dalam situasi yang sangat menyiksa dia karena seseorang tersebut menganggap seorang gadis kecil sebagai sosok yang lemah dan mudah untuk dibujuk.
Munculnya tokoh dalam novel ini dengan gaun pemberian dari sosok yang ingin menyakitinya dengan menjadikannya terlihat dewasa untuk membangkitkan
gairahnya. Tindak kekerasan terhadap anak secara seksual muncul sebagai masalah dalam leksia ini yang merupakan kode simbolik yaitu kalimat “dia
mencoba memasukkan anunya ke badanku pagi ini, tapi enggak bisa masuk.”
Dari pernyataan ini dapat diketahui bahwa perkenalan antara tokoh dalam novel dengan seseorang tokoh yang tidak lain adalah pamannya yang juga saudara
ayahnya sehingga dia merasa takut untuk melawan karena ketakutannya mendapatkan kekerasan dari ayahnya sehingga berujung pada dimasukkannya
pisau oleh paman jerry ke vagina gadis kecil tokoh dalam novel ini.
D. Kode Proaretik
Leksia 5 Halaman 50-51
“Seorang dokter yang bertugas di daerah itu mencantumkan catatan di bagian bawah laporan bahwa badannya yang kecil mungkin akibat kurang
gizi, tetapi selain itu dia seorang anak perempuan kulit putih yang sehat dengan luka-luka dan patah tulang yang telah sembuh total. Disamping
dua catatan itu masih ada memo dari psikiater daerah dengan sauatu pernyataan: ketidakmampuan Kronis untuk Menyesuaikan Diri dengan
Masa Kanak-Kanak.”
Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan proaretik atau kode narasi yang merupakan kode “tindakan” action. Kode ini didasarkan atas konsep
“kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara rasional yang mengaplikasikan logika manusia”
Dari leksia diatas dapat diketahui bahwa tokoh dalam novel ini banyak sekali mendapatkan perlakuan salah terhadap anak yang mengakibatkan
kerusakan pada fisik terlihat dari catatan dokter yang mununjukkan kemungkinan Sheila mengalami kekurangan gizi dan patah tulang akibat siksaan yang telah
sembuh total. Dan juga kerusakan mental yaitu ketidakmampuan Kronis untuk Menyesuaikan Diri dengan Masa Kanak-Kanak.
Dengan kode pembacaan proaretik dari Leksia diatas kita dapat mengetahui bahwa akibat dari tindak kekerasan terhadap anak dan perlakuan salah
pada anak adalah segala perlakuan terhadap anak yang akibat-akibatnya mengancam kesejahteraan dan tumbuh kembang anak, baik secara fisik, psikologi
sosial, maupun mental.
Leksia 6 Halaman 52
“Ayahnya menaggapnya bagai anak yang suka melawan dan sering mendisiplinkan dia, sering kali dengan cara memukul atau mencabut
haknya.”
Leksia 11 Halaman 74
“Papaku, dia pasti cambuk aku keras-keras kalau dia liat aku gini.”
Leksia 14 Halaman 115
“Aku enggak punya tempat cuci juga. Papaku, dia bawa air dalam ember dari pom bensin.” Dia berhenti sambil menatap lantai. “Itu Cuma untuk
minum. Dia akan marah besar kalau buat itu kotor.”
Leksia 20 Halaman 156
“Papaku,” katanya pelan, “dia bilang itu satu-satunya cara ,membuat aku jadi baik. Dia cambuk aku dan harus jadi lebih baik, soalnya dia enggak
mau tinggalkan aku di jalan seperti Mamaku.”
Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan proaretik atau kode narasi yang merupakan kode “tindakan” action. Kode ini didasarkan atas konsep
“kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara rasional yang mengaplikasikan logika manusia”
Dari leksia diatas dapat diketahui bahwa kekerasan banyak di pengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadikannya sesuatu hal yang biasa,yang mana dari
faktor-tersebut munculah tindakan yang di perbolehkan menurut logika pelaku kekerasan itu.faktor tersebut antara lain:a Orang tua yang pernah jadi korban
penganiayaan anak dan terpapar oleh kekerasan dalam rumah, orang tua yang kondisi kehidupannya penuh sters, seperti rumah yang sesak, kemiskinan, orang
tua yang menyalahgunakan NAPZA, orang tua yang mengalami gangguan jiwa
seperti depresi atau psikotik atau gangguan keperibadian.b Nilai-nilai sosial, yaitu hubungan anak dengan orang dewasa berlaku seperti hirarkhi sosial di
masyarakat. Atasan tidak boleh dibantah. Aparat pemerintahan harus selalu dipatuhi. Guru harus digugu dan ditiru. Orangtua tentu saja wajib ditaati dengan
sendirinya. Dalam hirarkhi sosial seperti itu anak-anak berada dalam anak tangga terbawah. Mereka tidak punya hak apa pun, sedangkan orang dewasa dapat
berlaku apa pun kepada anak-anak.
Leksia 7 Halaman 52
“dia pernah dimarahi karena menyulut kebakaran di perkampungan pekerja migran dan karena mengoleskan kotoran manusia di ruang tunggu
sebuah terminal bus. Pada usia enam setengah tahun, Sheila telah berhadapan dengan polisi tiga kali.”
Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan proaretik atau kode narasi yang merupakan kode “tindakan” action. Kode ini didasarkan atas konsep
“kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara rasional yang mengaplikasikan logika manusia”
Dari leksia diatas dapat diketahui bahwa seorang gadis kecil berusia enam setengah tahun sampai bisa menyulut kebakaran dan berurusan dengan polisi tiga
kali,dari sini kita dapat mengetahui betapa kurangnya pengawasan terhadap anak,dan menunjukkan bahwa psikologi dari tokoh utama mengalami gangguan
baik dari segi psikologi sosial dan mental.
Leksia 9 Halaman 58
“Jatuhkan itu” saya membentak dengan suara setegas mungkin.
Leksia 10 Halaman 67
“Dia mencabut hak-hak tertentu Sheila, memberinya hukuman duduk di pojok ruangan, dan akhirnya membawa Sheila kepada kepala sekolah
untuk dipukul dengan tongkat.”
Leksia 18 Halaman 140
“Kerjakan.” Saya dapat mendengar suara saya lebih keras dan lebih tajam daripada yang saya inginkan. Saya mengulurkan tangan untuk mengambil
pensil, memaksakannya ke dalam tangannya. “Aku bilang kerjakan lembaran itu. Kerjakan sekarang, Sheila.”
Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan proaretik atau kode narasi yang merupakan kode “tindakan” action. Kode ini didasarkan atas konsep
“kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara rasional yang mengaplikasikan logika manusia”
Dari leksia di atas kita dapat melihat bahwasanya tokoh dalam novel ini adalah sosok gadis kecil yang pembangkang,semua itu akibat dari kekerasan yang
telah dialaminya selama ini,kekerasan wataknya tentu saja akan sulit menerima bentuk kekerasan yang lain yang dia terima sepeti dalam leksia di atas yaitu
“bentakan” pada leksia 9 dan 18 dan pemukulan dengan tongkat pada leksia 10.
Dengan kode pembacaan proaretik kita dapat melihat dari Leksia diatas bahwa tokoh utama dalam novel ini selalu mendapatkan perlakuan yang salah dan
tidak semestinya,yang mana dia tetap mendapatkan tindak kekerasan dimana seharusnya dia mendapatkan perlindungan karena Child Abuse adalah semua
bentuk kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas anak tersebut atau mereka yang memiliki kuasa atas anak
tersebut, yang seharusnya dapat di percaya, misalnya orang tua, keluarga dekat, dan guru.dan faktor yang mendukung kekerasan itu adalah faktor Nilai-nilai
sosial, yaitu hubungan anak dengan orang dewasa berlaku seperti hirarkhi sosial di masyarakat. Atasan tidak boleh dibantah. Aparat pemerintahan harus selalu
dipatuhi. Guru harus digugu dan ditiru. Orangtua tentu saja wajib ditaati dengan sendirinya. Dalam hirarkhi sosial seperti itu anak-anak berada dalam anak tangga
terbawah. Mereka tidak punya hak apa pun, sedangkan orang dewasa dapat berlaku apa pun kepada anak-anak
Leksia 17 Halaman 129
“Sheila membawa bingkisan ke rumahnya, barang itu dikembaikan keesokan harinya, terbungkus dalam kantong kertas. Sheila bercerita
dengan malu bahwa dia dipukul ayahnya karena menerima sedekah.”
Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan proaretik atau kode narasi yang merupakan kode “tindakan” action. Kode ini didasarkan atas konsep
“kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara rasional yang mengaplikasikan logika manusia”
Dari Leksia diatas kita dapat melihat bahwa “Sheila” mendapatkan hukuman atas tindakannya menerima sebuah bingkisan,yang mana bagi seorang
anak bingkisan atau hadiah merupakan suatu hal yang sangat mereka inginkan dan sangat membuat mereka bahagia.dia di pukul karena menurut ayahnya “Sheila”
menerima sedekah yang baginya adalah sebuah hinaan atas kenyataan yang dia alami yaitu kemiskinan.
Dengan kode pembacaan proaretik,dari Leksia diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa faktor Orang tua yang pernah jadi korban penganiayaan anak
dan terpapar oleh kekerasan dalam rumah, orang tua yang kondisi kehidupannya penuh sters, seperti rumah yang sesak, kemiskinan, orang tua yang
menyalahgunakan NAPZA, orang tua yang mengalami gangguan jiwa seperti depresi atau psikotik atau gangguan keperibadian juga merupakan banyaknya
penyebab kekerasan terhadap anak.
Leksia 22 Halaman 292
“Paman Jerry,” dia mulai bicara dengan perlahan, “dia mencoba memasukkan anunya ke badanku pagi ini, tapi enggak bisa masuk. Jadi ,
dia ambil pisau. Dia bilang aku membuatnya enggak bisa masuk, jadi dia memasukkan pisau kebadanku untuk membuatku menurut.”
Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan proaretik atau kode narasi yang merupakan kode “tindakan” action. Kode ini didasarkan atas konsep
“kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara rasional yang mengaplikasikan logika manusia”
Dari leksia diatas kita dapat mengetahui bahwa kekerasan yang dialami oleh tokoh dalam novel ini tidak hanya kekerasan fisik dan kekerasan mental akan
tetapi dia juga mendapatkan kekerasan seksual yang akibatnya akan lebih fatal bagi masa depan anak.
Perlakuan salah terhadap anak pada umumnya dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, antara lain kekerasan fisik, seksual dan emosional. Kekerasan
dalam rumah tangga baik dilakukan oleh suami kepada istrinya atau orang tua terhadap anaknya bisa berbentuk fisik atau nonfisik. Kekerasan nonfisik bisa
berbentuk verbal seperti pelecehan, penghinaan, mencuekin mendiamkan istri, atau bentuk lain seperti tidak membiayai selama berbulan-bulan, sedangkan
kekerasan fisik bisa berbentuk pemukulan, penjambakan, dll.
E. Kode Gnomik