G. Dekok
Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi sediaan herbal dengan air pada suhu 90°C selama 30 menit. Dekok dibuat dengan cara
mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan diatas tangas air selama 30 menit terhitung mulai suhu
90°C sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume dekok
yang dikehendaki Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010.
H. Landasan Teori
Hati merupakan organ viseral terbesar dalam tubuh Sloane, 2003. Fungsi utama hati bersangkutan dengan proses metabolisme dalam tubuh. Selain
itu juga berfungsi untuk mensekresi empedu, pembentukan ureum, pertahanan suhu tubuh, penyimpanan dan penyebaran berbagai bahan termasuk glikogen,
lemak, vitamin, besi dan sebagai detoksifikasi Pearce, 2009. Kerusakan hati terjadi karena adanya kerusakan yang parah pada sel-sel hepatosit atau kerusakan
berulang pada sel parenkim Crawford and Liu, 2010. Jenis kerusakan sel hati yang dapat ditimbulkan akibat adanya efek toksik antara lain yaitu, perlemakan
hati steatosis, nekrosis hati, sirosis, dan kolestasis Hodgson, 2010; Lu, 1995. Karbon tetraklorida merupakan senyawa yang dapat menginduksi
kerusakan hati khususnya steatosis. Toksisitas karbon tetraklorida CCl
4
timbul ketika mengalami proses biotransformasi oleh sitokrom P-450 menjadi radikal
triklorometil •CCl
3
dan triklorometil peroksi •CCl
3
O
2
. Metabolit ini bersifat
toksik karena akan terikat secara kovalen pada protein dan lemak tak jenuh dan menyebabkan peroksidasi lipid. Terjadinya steatosis akibat induksi karbon
tetraklorida dapat meningkatan aktivitas serum ALT mencapai tiga kali lipat dan peningkatan aktivitas serum AST mencapai empat kali lipat dari kondisi normal
Jeon, et al., 2003; Panjaitan and Masriani, 2014; Wahyuni, 2005; Ziemmerman, 1999.
Bidens pilosa L. merupakan tanaman terna berbatang lunak yang
mengandung banyak senyawa bioaktif antara lain poliasetilen, flavonoid, sterol, terpenoid, fenilpropanoid dan hidrokarbon. Senyawa yang paling banyak adalah
poliasetilen dan flavonoid Silva et al., 2011. Flavonoid merupakan senyawa antioksidan yang larut air Shivasharanappa and Londonkar, 2014. Dekok dibuat
dengan mengekstraksi sediaan herbal dengan air pada suhu 90°C selama 30 menit Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010. Penyarian menggunakan dekok
diharapkan mampu menyari flavonoid dari herba Bidens pilosa L. dengan maksimal. Flavonoid adalah senyawa antioksidan yang mampu menangkal reaksi
radikal bebas, seperti radikal triklorometil •CCl
3
dan triklorometil peroksi •CCl
3
O
2
yang menyebabkan kerusakan hati steatosis.
I. Hipotesis
Pemberian jangka pendek dekok herba Bidens pilosa L. mempunyai efek hepatoprotektif terhadap penurunan aktivitas serum ALT dan AST pada tikus
betina Galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel utama
a. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi dosis pemberian dekok herba Bidens pilosa L. dengan dosis 0,5 gkgBB; 1 gkgBB; dan
2 gkgBB pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. b. Variabel tergantung. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah efek
hepatoprotektif dengan parameter penurunan aktivitas serum ALT dan AST UI pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian
jangka pendek dekok herba Bidens pilosa L.
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel pengacau terkendali adalah hewan uji yang digunakan, yaitu tikus dengan galur
Wistar dengan jenis kelamin betina, berat badan 120-200 g; berumur 2-3 bulan; cara pemberian hepatotoksin secara intraperitoneal; cara pemberian dekok herba
Bidens pilosa L. secara per oral; selang waktu pemberian dekok herba
selama 6 jam; dan herba Bidens pilosa L. sendiri diperoleh dari Dusun Jenengan, Maguwoharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dipanen pada bulan
Juli 2014. b. Variabel pengacau tak terkendali. Dalam penelitian tersebut, variabel
pengacau tak terkendali adalah kondisi patologis dan fisiologis tikus betina galur Wistar yang digunakan sebagai hewan uji.
3. Definisi operasional
a. Herba Bidens pilosa L. Herba Bidens pilosa L. adalah semua bagian tumbuhan di atas tanah batang, daun, bunga, dan buah Bidens pilosa L.
b. Dekok herba Bidens pilosa L. Dekok herba Bidens pilosa L. dengan konsentrasi 16 didapatkan dengan cara mendekoksi 16,0 g serbuk kering herba
Bidens pilosa L. dibasahi dengan 32,0 mL aquadest dan ditambahkan 100,0 mL.
Campuran herba dipanaskan pada suhu 90 C selama 30 menit, kemudian
ditambahkan hingga 100,0 mL. c. Efek hepatoprotektif. Efek hepatoprotekif adalah kemampuan dekok herba
Bidens pilosa L. pada dosis tertentu untuk melindungi hati dari hepatotoksin
dengan menurunkan aktivitas serum ALT dan AST dan secara statistik berbeda bermakna dengan kontrol karbon tetraklorida.
d. Jangka pendek. Jangka pendek adalah pemberian dekok herba Bidens pilosa
L. kepada hewan uji pada dosis tertentu dengan selang waktu 6 jam. e. Dosis efektif. Dosis efektif adalah dosis dekok herba Bidens pilosa L. yang
memberikan efek hepatoprotektif paling besar dengan penurunan aktivitas serum ALT dan AST yang berbeda bermakna jika dibandingkan dengan dosis lainnya.
C. Bahan Penelitian