Latar Belakang Masalah PENGGUNAAN FARASA DALAM KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 TANGERANG SELATAN

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Penggunaan frasa endosentris dan eksosentris pada karangan narasi siswa kelas X SMA Negeri 4 Tangerang Selatan ?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 4 Tangerang Selatan dalam menggunakan frasa eksosentris dan endosentris pada karangan narasi, dari informasi tersebut diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi gambaran bagi peneliti, guru, dan siswa: 1. manfaat bagi peneliti sebagai uji coba dan menambah wawasan tentang penggunaan frasa sebagai dasar dalam meneliti lebih lanjut dan mengaplikasikannya ke dalam pembelajaran menulis; 2. manfaat bagi guru bahasa Indonesia untuk menerapkan cara-cara pembentukan frasa dalam kalimat atau karangan siswa, sehingga prestasi belajar siswa meningkat; 3. manfaat bagi calon-calon guru bahasa Indonesia, agar dapat menerapkan penggunaan frasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia; 4. manfaat bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat memahami cara pembentukan frasa dan dapat menggunakan frasa dengan baik dan benar, sehingga frasa dalam karangan tersebut mempunyai konsep makna yang khas dan tertentu. BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Frasa

Berkomunikasi secara lisan, pembicara harus mahir mengintonasikan kalimat dengan tepat agar yang dimaksud mencapai sasarannya. Begitu pula berkomunikasi secara tertulis, penguasaan satuan bentuk kata, akan menghasilkan penggunaan kata dan mofrem yang tepat. Penguasaan sintaksis yang membicarakan tentang wacana, kalimat, klausa, dan frasa harus mahir pula agar menghasilkan kalimat yang efektif dan logis. Dalam bahasa Indonesia, istilah frasa diserap dari kata phrase. Istilah frasa kadang-kadang disebut pula dengan frase. Menurut Blomfield dalam Heny Sulistyowati konsep frasa “A free which consistsentirely of two or more less free forms, … is a phrase. Bentuk bebas yang tetap terdiri dari atas dua atau lebih adalah frasa. 1 Hal ini sejalan dengan Ramlan bahwa frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. 2 Menurut J.D. Parera, Frasa adalah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak. 3 Frasa merupakan satuan sintaksis yang paling kecil, biasanya dibangun oleh konstruksi yang lebih dari dua kata, namun dalam satu kesatuan gabungan dua kata atau lebih itulah yang menjadi unsur pembentuk frasa dalam bahasa Indonesia. Dua kata atau lebih yang membentuk frasa masing-masing kata mempertahankan makna kata dasarnya, sementara gabungan kedua kata tersebut menunjuk kan relasi tertentu. “Frasa dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria 1 Heny Sulistyowati, Mengenal Struktur Atribut Frasa, Malang: Madani, 2012, h. 11. 2 M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia, Sintaksis, Yogyakarta: Karyono, 1985, h. 138. 3 Jos Daniel Parera, Sintaksis, Jakarta: PT. Gramedia, 1991, cet. 2, h.32. berikut, yakni hubungan unsur dalam struktur dan jenis kata yang menjadi unsur intinya”. 4 Chaer memberikan batasan tentang frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. 5 Dari batasan itu tentu frasa terdiri atas dua kata atau lebih. Dan konstruksi nonpredikatif, artinya hubungan antara unsur yang membentuk frasa itu tidak berstruktur subjek, predikat atau objek. Sementara itu menurut Kentjono frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih dari dua kata yang tidak berciri klausa dan yang pada umumnya menjadi pembentuk klausa. 6 Menurut Verhaar frasa adalah kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tutran yang lebih panjang. 7 Frasa adalah fungsional artinya menyatakan bahwa bagian berfungsi sebagai konstitusi di dalam konstituen yang lebih panjang, misalnya dapat dilihat pada kalimat berikut: - Secara lebih mendalam kita akan membahas kemampuan menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran yang lebih baik. Frasa secara lebih mendalam adalah konstitusi keterangan yang memodifikasi verba membahas. Sebaliknya kata mendalam kita atau pengajaran yang, tidak merupakan frasa karena tidak menyatakan fungsional di dalam konstituen yang lebih panjang. Satuan gramatik seperti rumah sakit, kolom renang, dan lomba tari bukan frasa, melainkan kata majemuk. Ciri-ciri kata mejemuk, yaitu salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata dan unsur-unsurnya tidak dapat dipisahkan. 8 Satuan rumah sakit terdiri dari dua unsur yang berupa kata, yaitu kata rumah dan 4 Abdul Muis Ba‟dulu dan Herman, Morfosintaksis, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, h. 58. 5 Abdul Chaer, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, cet. 3, h. 222. 6 Djoko Kentjono, Dasar-dasar Linguistik umum, Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1984, h. 57. 7 J.W.M. Verhaar, Asas Linguistik Umum, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2010, cet. 7, h. 219. 8 Heny Sulistyowati, op. cit., h. 14.