Fungsi hati utamanya bersangkutan dengan proses metabolisme dalam tubuh. Hati juga berfungsi untuk mensekresi empedu, pembentukan ureum,
pertahanan suhu tubuh, penyimpanan dan penyebaran berbagai bahan termasuk glikogen, lemak, vitamin, besi dan sebagai detoksifikasi. Hati mengubah zat
buangan dan bahan racun agar mudah untuk diekskresi dalam empedu dan urin. Hati memiliki fungsi glikogenik yaitu menghasilkan glikogen dari konsentrasi
glukosa yang diambil dari makanan hidrat karbon Pearce, 2009. Untuk mengatasi berbagai potensi kerusakan yang dapat terjadi, hepatosit
memiliki kemampuan regenerasi yang cepat sebagai mekanisme untuk memperbaiki jaringan hati yang rusak. Apabila terjadi suatu kerusakan pada sel-
sel hati yang disebabkan oleh toksikan, maka sel hati akan langsung mengadakan mitosis besar-besaran di daerah yang terjadi kerusakan Corwin, 2000.
B. Kerusakan Hati
Kerusakan hati terjadi karena adanya kerusakan yang parah pada sel-sel hepatosit atau kerusakan berulang pada sel parenkim. Hati memiliki kapasitas
cadangan untuk merespon adanya kerusakan hati sehingga manifestasi klinis dari kerusakan hati baru akan muncul ketika telah terjadi kerusakan mencapai 80-
90 Crawford and Liu, 2010. Jenis kerusakan sel hati yang dapat ditimbulkan akibat adanya efek toksik antara
lain :
1. Perlemakan hati steatosis
Perlemakan hati steatosis adalah keadaan hati yang mengandung lipid dengan berat lebih dari 5 berat hati. Perlemakan pada hati dapat menyebabkan
lesi yang dapat bersifat akut maupun kronis. Mekanisme yang dapat menyebabkan perlemakan yaitu penghambatan sintesis unit protein yang membentuk
lipoprotein; penekanan yang terjadi pada proses konjugasi trigliserida dengan lipoprotein; gangguan transfer VLDL lipoprotein yang berdensitas sangat rendah
melalui membran sel akibat hilangnya kalium dari hepatosit; gangguan pada oksidasi lipid di mitokondria; dan penghambatan sintesis fosfolipid yang
merupakan komponen penting VLDL Lu, 1995.
2. Nekrosis hati
Nekrosis hati adalah keadaan matinya sel-sel hepatosit. Nekrosis umumnya merupakan kerusakan yang bersifat akut. Perubahan morfologik awal
yang menandai nekrosis pada hati, yaitu edema sitoplasma, dilatasi retikulum endoplasma, disagregasi polisom, dan akumulasi trigliserida sebagai butiran
lemak dalam sel. Proses selanjutnya yaitu pembengkakan mitokondria yang
progresif dengan kerusakan krista, pembengkakan sitoplasma, penghancuran organel dan inti, dan diakhiri dengan pecahnya membran plasma yang
menyebabkan kematian sel. Toksikan yang sering menyebabkan nekrosis yaitu karbon tetraklorida, kloroform, tetrakloroetana, karbon tetrabromida, fosfor,
bromobenzena, isoniazid, dan iproniazid Lu, 1995.
3. Sirosis
Sirosis hati keadaan hati yang ditandai dengan adanya septa kolagen yang tersebar di sebagian besar hati. Pemejanan karbon tetraklorida pada hewan
dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan siroris hati. Lu, 1995. Menurut Hudgson 2010 sirosis terjadi karena adanya paparan senyawa kimia secara
kronis yang mengakibatkan terjadinya akumulasi di matriks ekstra seluler yang menghambat aliran darah, metabolisme normal hepar, dan proses detoksifikasi.
4. Kolestasis
Kolestasis adalah keadaan hati saat adanya penekanan atau penghentian aliran empedu. Peradangan atau penyumbatan pada saluran empedu
mengakibatkan akumulasi retensi garam empedu, akumulasi bilirubin, dan peristiwa yang mengarah jaundice Hodgson, 2010. Kolestasis merupakan jenis
kerusakan hati yang biasanya bersifat akut. Taurokolat, klorpromazin, eritromisin laktobionat dan beberapa steroid anabolik serta steroid yang digunakan sebagai
kontrasepsi telah terbukti menyebabkan kolestasis dan hiperbilirubinemia karena tersumbatnya kanalikuli empedu. Lu, 1995.
C. Hepatotoksin