4.2 Penyajian dan Analisis Data
4.2.1 Penyajian Data
Penelitian ini menggunakan objek sebuah novel “SHEILA“ karya Torey Hayden dan di terbitkan oleh penerbit Qonita PT. Mizan Pustaka Bandung pada
tahun 2009, yang pada teksnya terhadap leksia. Berdasarkan sifat representatifnya tanda pada teks novel tersebut di terjemahkan ke dalam struktur dasar elemen
literature fisik. Elemen tersebut adalah elemen yang di gunakan mengidentifikasi hal yang akan di cari, sebelum melangkah ke tahap interpretasi. Elemen-elemen
dasar itu adalah latar belakang novel ini yaitu kekerasan yang di dapat oleh seorang anak baik kekerasan domestic maupun kekerasan public. Sedangkan tema
dari novel ini adalah seorang anak yang sering mendapatkan kekerasan fisik maupun psikis dalam lingkungan keluarga.
Kisah tentag Sheila itulah yang kemudian ditulis Hayden sebagai sebuah catatan pribadi pada 1979. Ketika kisah itu diterbitkan sebagai sebuah buku pada
1980 dengan judul One Chlid, buku itu laku keras. Sheila Luka Hati Seorang Gadis Kecil, edisi bahasa Indonesia atas buku tersebut yang diterbitkan oleh
Qanita pada 2003 ternyata juga lakukeras. Corpus pada penelitian ini adalah teks novel “SHEILA” karya Torey
Hayden berupa leksia-leksia yang mengandung unsure kekerasan. Dalam teks novel “SHEILA” karya Torey Hayden, terdapat 22 leksia yang menunjukkan
adanya unsur kekerasan:
1. Ed Somers membawa gadis kecil itu, memegang erat-erat
pergelangan tangannya dan menyeretnya. halaman 32. 2.
Saya menyeret Sheila melintasi ruangan ke kursi saya tempat kami selalu menyelenggarakan diskusi pagi, dan mendudukkannya di
atas lantai persis di depan saya. halaman 33. 3.
Sheila tinggal berdua dengan ayahnya di sebuah gubuk dengan stu kamar di perkampungan pekerja migran. Rumah itu tidak punya
sarana pemanas, pipa air, dan listrik. Ibunya telah meninggalkan Sheila dua tahun sebelumnya, tetapi dia membawa putranya yang
lebih kecil. halaman 49 4.
Ayah Sheila menghabiskan hampir sepanjang masa kanak-kanak gadis kecil itu di penjara atas tuduhan penganiayaan. Sejak dia
dibebaskan dua setengah tahun yang lalu, dia pun harus tinggal di rumah sakit Negara karena kacanduan alcohol dan ketergantungan
obat. Sheila berpindah-pindah di antara keluarga dan kawan keluarga itu, terutama dari pihak ibu, sebelum akhirnya
ditinggalkan di tepi jalan, ketika ditemukan dia sedang berpegang erat pada pagar pemisah jalan tol. Setelah dibawa ke pusat anak-
anak, Sheila, waktu itu empat tahun, ternyata punya banyak bekas luka dan patah tulang, semuanya akibat penganiayaan.halaman 50
5. Seorang dokter yang bertugas di daerah itu mencantumkan catatan
di bagian bawah laporan bahwa badannya yang kecil mungkin akibat kurang gizi, tetapi selain itu dia seorang anak perempuan
kulit putih yang sehat dengan luka-luka dan patah tulang yang telah sembuh total. Disamping dua catatan itu masih ada memo dari
psikiater daerah dengan satu pernyataan: ketidakmampuan Kronis untuk Menyesuaikan Diri dengan Masa Kanak-Kanak. halaman
50-51 6.
Ayahnya menaggapnya bagai anak yang suka melawan dan sering mendisiplinkan dia, sering kali dengan cara memukul atau
mencabut haknya. halaman 52 7.
Disamping peristiwa pembakaran itu, dia pernah dimarahi karena menyulut kebakaran di perkampungan pekerja migran dan karena
mengoleskan kotoran manusia di ruang tunggu sebuah terminal bus. Pada usia enam setengah tahun, Sheila telah berhadapan
dengan polisi tiga kali. halaman 52 8.
Sheila berdiri dengan sikap menantang di atas kursi dekat akuarium. Dia pasti telah menangkap ikan mas situ satu demi satu
dan mencungkil mata mereka hingga keluar dengan sebatang pensil. Tujuh atau delapan ikan tergeletak di lantai sambil
menggelepar di sekeliling kursi, dengan mata lepas. Sheila mencengkram seekor ikan erat-erat dengan tangan kanannya dan
berdiri mengancam dengan pensil di tangan lain.halaman 58. 9.
“Jatuhkan itu” saya membentak dengan suara setegas mungkin.halaman 58.
10. “Papaku, dia pasti cambuk aku keras-keras kalau dia liat aku gini.”
halaman 67. 11.
Dia mencabut hak-hak tertentu Sheila, memberinya hukuman duduk di pojok ruangan, dan akhirnya membawa Sheila kepada
kepala sekolah untuk dipukul dengan tongkat. halaman 74. 12.
Pekerja sosial itu dating sambil mneyeret Sheila sekitar lima belas menit sebelum pelajaran di mulai.halaman 76.
13. “Papaku, dia bilang begitu. Dia bilang aku gila dan mereka
memasukkan aku ke kelas untuk anak-anak gila. Dia bilang di sini kelas anak-anak gila.halaman 100.
14. “Aku enggak punya temapat cuci juga. Papaku, dia bawa air dalam
ember dari pom bensin.” Dia berhenti sambil menatap lantai. “Itu Cuma untuk minum. Dia akan marah besar kalau buat itu
kotor.”halaman 115. 15.
“Papaku”, dia enggak mau lakukan itu. Dia enggak mau sakiti aku keras-keras. Dia sayang aku. Dia hanya pukul aku sedikit untuk
buat aku baik. Kamu mesti lakukan itu pada anak-anak kadang- kadang. Tapi papaku, dia sayang aku. Aku Cuma suka kikuk jadi
sering dapat luka.” halaman 119 16.
“Sini,kutunjukkan padamu.” Dia mengangkat sebelah kakinya dan menunjuk sebuah bekas luka. “Mamaku dia bawa aku ke jalan dan
tinggalkan aku di sana. Dia dorong aku keluar mobil dan aku jatuh,
jadi sebuah batu lukai kaki kananku. Lihat.” Dia menunjuk sebuah garis putih. halaman 119
17. Sheila membawa bingkisan ke rumahnya, barang itu dikembalikan
keesokan harinya, terbungkus dalam kantong kertas. Sheila bercerita dengan malu bahwa dia dipukul ayahnya karena
menerima sedekah. halaman 129 18.
“Kerjakan.” Saya dapat mendengar suara saya lebih keras dan lebih tajam daripada yang saya inginkan. Saya mengulurkan tangan
untuk mengambil pensil, memaksakannya ke dalam tangannya. “Aku bilang kerjakan lembaran itu. Kerjakan sekarang, Sheila.”
halaman 140. 19.
Tuan Collins memaksanya membungkuk dengan kasar dan dengan satu sambaran papan itu memukul tubuhnya. Dia jatuh berlutut
terkena pukulan pertama itu, tetapi wajahnya tidak berubah. Tuan Collins menariknya kembali berdiri. Sekali lagi pukulan dating.
Lagi-lagi dia jatuh berlutut. Saat mendapat dua pukulan terakhir dia tetap berdiri dan tidak jatuh. Namun, tak ada suara sama sekali
dari mulutnya, tak ada air mata mengalir dari matanya. halaman 153
20. “Papaku,” katanya pelan, “dia bilang itu satu-satunya cara
,membuat aku jadi baik. Dia cambuk aku dan harus jadi lebih baik, soalnya dia enggak mau tinggalkan aku di jalan seperti
Mamaku.”halaman 156.
21. Pengadilan memerintahkan bahwa dia harus ditempatkan di rumah
sakit Negara jika sudah ada unit anak-anak. halaman 259 22.
“Paman Jerry,” dia mulai bicara dengan perlahan, “dia mencoba memasukkan anunya ke badanku pagi ini, tapi enggak bisa masuk.
Jadi , dia ambil pisau. Dia bilang aku membuatnya enggak bisa masuk, jadi dia memasukkan pisau kebadanku untuk membuatku
menurut.”
4.2.2 Hasil Analisis Data