Kode Hermeneutik Hasil Analisis Data

harus jadi lebih baik, soalnya dia enggak mau tinggalkan aku di jalan seperti Mamaku.” Leksia 21 Pengadilan memerintahkan bahwa dia harus ditempatkan di rumah sakit Negara jika sudah ada unit anak-anak. Leksia 22 “Dia memasukkan pisau ke dalam vaginamu?”, Dia mengangguk. “Salah satu pisau perak. Dia bilang aku akan nyesel tidak biarkan memasukkan anunya. Dia bilang ini akan lebih menyakiti aku dan aku akan menyesal.” Berikut ini adalah data terhadap leksia-leksia yang telah dipaparkan diatas, yaitu :

A. Kode Hermeneutik

Leksia 1 Halaman 32 “Ed Somers membawa gadis kecil itu, memegang erat-erat pergelangan tangannya dan menyeretnya.” Leksia 2 Halaman 33 “Saya menyeret Sheila melintasi ruangan ke kursi saya tempat kami selalu menyelenggarakan diskusi pagi, dan mendudukkannya di atas lantai persis di depan saya”. Dua leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan hermeneutik kode teka-teki.hal tersebut di karenakan tokoh dalam novel non fiksi tersebut yaitu Sheila selalu mendapatkan kekerasan dimanapun dia berada. Bahkan saat dia berada di tempat, dimana seharusnya dia mendapatkan perlindungan. Akan tetapi dia tetap mendapat penyiksaan tersebut. Dalam leksia tersebut dijelaskan bahwa gadis kecil itu diajak secara paksa di seret selayaknya barang.yang mana seharusnya Ed somers sang pekerja sosial melindungi dan mengasihinya. Dari Leksia 1 dan leksia 2 kita dapat menyimpulkan dengan kode hermeneutic bahwasanya Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Mereka lupa bahwa orangtua adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam mengupayakan kesejahteraan, perlindungan, peningkatan kelangsungan hidup, dan mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya. Leksia 3 Halaman 49 “Rumah itu tidak punya sarana pemanas, pipa air, dan listrik. Ibunya telah meninggalkan Sheila dua tahun sebelumnya, tetapi dia membawa putranya yang lebih kecil.” Leksia 14 Halaman 115 “Aku enggak punya temapat cuci juga. Papaku, dia bawa air dalam ember dari pom bensin.”Dia berhenti sambil menatap lantai. “Itu Cuma untuk minum. Dia akan marah besar kalau buat itu kotor.” Dua leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan hermeneutik kode teka-teki.dari Leksia tersebut menggambarkan segala bentuk kemiskinan yang di alami oleh Sheila beserta orang tuanya. Banyak tindak kekerasan muncul dari factor kemiskinan, dan kemiskinan selalu menjadi salah satu alasan untuk sebagian orang dalam melakuakan tindak kekerasan terutama tindak kekersasan terhadap anak. Dari Leksia 3 dan leksia 14 kita dapat menyimpulkan dengan kode hermeneutic bahwasanya salah satu dari tiga factor sosial yang mendukung kekerasan terhadap anak yaitu “Ketimpangan sosial”. Banyak ditemukan bahwa para pelaku dan juga korban child abuse kebanyakan berasal dari kelompok sosial ekonomi yang rendah. Kemiskinan, yeng tentu saja masalah sosial lainnya yang diakibatkan karena struktur ekonomi dan politik yang menindas, telah melahirkan semacam subkultur kekerasan. Karena tekanan ekonomi, orangtua mengalami stress yang berkepanjangan. Ia menjadi sangat sensisitif. Ia mudah marah. Kelelahan fisik tidak memberinya kesempatan untuk bercanda dengan anak-anak. Terjadilah kekerasan emosional. Leksia 4 Halaman 50 “Ayah Sheila menghabiskan hampir sepanjang masa kanak-kanak gadis kecil itu di penjara atas tuduhan penganiayaan. Sejak dia dibebaskan dua setengah tahun yang lalu, dia pun harus tinggal di rumah sakit Negara karena kacanduan alkohol dan ketergantungan obat.” Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan hermeneutik kode teka-teki.karena dari Leksia tersebut menunjukkan betapa tersiksanya tokoh utama dalam novel tersebut. Kekerasan yang dialaminya sampai menyebabkan sang pelaku yang merupakan ayah Sheila sendiri mendapatkan hukuman penjara karena penganiayaan, Dari Leksia di atas kita dapat menyimpulkan dengan kode hermeneutic bahwasanya selain melanggar secara hukum tindak kekerasan terhadap anak juga melanggar amanah Tuhan.seperti definisi anak menurut UU 23 tahun 2002 pasal 1 yang berbunyi Dan juga anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.dan dimungkinkan juga Orang tua yang pernah jadi korban penganiayaan anak dan terpapar oleh kekerasan dalam rumah, orang tua yang kondisi kehidupannya penuh sters, seperti rumah yang sesak, kemiskinan, orang tua yang menyalahgunakan NAPZA, orang tua yang mengalami gangguan jiwa seperti depresi atau psikotik atau gangguan keperibadian. Leksia 5 Halaman 50-51 “Seorang dokter yang bertugas di daerah itu mencantumkan catatan di bagian bawah laporan bahwa badannya yang kecil mungkin akibat kurang gizi, tetapi selain itu dia seorang anak perempuan kulit putih yang sehat dengan luka-luka dan patah tulang yang telah sembuh total. Disamping dua catatan itu masih ada memo dari psikiater daerah dengan sau pernyataan: ketidakmampuan Kronis untuk Menyesuaikan Diri dengan Masa Kanak-Kanak.” Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan hermeneutik kode teka-teki.hal tersebut di karenakan tokoh dalam novel non fiksi tersebut yaitu Sheila selalu mendapatkan kekerasan,bahkan kekerasan itu telah mencederai baik secara fisik yang terlihat dari catatan dokter bahwa Sheila dimungkinkan mengalami kekurangan gizi dan patah tulang yang telah sembuh,dan juga mencederai secara mental yang mengakibatkanya menderita ketidakmampuan kronis untuk menyesuaikan diri dengan masa kanak-kanak,yang menyebabkan dia menjadi pemarah dan pembangkang dan memiliki trauma yang mendalam. Dari Leksia di atas kita dapat menyimpulkan dengan kode hermeneutic bahwasanya kekerasan Menurut Seto Mulyadi perlakuan salah pada anak adalah segala perlakuan terhadap anak yang akibat-akibatnya mengancam kesejahteraan dan tumbuh kembang anak, baik secara fisik, psikologi sosial, maupun mental.Perlakuan salah terhadap anak pada umumnya dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, antara lain kekerasan fisik, seksual dan emosional. Kekerasan dalam rumah tangga baik dilakukan oleh suami kepada istrinya atau orang tua terhadap anaknya bisa berbentuk fisik atau nonfisik. Leksia 6 Halaman 52 “Ayahnya menaggapnya bagai anak yang suka melawan dan sering mendisiplinkan dia, sering kali dengan cara memukul atau mencabut haknya.” Leksia 15 Halaman 119 “Dia sayang aku. Dia hanya pukul aku sedikit untuk buat aku baik. Kamu mesti lakukan itu pada anak-anak kadang-kadang. Tapi papaku, dia sayang aku.” Leksia 20 Halaman 156 “dia bilang itu satu-satunya cara ,membuat aku jadi baik. Dia cambuk aku dan harus jadi lebih baik, soalnya dia enggak mau tinggalkan aku di jalan seperti Mamaku.” Tiga Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan hermeneutik kode teka-teki.hal tersebut di karenakan tokoh dalam novel non fiksi tersebut yaitu Sheila selalu mendapatkan kekerasan atau hukuman atas suatu hal atau kesalahan yang mungkin belum dia mengerti,yang seharusnya mendapatkan pengertian malah mendapatkan tindak kekerasan. Leksia 6,Leksia 15 dan Leksia 20 di atas kita dapat menyimpulkan dengan kode hermeneutic bahwasanya Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Mereka lupa bahwa orangtua adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam mengupayakan kesejahteraan, perlindungan, peningkatan kelangsungan hidup, dan mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya. Orang dewasa ataupun orangtua harusnya telah menyadari bahwasanya Sudah barang tentu dalam proses belajar ini, anak cenderung melakukan kesalahan. Bertolak dari kesalahan yang dilakukan, anak akan lebih mengetahui tindakan-tindakan yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, patut atau tidak patut. Namun orang tua menyikapi proses belajar anak yang salah ini dengan kekerasan. Bagi orangtua, tindakan anak yang melanggar perlu dikontrol dan dihukum. Leksia 8 Halaman 58 “Sheila mencengkram seekor ikan erat-erat dengan tangan kanannya dan berdiri mengancam dengan pensil di tangan lain.” Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan hermeneutik kode teka-teki. Karena kita dapat melihat betapa sakitnya siksaan yang dia terima sehingga membekas dihatinya, yang mana rasa sakit hati itu berubah menjadi dendam terhadap apa yang dia alami selama ini. Betapa takutnya dia dan betapa inginnya dia melampiaskan kemarahannya, sehingga dia melampiaskan kepada makhluk hidup lain yang menurutnya sama tidak berdayanya seperti halnya dia waktu mendapatkan tindak kekerasan, sehingga terganggu mentalnya. Dari Leksia di atas kita dapat menyimpulkan dengan kode hermeneutic bahwasanya Kekerasan pada anak adalah segala bentuk tindakan yang melukai dan merugikan fisik, mental, dan seksual termasuk hinaan meliputi: Penelantaran dan perlakuan buruk, Eksploitasi termasuk eksploitasi seksual, serta trafficking atau jual-beli anak. Sedangkan Child Abuse adalah semua bentuk kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas anak tersebut atau mereka yang memiliki kuasa atas anak tersebut, yang seharusnya dapat di percaya, misalnya orang tua, keluarga dekat, dan guru. Leksia 19 Halaman 153 “Saat mendapat dua pukulan terakhir dia tetap berdiri dan tidak jatuh. Namun, tak ada suara sama sekali dari mulutnya, tak ada air mata mengalir dari matanya.” Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan hermeneutik kode teka-teki. Karena kita dapat melihat betapa traumanya Sheila sehingga dia dapat menahan rasa sakit dan air matanya, karena ketakutannya akan mendaptkan kekerasan yang lebih apabila dia mengeluh atau menangis. Karena seringnya dia mendapatkan tindak kekerasan sehingga dia mengalami gangguan mental yang membuat dia lupa akan rasa sakit dan menangis. Dari Leksia di atas kita dapat menyimpulkan dengan kode hermeneutic bahwasanya Kekerasan mental adalah semua tindakan merendahkan atau meremehkan anak. Kekerasan pada anak adalah segala bentuk tindakan yang melukai dan merugikan fisik, mental, dan seksual termasuk hinaan meliputi: Penelantaran dan perlakuan buruk, Eksploitasi termasuk eksploitasi seksual, serta trafficking atau jual-beli anak. Semua bentuk kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas anak tersebut atau mereka yang memiliki kuasa atas anak tersebut, yang seharusnya dapat di percaya, misalnya orang tua, keluarga dekat, dan guru Leksia 21 Halaman 259 “Pengadilan memerintahkan bahwa dia harus ditempatkan di rumah sakit Negara jika sudah ada unit anak-anak.” Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan hermeneutik kode teka-teki. Karena timbulnya pertanyaan, apakah pada masa terjadinya kekerasan pada Sheila belum didapati unit anak-anak dirumah sakit Negara?.dari pertanyaan tersebut terlihat bahwa pada masa itu tindak kekerasan pada anak masih merupakan hal yang wajar karena nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat. Dari Leksia di atas kita dapat menyimpulkan dengan kode hermeneutic bahwasanya Nilai-nilai sosial, yaitu hubungan anak dengan orang dewasa berlaku seperti hirarkhi sosial di masyarakat. Atasan tidak boleh dibantah. Aparat pemerintahan harus selalu dipatuhi. Guru harus digugu dan ditiru. Orangtua tentu saja wajib ditaati dengan sendirinya. Dalam hirarkhi sosial seperti itu anak-anak berada dalam anak tangga terbawah. Mereka tidak punya hak apa pun, sedangkan orang dewasa dapat berlaku apa pun kepada anak-anak. Leksia 22 Halaman 290-292 “Paman Jerry,” dia mulai bicara dengan perlahan, “dia mencoba memasukkan anunya ke badanku pagi ini, tapi enggak bisa masuk. Jadi , dia ambil pisau. Dia bilang aku membuatnya enggak bisa masuk, jadi dia memasukkan pisau kebadanku untuk membuatku menurut.” Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan hermeneutik kode teka-teki. Karena gadis kecil itu lagi-lagi mendapatkan kekerasan oleh orang terdekatnya yang seharusnya memberinya perlindungan bahkan kekerasan yang dia dapat berlipat-lipat karena kekerasan seksual yang bukan hanya menyebabkan cedera pada fisik tapi juga menyebabkan trauma dan gangguan mental yang mendalam. Yang pastinya dapat merusak masa depannya. Dari Leksia di atas kita dapat menyimpulkan dengan kode hermeneutic bahwasanya Perlakuan salah terhadap anak pada umumnya dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, antara lain kekerasan fisik, seksual dan emosional. Kekerasan dalam rumah tangga baik dilakukan oleh suami kepada istrinya atau orang tua terhadap anaknya bisa berbentuk fisik atau nonfisik. Kekerasan pada anak adalah segala bentuk tindakan yang melukai dan merugikan fisik, mental, dan seksual termasuk hinaan meliputi: Penelantaran dan perlakuan buruk, Eksploitasi termasuk eksploitasi seksual, serta trafficking atau jual-beli anak. Sedangkan Child Abuse adalah semua bentuk kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas anak tersebut atau mereka yang memiliki kuasa atas anak tersebut, yang seharusnya dapat di percaya, misalnya orang tua, keluarga dekat, dan guru.

B. Kode Semik