66
3.3 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia.
Pemeriksaan karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, pemeriksaan kadar
abu yang tidak larut dalam asam, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol dan penetapan kadar sari yang larut dalam air Ditjen POM, 1995; WHO, 1992.
3.3.1 Pemeriksaan Makrokospik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan pada simplisia segar yang meliput i pemeriksaan bentuk, bau, rasa dan warna. Gambar simplisia dapat dilihat pada
Lampiran 3, halaman 38.
3.3.2 Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia dilakukan dengan cara meneteskan kloralhidrat diatas kaca objek, kemudian di atasnya diletakkan serbuk
simplisia, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat di bawah mikroskop. Pemeriksaan mikroskopik untuk melihat adanya butir pati dilakukan di dalam
media air. Pemeriksaan mikroskopik untuk melihat adanya minyak atsiri dilakukan dengan penambahan sudan III. Hasil pemeriksaan mikroskopik dapat
dilihat pada Lampiran 3, halaman 39.
3.3.3 Penetapan Kadar Air Simplisia
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi destilasi toluen. Alat terdiri dari labu alas 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung penyambung
dan tabung penerima. Cara penetapan:
Labu bulat dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air suling, didestilasi selama 2 jam. Setelah itu toluena didinginkan dan volume air pada tabung
Universitas Sumatera Utara
67 penerimaan dibaca. Kemudian ke dalam labu dimasukkan 5 g serbuk simplisia
yang telah ditimbang seksama, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mulai mendidih, kecepatan tetesan diatur, kurang lebih 2 tetes tiap detik,
hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah 2 jam didestilasi, kemudian toluen dibiarkan
dingin, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena yang telah dijenuhkan. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan
mendingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca
sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen WHO, 1992. Perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran
4, halaman 40.
3.3.4 Penetapan Kadar Sari Yang Larut dalam Air
Sebanyak 5 gram serbuk yang telah dikeringkan diudara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air kloroform 2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml
dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam
cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang
larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Ditjen POM, 1995. Perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 42.
3.3.5 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol
Sebanyak 5 gram serbuk yang telah dikeringkan diudara, dimaserasi selama 24 jam dalam etanol 95 dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama
Universitas Sumatera Utara
68 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml
filtrat sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap.
Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 95 dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Ditjen POM, 1995. Perhitungannya dapat dilihat
pada Lampiran 4, halaman 43.
3.3.6 Penetapan Kadar Abu total
Sebanyak 2 gram serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijar dan ditara,
kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600°C selama 3 jam. Kemudian didinginkan dan ditimbang
sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Ditjen POM, 1995. Perhitungan kadar abu total dapat
dilihat pada Lampiran 4, halaman 44.
3.3.7 Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan abu dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring dengan kertas masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan
ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bobot yang dikeringkan diudara Ditjen POM, 1995. Perhitungan kadar abu yang tidak larut
dalam asam dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 45.
Universitas Sumatera Utara
69
3.4 Pembuatan Ekstrak temu giring Pembuatan ekstrak dilakukan secara perkolasi dengan menggunakan pelarut
etanol 95 . Caranya, sebanyak 977 gram serbuk simplisia dimasukkan kedalam bejana
tertutup, cairan penyari dituangi sampai semua simplisia terendam, biarkan sekurang-kurangnya selama 3 jam. Pindahkan masa sedikit demi sedikit kedalam
perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangi cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan
penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya
hingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia. Perkolasi dihentikan jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak
meninggalkan sisa Ditjen POM, 1986. Perkolat yang diperoleh dipekatkan dengan alat penguap vakum putar. Kemudian dikeringkan dengan freeze dryer
pada suhu 40 C pada tekanan 2 atm selama lebih kurang 24 jam dan diperoleh
ekstrak kental sebanyak 163,5 g Voigt, 1994.
3.4.1 Karakterisasi Ekstrak Etanol Rimpang Temu Giring. 3.4.1.1 Penetapan Kadar Air.
Penetapan kadar air dilakukan seperti pada penetapan kadar air simplisia. Perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 41.
3.5 Penyiapan Hewan Percobaan