Persamaan Dasar Beban Lalu Lintas

10 a. Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda. b. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca. c. Sebagai lapisan aus wearing course. Bahan untuk permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi penggunaan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertimbangkan daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas. Pemilihan bahan untuk lapisan permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana pertahapan konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang dikeluarkan.

2.2.2 Persamaan Dasar

Persamaan dasar yang digunakan AASHTO 1986 untuk perencanaan perkerasan lentur adalah sebagai berikut : Log W 18 = Zr . So + 9,36 log ITP + 1 – 0,20 + log 5,19 1 ITP 1094 0,40 1,5 4,3 ΔIP        + 2,32 Log Mr – 8,07 Dimana : W 18 = Lintas ekivalen selama umur rencana Zr = Simpangan baku. So = Gabungan kesalahan baku dari perkiraan beban lalu lintas dan kinerja perkerasan. 11 ITP = Inden tebal perkerasan IP = Selisih indeks permukaan awal dan akhir = IPo – Ipt. Dimana : Ipo = 4,2 Ipt = 2,5 Buku Silvia Sukirman hal 127 Mr = Modulus resilient tanah dasar psi.

2.2.3 Beban Lalu Lintas

Untuk menyatakan beban gandar yang bervariasi ke dalam bentuk satu patameter perencanaan maka diperlukan suatu faktor ekivalan beban gandar. Faktor- faktor ekivalen beban mewakili perbandingan jumlah pengulangan berbagai beban gandar dan susunan gandar single, tandem, midem diperlukan untuk maksud pengurangan yang sama dalam Indek Permukaan  sebagia suatu penerapan dari beban gandar tunggal 18 kips. Faktor-faktor ekivalen ditunjukkan dalam lampiran untuk susunan gandar single, tandem dan midem, serta harga pt sama dengan 2,0 : 2,5. Untuk memperoleh jumlah kumulatif pembebanan lalu lintas dua arah pada akhir kondisi rencana periode analisa digunakan rumus sebagai berikut : AE18KSAL = 365 x LHRi x Ei x Ci x 1 + a n’ x [1 + a n -1i] Buku Silvia Sukirman Hal. 150 Dimana : AE18KSAL = Lintas Ekivalen kumulatif pada jalur rencana LHRi = Jumlah kendaraan untuk hari 2 arah pada tahun perhitungan volume lalu lintas. Ei = Angka ekivalen beban sumbu untuk jenis kendaraan. Ci = Koefisien distribusi kendaraan pada lajur rencana. 12 a = Faktor pertumbuhan lalu lintas tahunan dari perhitungan volume lalu lintas dilakukan sampai saat jalan terbuka. i = Faktor pertumbuhan lalu lintas dari jalan tersebut di buka sampai pada periode analisa. n’ = Jumlah tahun dari saat diadakan perhitungan volume lalu lintas sampai jalan tersebut dibuka. n = Jumlah tahun periode analisa. Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu jalan raya, yang menampang lalu lintas terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas jalur, maka jumlah jalur ditentukan dari lebar perkerasan menurut tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Jumlah Jalur Berdasar Lebar Perkerasan dan Koefesien Distribusi Lebar Perkerasan Jumlah Jalur 1 Arah 2 Arah L 5,50 m 1 jalur 1 1 5,50 m  L 8,25 m 2 jalur 0,7 0,50 8,25 m  L 11,25 m 3 jalur 0,475 11,25 m  L 15,00 m 4 jalur 0,5 0.45 15,00 m  L 18,75 m 5 jalur 0,425 18,75 m  L 22,00 m 6 jalur - 0,40 Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur, 1987 : 8 Lalu lintas harian rata-rata LHR setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median atau masing-masing arah pada jalan yang median. Dihitung dengan rumus : LHR rencana = 1 + R n x LHR ada …………………… 2,3 Dimana : R = Angka perkembangan lalu lintastahun n = Umur rencana 13 Daya dukung tanah dasar DDT ditetapkan berdasarkan grafik korelasi gambar 2.2. Yang dimaksud dengan harga CBR disini adalah harga CBR lapangan atau CBR laboratorium. CBR laboratorium biasanya dipakai untuk perencanaan pembangunan jalan baru. Sementara ini dianjurkan untuk mendasarkan daya dukung hanya pada pengukuran CBR. Cara-cara lain hanya digunakan bila telah disertai data-data yang dapat dipertanggungjawabkan. Cara-cara lain tersebut dapat berupa : Grup Indeks, Plate Bearing Test atau R-Value. Harga yang mewakili dari sejumlah harga CBR yang dilaporkan, ditentukan sebagai berikut : a. Tentukan harga CBR terendah. b. Tentukan berapa banyak harga CBR yang sama dan lebih besar dari masing-masing nilai CBR. c. Angka jumlah terbanyak dinyatakan 100. Jumlah lainnya merupakan persentase dari 100. d. Dibuat grafik hubungan harga CBR dan persentase jumlah tadi. e. Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka persentase 90.

2.2.4 Reliabilitas dan Simpangan Baku

Dokumen yang terkait

ANALISA PERBANDINGAN KONSTRUKSI JALAN PERKERASAN LENTUR DENGAN PERKERASAN KAKU DITINJAU DARI METODE Analisa Perbandingan Konstruksi Jalan Perkerasan Lentur Dengan Perkerasan Kaku Ditinjau Dari Metode Pelaksanaan Dan Biaya (Studi Kasus: Pekerjaan Peningka

0 3 16

ANALISA PERBANDINGAN KONSTRUKSI JALAN PERKERASAN LENTUR DENGAN PERKERASAN KAKU Analisa Perbandingan Konstruksi Jalan Perkerasan Lentur Dengan Perkerasan Kaku Ditinjau Dari Metode Pelaksanaan Dan Biaya (Studi Kasus: Pekerjaan Peningkatan Struktur Jalan Ma

0 2 20

PERBANDINGAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU TERHADAP BEBAN OPERASIONAL LALU LINTAS DENGAN METODE BINA MARGA PADA RUAS JALAN SAMPANG - PAMEKASAN (Sta.84+000 – 97+000).

0 4 97

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN BLITAR – SRENGAT STA 3+450 SAMPAI STA 10+350 DENGAN METODE AASHTO.

1 13 125

Perbandingan Perkerasan Kaku Dan Perkerasan Lentur” (Studi Kasus Ruas Jalan Raya Pantai Prigi – Popoh Kab. Tulungagu

2 4 6

PERBANDINGAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU TERHADAP BEBAN OPERASIONAL LALU LINTAS DENGAN METODE AASHTO PADA RUAS JALAN KALIANAK STA 0+000 – 5+350 SURABAYA TUGAS AKHIR - PERBANDINGAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU TERHADAP BEBAN OPERASIONAL

0 1 13

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE KONSTRUKSI BERTAHAP PADA RUAS JALAN DURENAN-BANDUNG-BESUKI PADA STA 171+550 – 182+350 DI KABUPATEN TULUNGAGUNG TUGAS AKHIR - PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE KONSTRUKSI BERTAHAP PADA RUAS JALAN DURENA

0 0 19

PERBANDINGAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU TERHADAP BEBAN OPERASIONAL LALU LINTAS DENGAN METODE BINA MARGA PADA RUAS JALAN SAMPANG - PAMEKASAN (Sta.84+000 – 97+000) TUGAS AKHIR - PERBANDINGAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU TERHADAP BEBAN OP

0 1 17

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN AGROPOLITAN CENTER – REMAYU KECAMATAN MUARA BELITI STA 0+000 - STA 8+500

0 0 18

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN PADA RUAS JALAN LINGKAR BETUNG STA 0+000 – STA 5+036 PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 13