7 Di dalam laporan tugas akhir ini hanya perkerasan lentur dan perkerasan kaku
yang dibahas.
2.2 Perkerasan Lentur
Perkerasan lentur adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan
bawahnya. Dalam penulisan Tugas Akhir ini penentuan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan menggunakan metode AASHTO The American Association of State
Highway and Transportation Officials berkembang semenjak dimulainya pengujian lapangan yang dilaksanakan di Ottawa, negara bagian Illinois. Perkembangan metode
berkelanjutan sesuai dengan hasil pengamatan, pengalaman dan penelitian yang diperoleh. Adapun faktor-faktor yang telah diisyaratkan dalam perencanaan
perkerasan dengan metode AASHTO adalah sebagai berikut : 1.
Lalu lintas 2.
Realibilitas dan simpangan baku 3.
Kondisi lingkungan kekuatan tanah dasar 4.
Drainase
2.2.1 Bagian Perkerasan Lentur
Bagian perkerasan jalan umumnya meliputi lapis pondasi bawah sub base course, lapis pondasi base course, dan lapis permukaan surface course.
8 D
1
: Lapisan Permukaan D
2
: Lapisan Pondasi Atas D
3
: Lapisan Pondasi Bawah
Gambar 2.1. susunan Perkerasan Jalan
Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari : 1.
Tanah Dasar Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-
sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
a. Perubahan bentuk tetap deformasi permanen dari macam tanah tertentu
akibat beban lalu lintas. b.
Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.
c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada
daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat pelaksanaan.
d. Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu lintas dari
macam tanah tertentu. e.
Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan penurunan yang diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir kasar yang tidak dipadatkan secara
baik pada saat pelaksanaan. 2.
Lapisan Pondasi Bawah
9 Fungsi lapisan pondasi bawah adalah :
a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan
menyebarkan beban roda. b.
Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan- lapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya penghematan biaya konstruksi.
c. Untuk mencegah tanah dasar ke dalam lapisan pondasi.
d. Sebagai lapisan pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.
Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat-alat berat atau karena lapangan yang memaksa harus segera
menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca. Bermacam-macam tipe tanah setempat CBR
20, PI 10 yang relatif lebih baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-campuran tanah setempat dengan kapur
atau semen Portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar dapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.
3. Lapisan Pondasi Atas
Fungsi lapisan pondasi antara lain : a.
Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda. b.
Sebagai perletakan terhadap lapis perkerasan. Bahan-bahan untuk lapisan pondasi umumnya cukup kuat dan awet sehingga
dapat menahan beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan
sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknis. 4.
Lapisan Permukaan Fungsi lapisan permukaan antara lain :
10 a.
Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda. b.
Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca.
c. Sebagai lapisan aus wearing course.
Bahan untuk permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi penggunaan aspal sendiri
memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertimbangkan daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas. Pemilihan bahan untuk lapisan
permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana pertahapan konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang
dikeluarkan.
2.2.2 Persamaan Dasar