50 Selanjutnya tanggal 7 Maret, beribu-ribu rakyat berkumpul di dekat Mesjid Raya
Medan dan mendesak Komite Nasional wilayah Deli untuk menghapuskan wilayah istimewa Deli. Akhirnya, rapat yang dihadiri M. Junus Nasution tersebut berhasil
menghapuskan wilayah istimewa Deli.
Tidak berbeda dengan yang terjadi di Langkat dan Deli. Tepat tanggal 8 Maret juga dilakukan penghapusan daerah istimewa Tanah Karo atas kehendak rakyat.
Daerah istimewa Bilah dan Panai juga ikut dihapuskan dalam revolusi sosial di Sumatera Timur.
47
3.3 Perkembangan Politik di Sumatera Timur Setelah Revolusi Sosial
Pada tanggal 31 Juli 1947, penduduk asli Sumatera Timur yang dipimpin oleh Djomat Purba mengadakan demonstrasi di Medan dan meminta melalui Dr. J. J. van
de Velde agar daerah Sumatera Timur diakui sebagai suatu kesatuan ketatanegaraan sesuai dengan Perjanjian Linggarjati.
48
Demonstrasi tersebut menghasilkan sebuah panitia Komite Daerah Istimewa Sumatera Timur Komite DIST yang diketuai oleh
dr. Mansoer, Raja Kaliamsyah Sinaga, Djomat Purba, Ngerajai Sembiring Meliala, Tengku Bahar, Mr. Djaidin Purba, Raja Silimakuta, Madja Purba, Anak Raja Pane,
dan Orang Kaya Ramli. Selanjutnya, tanggal 2 Oktober 1947, Letnan Gubernur Jendral H. J. van
Mook, tiba di Medan dan mengadakan pertemuan dengan Komite DIST Pertemuan
47
Ibid, hal. 270-271.
48
Mengenai Perjanjian Linggarjati lihat lampiran XII.
Universitas Sumatera Utara
51 tersebut dihadiri oleh dr. Mansoer, Tan Wee Beng, Tan Bun Jin, Manusiwa, Djomat
Purba, O. K. Ramli, F. Rotty, T. Hafas, Sayuti, Lalisang, T. Mr. Dzulkarnain, Datuk Hafiz Haberham, H. F. Sitompul, Abdul Wahab, Dr. Nainggolan, Raja Kaliamsyah
Sinaga, F. L. Tobing, Mr. Djaidin Purba, G. Forch, Van Gelder, dan Mr. Tan Tjeng Bie.
49
Dari pertemuan tersebut, diambil kesimpulan bahwa tidak dikehendaki dipulihkannya kembali pemerintahan swapraja atau kerajaan-kerajaan bumiputera di
Sumatera Timur dan tercapai kata sepakat bahwa segera akan dibentuk status “Daerah Istimewa Sumatera Timur”. Selanjutnya, tanggal 8 Oktober 1947, dikeluarkan besluit
Letnan Gubernur Jenderal H. J. van Mook, yaitu staatssblad No. 217 tahun 1947 yang mengatakan bahwa DIST diubah menjadi Dewan Sementara Sumatera Timur
yang akan merancang statuen UUD. Hal ini berdasarkan surat besluit yang dikeluarkan oleh Letnan Gubernur Jenderal Dr. H. J. van Mook pada 8 Oktober 1947,
yang berisi beberapa hal sebagai berikut: 1.
Komite DIST akan bekerja erat dengan pemerintah, akan diubah menjadi Dewan Sumatera
setelah ditambah dengan wakil-wakil dari golongan atau kepentingan yang belum cukup diwakili didalamnya.
2. Dewan ini mempunyai kewajiban istimewa dengan bekerjasama dengan Recomba
Sumatera Timur.
49
Ibid, hal. 565-566.
Universitas Sumatera Utara
52 3.
Tentang kedudukan zelfbestuur akan diadakan keputusan lanjut setelah dengan jalan pemilihan yang teratur telah diperoleh suatu Persetujuan yang penuh dengan
wakil-wakil rakyat. 4.
Dewan ini selama menanti keputusaan dalam hal-hal yang tersebut diatas akan menjalankan kewajiban-kewajiban zelfbestuur dan Recomba secara langsung akan
bekerjasama dengan Dewan berkenaan dengan masalah-masalah yang mengenai dalam, antaralain penjaminan keamanan didalam daerah tersebut.
5. Untuk sementara alat-alat yang diperlukan untuk pekerjaan itu akan disediakan
oleh pemerintah dan akan diperbuat perkiraannya kelak.
Pada 17 November 1947, anggota Dewan Sementara TM. Bahar duduk dalam delegasi Belanda. Dari tanggal 15-17 November 1947, Dewan Sementera Sumatera
Timur mengadakan sidang untuk membicarakan beberapa hal, yaitu: 1.
Statuen Sumatera Timur. 2.
Aturan tentang susunan ketatanegaraan. 3.
Pemilihan Ketua DIST. 4.
Pembentukan suatu komisi untuk mempelajari soal pemilihan. Pada tanggal 3 Desember 1947, Dewan Sementara Sumatera Timur
megeluarkan sebuah mosi menyatakan persetujuan penuh atas tujuan Komite Indonesia Serikat. Dewan mendesak kepada Pemerintah Hindia Belanda di Jakarta,
agar pembicaraan tentang aturan ketatanegaraan Sumatera Timur segera diadakan.
Universitas Sumatera Utara
53
3.4 Terbentuknya Negara Sumatera Timur 29 Januari 1948