302 pasien anak yang menerima
antibiotika 239 pasien anak
masuk kriteria inklusi
63 pasien anak masuk kriteria
eksklusi 15 pasien anak
pulang atas permintaan sendiri
37 pasien anak di rujuk ke RS lain
11 rekam medik pasien anak yang
tidak lengkap perawatan serta catatan nama obat beserta dosis yang telah diberikan
kepada pasien selama pasien menjalani perawatan di rumah sakit dari awal
hingga akhir perawatan.
2. Pengambilan data
Rekam medik pasien anak yang masuk dalam kriteria inklusi yaitu sebanyak 239 rekam medik diambil datanya kemudian ditulis ke dalam lembar
data pasien dan lembar data penggunaan antibiotika alat penelitian.
3. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut : a.
Editting. Editing dilakukan dengan memeriksa ulang kelengkapan data-data yang
diperoleh dari lembar rekam medik di bangsal anak RSUD Panembahan Senopati Bantul selama periode Januari
– Juni 2014. Gambar 1. Jumlah Pasien Anak Rawat Inap di RSUD Panembahan Senopati
Bantul Berdasarkan Kriteria Inklusi dan Eksklusi
b. Entry Data Pada tahap ini dilakukan pemindahan data dari lembar data pasien dan
lembar penggunaan antibiotika kemudian data dimasukkan ke dalam program EXCEL
®
untuk selanjutnya data dibagi berdasarkan kebutuhan untuk data demografi, data pola penyakit, data pola peresepan dan data untuk perhitungan
nilai PDD dan DDD 100 bed-days. c. Cleaning
Cleaning dilakukan dengan memeriksa ulang data-data yang telah dimasukan pada program EXCEL
®
untuk selanjutnya data akan diolah berdasarkan kebutuhannya masing-masing.
I. Tata Cara Analisis Data dan Penyajian Hasil
Analisis data dilakukan dengan cara analisa deskriptif menggunakan metode PDD dan DDD. Analisa deskriptif dilakukan dengan menguraikan data-
data yang telah diambil menjadi frekuensi dan presentase untuk menggambarkan data demografi pasien, pola penyakit, dan pola peresepan pasien anak yang
menerima terapi antibiotika. Kuantitas penggunaan antibiotika pada pasien anak dihitung dengan metode PDD dan DDD 100 bed-days, yang diproses dengan
kombinasi program EXCEL
®
dan program ABC calc.
1. Cara menghitung PDD dan DDD 100 bed-days
Data penggunaan obat dalam unit tablet, sirup, vial, umumnya memiliki kekuatan sediaan dalam satuan milligram, gram atau international unit IU.
Dalam sistem ATCDDD menggunakan gram, sehingga kekuatan tiap sediaan
antibiotik dijadikan dalam satuan yang sama untuk mempermudah dalam proses perhitungan.
a. Menghitung Nilai PDD.
PDD 100 bed-days dihitung dengan rumus Porta, et al., 2012:
Contoh : 1. Pasien pediatrik pertama dengan BB 15 kg menerima peresepan
antibiotika amoksisilin dengan dosis per-tablet 500 mg dengan aturan pakai 3 x sehari selama 5 hari rawat inap.
2 Pasien pediatrik kedua dengan BB 10 kg menerima peresepan antibiotika amoksisilin dengan dosis per-tablet 250 mg dengan aturan pakai 3 x sehari
selama 4 hari rawat inap. Total regimen antibiotika yang diterima masing-masing pasien :
Pasien 1 : [500 x 3 x 5] = 7500 mg = 7,5 gram. Pasien 2 : [250 x 3 x 4] = 3000 mg = 3 gram.
Nilai PDD amoksisilin pasien 1 :
Nilai PDD amoksisilin pasien 2 :
Total nilai PDD amoksisilin = 1,13 + 0,3 = 1,43
b. Menghitung Nilai DDD 100 bed-days.
DDD 100 bed-days dihitung dengan rumus Kemenkes RI, 2011 :
Keterangan : Populasi : jumlah tempat tidur dikalikan dengan Bed Occupation Rate BOR
Rumah Sakit dalam periode tertentu. Bed Occupation Rate
BOR merupakan angka yang menunjukkan tingkat penggunaan tempat tidur pada satuan waktu tertentu di Unit Rawat Inap
bangsal. Rumus Bed Occupation Rate BOR yaitu : Bed Occupation Rate
BOR Kurniawan, 2010 :
Contoh perhitungan DDD 100 bed-days : Terdapat dua pasien pediatri yang menerima peresepan antibiotika
selama periode 181 hari. Jumlah tempat tidur yang ada di bangsal anak RSUD Panembahan Senopati Bantul tersebut sebanyak 30 tempat tidur. Seluruh pasien
pediatrik yang menerima peresepan antibiotika tersebut menerima antibiotika dengan jalur oral.
1. Pasien pediatrik pertama menerima peresepan antibiotika amoksisilin dengan dosis per-tablet 500 mg dengan aturan pakai 3 x sehari, dengan lama
penggunaan antibiotika selama 5 hari. Pasien dirawat di RSUD Panembahan Senopati selama 7 hari.
2. Pasien pediatrik kedua menerima peresepan antibiotika amoksisilin dengan dosis per-tablet 250 mg dengan aturan pakai 3 x sehari, dengan lama
penggunaan antibiotika selama 4 hari. Pasien dirawat di RSUD Panembahan Senopati selama 8 hari.
Dari contoh kasus di atas, diperoleh total dosis antibiotika gram yang diterima oleh pasien selama dirawat inap dan total hari perawatan pasien
sebagai berikut ini. 1. Total regimen antibiotika yang diterima masing
– masing pasien: a.
Pasien 1 : [500 x 3 x 5] = 7500 mg = 7,5 gram. b.
Pasien 2 : [250 x 3 x 4] = 3000 mg = 3 gram. Total dosis antibiotika yang diterima oleh semua pasien adalah : 7,5 gram + 3
gram = 10,5 gram. 2. Total lamanya waktu perawatan pasien anak rawat inapLenght of Stay LOS
untuk semua pasien di bangsal anak RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah sebagai berikut :
Lama rawat inap pasien 1 + lama rawat inap pasien 2 = 7 hari + 8 hari = 15 hari.
3. Dilakukan perhitungan untuk mendapatkan Bed Occupation Rate BOR selama periode Januari
– Juni 2014.
Bed Occupation Rate BOR :
Kemudian dilakukan perhitungan nilai DDD berdasarkan rumus DDD 100 bed- days
untuk masing-masing jenis antibiotika. Diketahui : Total penggunaan amoksisilin
= 10,5 gram Nilai standar DDD WHO amoksisilin
= 1 BOR
= 0,28 Populasi
= 30 x 0,28 = 8,4 Periode penelitian
= 181 hari Nilai DDD 100 bed-days dari amoksisilin =
Maka nilai DDD 100 bed-days yang diperoleh adalah 0,7 DDD 100 bed-days, maknanya adalah sebesar 0,7 dari pasien rawat inap menerima peresepan
antibiotika amoksisilin setiap harinya. Nilai DDD 100 bed-days ini dapat dibandingkan antar bangsal di suatu rumah sakit atau antar rumah sakit untuk
mengetahui tingkat penggunaan antibiotikanya.
J. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu penelitian ini tidak dapat menggambarkan kesesuaian pemilihan antibiotika dengan indikasi penyakit
yang dialami oleh pasien serta tidak dapat menggambarkan kesesuaian dosis yang diresepkan dengan tingkat keparahan infeksi bakteri yang dialami oleh pasien. Hal
ini disebabkan karena metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu DDD dan PDD tidak dipengaruhi oleh indikasi, usia dan jenis kelamin pasien. Pada
penelitian ini juga tidak dapat melihat efek yang ditimbulkan dari pemberian dosis antibiotika yang diresepkan, sehingga tidak dapat diketahui apakah pemberian
dosis antibiotika tersebut sudah tepat atau menimbulkan toksisitas maupun resistensi bakteri.