usaha dan menghidupkan sektor riil. Investasi TABAH yang penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang dikehendaki. Pilihan jangka waktu yang dapat dipilih adalah : 3 Bulan, 6 Bulan, 9 Bulan dan 12 Bulan.

SIDIK ( Simpanan Pendidikan)

Yaitu bentuk simpanan yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana pendidikan bagi putra-putri mitra. Penarikan dapat dilakukan dua kali dalam satu tahun. Pertama pada saat ajaran baru, kedua pada saat semester.

SIMPANAN QURBAN

Yaitu simpanan yang diperuntukan untuk keperluan pembelian hewan qurban. Penarikan dilakukan satu kali dan satu bulan menjelang ibadah qurban. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga simpanan mitra akan diperlakukan sebagai investasi.

SIMPANAN IDUL FITRI

Yaitu simpanan yang direncanakan untuk keperluan idul fitri. Penarikan dilakukan satu kali memnjelang idul fitri. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah.


(67)

SIMPANAN NIKAH

Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan pernikahan. Penarikan dilakukan satu kali, satu bulan menjelang

pernikahan. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah

mutlaqah.

Tabel Penghimpunan Dana BMT AL-Fath IKMI32

Dalam Jutaan

No Jenis Produk 2007 2008 2009

01 Wadiah 1.528.8 2.505.6 3.616.3

02 Pendidikan 57.2 114.4 151.1

03 Idul Fitri 7.9 24.1 62.6

04 Qurban 8.1 16.1 25.0

05 Walimah 4.2 13.7 3.9

06 Haji 1.0 1.9 21.2

07 Tabah 3 Bulan 202 182 316.8

08 Tabah 6 Bulan 22.2 15.5 159.1

09 Tabah 12 Bulan 149 62.9 182.1


(68)

b. Produk Penyaluran Dana

PIUTANG MURABAHAH

Yaitu akad jual beli barang antara mitra dengan BMT AL-FATH IKMI dengan menyatakan harga perolehan/harga pokok ditambah keuntungan/margin yang disepakati kedua belah pihak.

BMT membelikan barang-barang yang dibutuhkan mitra atau BMT memberi kuasa kepada mitra untuk membeli barang-barang kebutuhan mitra atas nama BMT. Lalu barang tersebut dijual kepada mitra dengan harga pokok ditambah dengan keuntungan yang diketahui dan disepakati bersama dan diangsur selama jangka waktu tertentu.

PIUTANG IJARAH

Yaitu akad sewa menyewa barang atau jasa antara BMT AL-FATH IKMI dan mitra. BMT AL-FATH IKMI menyewakan jasa atau barang kepada mitra dengan harga sewa yang telah disepakati dan diangsur selama jangka waktu tertentu.

PEMBIAYAAN MUDHARABAH

Yaitu akad kerjasama antara BMT selaku pemilik modal (Shahibul Maal) dengan mitra selaku pengelola usaha (mudharib). Untuk mengelola usaha yang produktif dan halal. Dan hasil keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak.


(69)

PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

Yaitu akad usaha produktif dan halal antara BMT dengan

mitra\dimana sumber modalnya dari kedua belah pihak. Keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati kedua belah pihak. Sedangkan kerugian ditanggung kedua bel;ah pihak sesuai dengan porsi modal masing-masing.

2. Kegiatan-Kegiatan BMT AL-FATH IKMI.33 a. Khitanan Masal

Melalui kerja sama dengan team medis dari Yayasan GESIT yang dipimpin oleh dr. Purwadi serta berkat uluran tangan dari para donatur, berupa infak dan shodaqoh, maka pada tanggal 29 Juni 2009 saat berlangsungnya liburan sekolah, Baitul Maal KBMT Al-FATH dapat menyelenggarakan khitanan masal bagi 41 (empat puluh satu orang anak), secara gratis berikut pemberian kain sarung, baju koko, uang santunan, uang transport.

Penerimaan infak dari para donatur Rp.

25.571.000,-Adapun total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.

16.517.500,-Saldo infak khitanan masal Rp.

9.053.500,-b. Penyaluran Bea Siswa

Dengan semakin meningkatnya permintaan akan beasiswa dari kaum dhuafa, maka kami berusaha untuk meningkatkan perolehan zakat, infak,


(70)

dan shodaqoh. Sumber dana zakat, infak, shodaqoh kami peroleh dari beberapa donatur diantaranya dari 2 (dua) perusahaan, karyawan perusahaan asuransi TOKIOMARINE dan perusahaan Air Minum PT.PALYJA yang merupakan donatur tetap, serta kami peroleh dari donatur yang tidak tetap, baik dari mitra, pengurus, pengawas, dan pengelola BMT, serta dari para agninya yang mereka miliki kepedulian terhadap siswa anak kaum dhuafa.

Perolehan ZIS perbulan sekitar Rp. 3. 441.500,- dan disalurkan untuk beasiswa sebesar Rp. 4.062.500,-. Dari perolehan dana Zakat, Infak, dan Shadaqoh, kami salurkan untuk membantu pembayaran SPP bulanan, uang buku dan uang ujian. Untuk sementara Baitul Maal KBMT Al- Fath sudah berhasil membantu memberikan sumbangan, beasiswa bagi : 1. Santri TK/TPA sebanyak 7 (tujuh) orang anak dengan uang iuran per

anak mssing-masing sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) per bulan.

2. Siswa SMP sebanyak 20 (dua puluh) anak, dengan uang iuran per anak masing-masing sebesar Rp. 60.000,- sampai dengan Rp. 80.000,- per bulan.

3. Siswa sekolah kejuruan SMK sebanyak 13 (tiga belas) anak dengan uang iuran per anak masing-masing sebesar Rp. 77.500,- sampai dengan Rp. 150.000,- per bulan.


(71)

4. Mahasiswa/i sebanyak 2 (dua) orang dengan biaya kuliah masing-masing Rp 600.000,- per semester atau Rp. 100.000,- per bulan. c. Pelunasan Tunggakan SPP dan Daftar Ulang untuk 7 (tujuh) Orang

Siswa

Berdasarkan informasi dari beberapa sekolah, serta pernyataan tidak mampu dari orang tua, maka baitul maal membantu meyelesaikan tunggakan kewajiban sekolah bagi 7 (tujuh) orang siswa.

d. Santunan untuk Pembayaran Uang Ujian Nasional

Selain bantuan pembayaran tunggakan SPP, baitul maal juga menyalurkan santunan untuk membantu meringankan pembayaran biaya Ujian Akhir Nasional kepada beberapa siswa yang orang tuanya tidak mampu melunasi uang ujian.

e. Pengajian Rutin Mingguan

Untuk membina akhlak dan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan Anak Asuh kepada Allah SWT, maka setiap hari sabtu malam ahad Baitul Maal menyelenggarakan ta’lim yang bertempat di TPA Al-Fath, dengan pembimbing dan materi yang berbeda, sesuai dengan jadwal yang telah disusun.

f. Ifthor Jam’i ( Buka Puasa Bersama)

Dalam mengisi kegiatan di Bulan Ramadhan, BMT Al-Fath pada tanggal 30 Agustus 2009 semua karyawan BMT Al-Fath mengadakan


(72)

acara buka puasa bersama di rumah salah satu karyawan BMT, dan pada tanggal 3 September 2009 juga menyelenggarakan acara buka puasa bersama dengan anak asuh, anak TK dan TPA BMT Al-Fath, sedangkan tanggal 10 September 2009 BMT Al-Fath menyelenggarakan buka puasa bersama dengan anak asuh dan kaum dhuafa, sekaligus memberikan uang saku pengganti uang transport sebesar Rp. 10.000,- per anak dan diberikan kepada 30 (tiga puluh) anak. Untuk penyelenggaraan acara tersebut, BMT Al-Fath memperoleh sumbangan infak dari MS3 (Muslim Sentral Senayan Society) sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) dan total biaya penyelenggaraan adalah Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah). g. Pembagian Zakat Fitrah

Mengisi kegiatan di bulan Ramadhan, Alhamdulillah BMT Al-Fath dapat mendistribusikan zakat fitrah kepada 16 (enam belas) anak dhuafa dengan masing-masing anak memperoleh bagian berupa beras sebanyak 6 (enam) liter.

h. Bantuan Sembako untuk Dhuafa

Dalam rangka menyemarakkan syiar Islam di Hari Raya Qurban 1430 H, seperti juga yang pernah dilakukan pada tahun 2008 yang lalu, maka pada tanggal 27 Desember 2009 bertepatan dengan Iedul Qurban bersamaan dengan pembagian daging qurban, Baitul Maal Al-Fath ikut berpartisipasi dengan menyumbangkan beras sebanyak 600 liter senilai Rp. 2.600.000,- (Dua juta enam ratus ribu rupiah) sebagai tambahan


(73)

bingkisan untuk 250 (Dua ratus lima puluh) orang mustahiq. Sumber dana sebagian diperoleh dari kotak amal yang berada di kantor BMT Al-fath, dengan perolehan sebesar Rp. 2.146.000,- dari mulai tanggal 30 November 2008 sampai dengan tanggal 25 November 2009.

i. Pinjaman Al-Qord

Dengan niat membantu kaum dhuafa muslim yang mempunyai keterampilan dan semangat wirausaha akan tetapi kesulitan dalam

permodalan, KBMT Al-Fath memberikan pinjaman modal tanpa

perhitungan bagi hasil, dengan pengembalian pinjaman secara angsuran, untuk 27 (dua puluh tujuh) orang sebesar Rp.


(1)

91

Jadi upaya-upaya yang dilakukan oleh BMT Al-Fath IKMI dalam menangani kasus pembiayaan murabahah dan mudharabah bermasalah yang terjadi di BMT tersebut telah sesuai dengan syariat. Sebab BMT Al-Fath IKMI selain bersandar pada undang-undang yang berlaku, yang paling penting BMT Al-Fath IKMI juga berpedoman kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya.

5. Upaya penanganan pembiayaan bermasalah yang dilakukan sebelum pembiayaan diberikan, dengan menganalisa data nasabah/mitra sedetail mungkin terutama mengenai laporan keuangannya. Setelah pembiayaan diberikan, BMT melakukan pemantauan atas usaha maupun kondisi keuangannya. Hal ini dilakukan agar penyebab pembiayaan bermasalah diketahui secepat mungkin.

6. Apabila pembiayaan murabahah dan mudharabah bermasalah tidak dapat diselamatkan melalui upaya penanganan dan tetap menjadi pembiayaan murabahah dan mudharabah bermasalah, BMT Al-Fath IKMI melakukan tindakan-tindakan penyelesaian pembiayaan murabahah dan mudharabah bermasalah melalui :

a. Upaya atau tindakan hukum diluar (tidak melalui) lembaga hukum, seperti:

1) alih nasabah/mitra


(2)

3) pelunasan pembiayaan dengan pengurangan tunggakan margin/bagi hasil atau kewajiban lainnya.

b. Upaya atau tindakan hukum melalui lembaga hokum, seperti : 1) penagihan piutang melalui BASYARNAS;

2) penagihan piutang melalui Pengadilan Agama;

3) eksekusi hak tanggungan atau Fiducia melalui Jasa Pra Lelang Balai Swasta;

4) upaya hukum terhadap jaminan pribadi atau jaminan perusahaan; 5) kepailitan.

B. Saran

1. Hendaknya BMT Al-Fath IKMI mampu melakukan inovasi produk dalam rangka memenuhi kebutuhan nasabah yang semakin komplek seiring percepatan tekhnologi dan ilmu pengetahuan sehingga tidak hanya terpaku pada skimmusyarakahdanmurabahahsaja.

2. Walaupun hasil kinerja pembiayaan pada tahun 2009 dengan tingkat kolektibilitas yang sangat baik tetapi jangan mudah terlena dengan kondisi seperti itu, karena kurangnyamonitoringdan lemahnya pengawasan terhadap kolektibilas pembiayaan bisa mengakibatkan timbulnya


(3)

pembiayaan-93

pembiayaan bermasalah yang dapat menurunkan tingkat kolektibilas BMT Al-Fath IKMI.

3. Penulis menganjurkan agar BMT Al-Fath IKMI lebih memberi kemudahan pada nasabah dalam memproses prosedur pembiayaan (dengan tidak mengurangi kecermatan analisa kelayakan nasabah) seperti meringankan jaminan dengan bentuk jaminan lain (bukan hanya bernilai harta) dan memberi pendampingan kepada nasabah dalam membuat proposal usaha termasuk manajemennya serta memberikan margin dan proyeksi bagi hasil yang tidak terlalu tinggi terhadap mitranya.

4. Perlunya campur tangan dari Pemerintah mengenai penanganan pembiayaan bermasalah dan cara untuk mencegah agar tidak terjadi pembiayaan bermasalah.


(4)

94 Jakarta: Pradnya Paramita, 1994.

Anshori, Abdul Ghofur.Perbankan Syariah Di Indonesia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2007.

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek. Jakarta : Gema insani Press. 2001.

Arifin, Zainul.Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta : AlvaBet, 2003. Arthesa, Ade. Handiman, Edia. Bank dan lembaga keuangan bukan bank. Jakarta :

PT. Indeks Kelompok Gramedia. 2006

Ascarya,Akad dan produk Bank Syariah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2007. BMT Al-Fath IKMI,Company Profile, t.th

---, Laporan Tahunan Pembiayaan tahunan BMT Al-Fath IKMI, 2009.

Firdaus, Rahmad dan Ariyanti, Maya, Manajemen PerkreditanBank Umum,

Bandung: Alfabeta, 2004

Hamid, Abdul dan Rodoni, Ahmad. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim, 2008.


(5)

95

Karim, A. Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi III, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Kasmir.Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Edisi 6, PT. Raja Grafindo Persada. 2002.

---Dasar-dasar Perbankan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2002.

Mannan, Muhammad.Abdul.Ekonomi Islam : Teori dan Praktek, Diterjemahkandari Islamic Economics: Theory and Practice oleh Drs. M. Nastangin, Jakarta, Intermasa, 1992.

Mas’adi, Ghufron.Fiqih Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Munir, Misbahul. Ajaran-ajaran Ekonomi Rasulullah. Malang: UIN-Malang Press. 2007.

Nazir, Mohammad.,Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia. 1998.

Peraturan Bank Indonesia No.6/18/PBI/2004 Tentang Kualitas Aktiva Produktif bagi BMT.

Qardhawi, al, Yusuf,Bunga Bank Haram,Diterjemahkan dariFawaid al-Bunuk Hiya ar-Riba al-Haramoleh Dr. Setiawan Budi Utomo. Jakarta : AKBAR. 2001. Subagyo. Fatmawati, Sri. Badarudin, Rudy. Purnamawati, Astuti. Algifari.Bank Dan


(6)

Sudarsono, heri. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta : Ekonisia. 2004.

Suhendi, Hendi.Fiqh Muamalah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2002.

Susilo, Y sri. Triandaru, Sigit. Santoso, A Totok Budi. Keuangan dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Salemba Empat. 2000.

Wawancara dengan Bapak Saimin, Mamajemen Operasional KJKS BMT Al-Fath IKMI

Wawancara dengan Bapak H. Djaelani sebagai Kabag Operasional KJKS BMT Al-Fath IKMI