13
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Definisi Antibiotika
Antibiotika adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme bakteri, jamur yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu
proses biokimia dari mikroorganisme lain. Istilah ‘antibiotika’ sekarang meliputi
senyawa sintetik seperti sulfonamida dan kuinolon yang bukan merupakan produk mikroba. Sifat antibiotika adalah harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi
mungkin, artinya obat tersebut harus bersifat sangat toksik untuk mikroba tetapi relatif tidak toksik untuk hospes Setiabudy, 2007.
B. Penggolongan Antibiotika
Berdasarkan luas aktivitasnya, jenis antibiotika dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Antibiotika yang narrow spectrum spektrum aktivitas sempit.
Obat-obat ini terutama aktif terhadap beberapa jenis kuman saja, misalnya penisilin-G dan penisilin-V, eritromisin, klindamisin, kanamisin dan
asam fusidat hanya bekerja terhadap kuman Gram positif. Sedangkan streptomisin, gentamisin, polimiksin-B dan asam nalidiksat khusus aktif terhadap
kuman Gram negatif.
2. Antibiotika broad spectrum spektrum aktivitas luas
Bekerja terhadap lebih banyak jenis kuman, baik jenis kuman Gram positif maupun kuman Gram negatif. Antibiotika yang termasuk broad spectrum
antara lain sulfonamide, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin dan rifampisin Tan dan Rahardja, 2003.
Berdasarkan struktur kimianya, antibiotika dapat digolongkan menjadi beberapa golongan antara lain sebagai berikut Schmitz, 2009 :
1. Antibiotika beta laktam, yang termasuk antibiotika beta laktam adalah
penisilin, sefalosporin dan karbapenem. Antibiotika yang termasuk golongan penisilin yaitu benzyl penisilin, oksisilin, fenoksimetilpenisilin
dan ampisilin. Sedangkan antibiotika yang termasuk golongan sefalosporin contohnya adalah azteonam, dan karbapenem contohnya adalah imipenem.
2. Tetrasiklin, contoh : tetrasiklin, oksitetrasiklin dan demeklosiklin.
3. Kloramfenikol, contoh : tiamfenikol dan kloramfenikol.
4. Makrolida, contoh : eritromisin dan spiramisin.
5. Linkomisin, contoh : linkomisin dan klindamisin.
6. Antibiotika aminoglikosida, contoh : streptomisin, neomisin, kanamisin,
gentamisin dan spektinomisin. 7.
Antibiotika polipeptida bekerja pada bakteri Gram negatif, contoh : polimiksin-B, konistin, basitrasin dan sirotrisin.
8. Antibiotika polien bekerja pada jamur, contoh : nistatis, natamisin,
amfoterisin dan griseofulvin.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotika dapat digolongkan menjadi beberapa golongan antara lain sebagai berikut Schmitz, 2009 :
1. Antibiotika yang dapat menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga
menghambat perkembangbiakan dan menimbulkan lisis. Contoh : penisilin dan sefalosporin.
2. Antibiotika yang dapat mengganggu keutuhan membran sel,
mempengaruhi permeabilitas sehingga menimbulkan kebocoran dan kehilangan cairan intraseluler. Contoh : polimiksin, amfoterisin B dan
nistatin. 3.
Antibiotika yang dapat menghambat sintesis protein sel bakteri secara reversibel. Contoh : tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, linkomisin dan
klindamisin. 4.
Antibiotika yang dapat menghambat metabolisme sel bakteri. Contoh : sulfonamide.
5. Antibiotika yang dapat menghambat sintesis asam nukleat. Contoh :
rifampisin dan golongan kuinolon. Berdasarkan farmakokinetika antibiotika terhadap bakteri maka dapat
dibagi menjadi dua kelompok yaitu Gunawan dkk., 2007 : 1.
Time-dependent killing Pada pola ini antibiotika akan menghasilkan daya bunuh maksimal jika
kadarnya dipertahankan cukup lama di atas kadar hambat minimal kuman. Contoh antibiotika yang masuk dalam golongan ini antara lain penisilin, sefalosporin,
linezoid dan eritromisin.
2. Concentration-dependent killing Pada pola ini antibiotika akan menghasilkan daya bunuh maksimal
terhadap kuman apabila kadarnya diusahakan relatif tinggi, tetapi dengan catatan kadar yang tinggi ini tidak perlu dipertahankan terlalu lama. Contoh
antibiotika yang masuk kedalam golongan ini adalah antibiotika golongan aminoglikosida, flourokuinolon, dan ketolid.
C. Penggunaan Antibiotika