komunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, khususnya dalam bahasa tulis.
Dari pendapat-pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa karangan adalah keterampilan menggunakan bahasa secara tertulis untuk mengutamakan
segala pikiran, gagasan dan perasaan yang dikomunikasikan kepada orang lain. Agar dapat menghasilkan bentuk dan cara berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, bahasa itu hendaknya tersusun berdasarkan kaidah-kaidah kebahasaan.
D. Karangan Narasi
Karangan narasi berasal dari Narration artinya bercerita adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-
tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.
30
Menurut Gorys Keraf, narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau
peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Dengan kata lain narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis
dalam suatu rangkaian waktu.
31
Nurdin berpendapat bahwa melalui narasi seorang penulis memberi tahu orang lain dengan sebuah cerita. Sebab, narasi sering diartikan juga dengan cerita.
Sebuah cerita adalah sebuah penulisan yang mempunyai karakter, setting, waktu, masalah, mencoba untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi dari
masalah itu. Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Namun demikian, narasi yang ditulis juga bisa ditulis berdasarkan pengalaman pribadi
penulis, pengamaran atau wawancara. Narasi pada umumnya merupakan himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian.
Dalam tulisan narasi, selalu ada tokoh-tokoh yang terlibat dalam suatu atau
30
Lamuddin Finoza, op. cit., h. 202.
31
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, Jakarta: PT. Gramedia, Anggota IKAPI, 1982, h. 135-136.
berbagai peristiwa yang diceritakan. Meskipun berdasarkan fakta, imajinasi penulis dalam bercerita tetap terkesan kuat sekali.
32
Dengan kata lain, narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan, tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah
peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu.
Menurut Lamuddin Finoza, karangan narasi memiliki dua macam sifat, yaitu 1 narasi ekspositorisnarasi faktual, dan 2 narasi sugestifnarasi berplot.
Narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi
yang mampu menimbulkan daya khayal pembaca, mampu menyampaikan makna kepada pembaca melalui daya khayal, disebut narasi sugestif. Contoh narasi
sugestif adalah novel dan cerpen, sedangkan contoh narasi ekspositoris adalah kisah perjalanan, autobiografi, kisah perampokan, dan cerita tentang pembuhunan,
dll. Menurut Nurdin, narasi ekspositoris dibagi menjadi dua yakni bersifat
generalisai dan khusus, narasi ekspositoris bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan satu proses umum dan dapat dilakukan oleh siapa saja dan dapat
dilakukan berulang-ulang. Kemahiran menjadi tujuan utama narasi sifat ini. Misalnya adalah narasi yang menceritakan bagaimana membuat pisang goreng.
Narasi ini memberikan tahap-tahap pembuatan pisang goreng sampai menjadi pisang goreng siap makan. Bukanlah semua orang bisa melakukannya asal
dilakukan sesuai petunjuk dan berulang-ulang dipraktikan? Sementara itu, narasi bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang
khas, yang hanya terjadi satu kali saja. Peristiwa tersebut tentu saja tidak bisa diulang-ulang, karena merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu
tertentu saja. Misalnya, pengalaman seseorang yang baru saja pergi ke luar negeri, pengalaman nikah, pengalaman mempunyai anak pertama kali yang tidak
32
Nurudin, op. cit., h. 71.
mungkin diulang karena dikisahkan dalam sebuah narasi yang bersifat khusus. Masuk dalam kelompok ini adalah autobiografi dan biografi, anekdot dan insiden,
sketsa, dan profil. Maka analisis penggnaan frasa dalam menulis karangan narasi ini berfokus
kepada narasi ekspositoris yang bersifat khusus, yaitu menceritakan pengalaman pribadi para siswa. Dan analisisnya berfokus pada penggunaan frasa eksosentris
dan endosentris.
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis telah menelususri beberapa hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang
penulis lakukan ini. Penelitian terdahulu akan dipaparkan sebagai berikut: Abdul Razak Arsyad 2001 dengan pen
elitiannya “Analisis Penggunaan Frasa dalam Kalimat pada Karangan Deskripsi Siswa Kelas III SLTP Negeri 27
Jakarta Timur dan Implikasinya dalam pembelajaran Bahasa di SLTP”. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang penggunaan frasa dalam
kalimat pada karangan siswa kelas III SLTP Negeri 27 Jakarta Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada caturwulan kedua tahun pelajaran 19992000. Fokus
penelitian ini adalah penggunaan frasa dalam karangan siswa, sedangkan objek penelitian ini adalah karangan siswa sebanyak 2 kelas atau 70 karangan. Metode
penelitian ini adalah deskriptif analisis isi. Instrumen penelitian ini adalah seperangkat teori dengan dibantu tabel kerja. Teknik analisis data penelitian ini
dilakukan dengan cara pengumpulan karangan, memeriksa, menganalisis penggunaan frasa dalam kalimat, menghitung jumlah atau frekuensi penggunaan
frasa dalam kalimat, dan melalukan interpretasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 70 karangan terdapat 2061 penggunaan frasa, berdasarkan distribusi
dalam kalimat terdapat frasa endosentrik sebanyak 1922 93,26 dan frasa eksosentris sebanyak 139 6,78. Hal ini berarti frasa endosentrik lebih banyak
digugakan oleh siswa untuk mengugkapkan idea tau gagasannya. Selanjutnya
berdasarkan ketegori frasa diperoleh penggunaan frasa nominal sebanyak 911 44,20, frasa verbal sebanyak 783 37,99, frasa depan sebanyak 133
6,45, frasa bilangan sebanyak 15 0,73, frasa keterangan sebanyak 125 6,07, dan frasa adjektival sebanyak 94 4,56. Ini berarti frasa nominal
banyak digunakan oleh siswa untuk mengungkapkan idea tau gagasannya. Devi Budiani Mistitta Sari 2012 dengan penelitiannya “ Struktur, Makna,
dan Fungsi Frase Eksosentris Direktif dalam Novel Negeri 5 Menara Karangan A. Fuadi dan implikasinya bagi pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia di SMA.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang struktur makna dan fungsi frasa eksosentris direktif pada wacana novel tersebut. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di semester genap tahun 20112012. Penelitian ini difokuskan pada
struktur, makna, dan fungsi frase eksosentris direktif dalam wacana novel Negeri 5 Menara. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan tabel
analisis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat frase eksosentris direktif sebanyak 1280 data dalam novel Negeri 5 Menara yang dikaji berdasarkan pola
struktur dan maknanya. Hasil penelitian ini diimplikasikan ke dalam pembelajaran kebahasan bagi siswa kelas X SMA yaitu pada pembelajaran menulis paragraph
naratif. Lintang Akhlakulkharomah 2014 dengan penelitiannya “Penggunaan
Konjungsi dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X di MA Darul Ma‟arif Jakarta Tahun Pelajaran 20132014”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
penggunaan konjungsi dalam karangan deskripsi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Setelah data terkumpul dari hasil
pengamatan, data dideskripsikan dalam bentuk tabel dan kata-kata. Objek penelitian ini adalah karangan deskripsi yang ditulis oleh siswa MA Darul Ma‟arif
Jakarta Kelas X. Data yang diteliti sebanyak 10 karangan. Dari semua karangan deskripsi yang dianalisis tersebut, dapat dikatakan bahwa konjungsi yang paling
banyak muncul yaitu konjungsi koordinatif yang menyatakan penjumlahan. Urutan kedua konjungsi subordinatif yang menunjukkan makna atributif. Dan