Kesultanan Asahan Pergerakan Dokter Mansoer di Sumatera Timur (1917-1952)

46 5. Sekitar 40 orang lagi anggota pasukan dan rakyat ikut mengungsi ke Simalungun.

4. Kesultanan Asahan

Gerakan revolusi sosial di Asahan dipimpin oleh Harris Fadilah, Usman Manurung, Rakutta Sembiring dan lain-lain, telah melaksanakan pembunuhan massal baik laki-laki dan perempuan dari kalangan bangsawan dan tokoh-tokoh Melayu sehingga mendekati korban 400 orang. Ketua KNI Asahan, Abdullah Eteng sempat ditahan, bahkan wakil NRI di Asahan, T. Moesa ikut dibunuh. Daerah Asahan terutama di Kota Tanjung Balai merupakan daerah yang terkena revolusi sosial 1946 paling dahsyat. Keadaan Kota Tanjung Balai pada saat itu sangat mencekam. Sasaran kaum pemuda adalah T. Moesa. T. Moesa beserta isterinya disergap pada tanggal 3 Maret 1946. Dikediaman T. Moesa, setelah beliau diamankan, volksfront dijadikan markas dan sebagai tempat pengumuman nama- nama kaum bangsawan yang akan dibunuh. Raja Maimunah seorang guru Sekolah Rakyat menjahit bendera Belanda dilokasi lain dan setelah terjadinya pembunuhan para bangsawan, meletakkan bendera tersebut dirumah T. Moesa dan berteriak-teriak kepada masyarakat ramai bahwa dia menemukan bendera Belanda dirumah T. Moesa. Hal tersebut semakin membuat rakyat marah kepada kaum bangsawan dan menimbulkan opini bahwa kaum bangsawan dan menimbulkan opini bahwa kaum bangsawan pro Belanda. Universitas Sumatera Utara 47 Esok harinya tanggal 4 Maret 1946 semua Aristrokat Melayu yang pria dikota Tanjung Balai ditangkap dan dibunuh. Beberapa hari kemudian sudah ditemukan 140 mayat dikota tersebut beberapa penghulu dan pegawai didikan Belanda serta seluruh kelas “Tengku”. Anak laki-laki usia 16 tahun keatas dibunuh. Setelah didata baru ditemukan sekitar 71 orang dari 140 orang versi Anthony Reid, Australia yang terbunuh di pihak keluarga sultan, belum termasuk dari rakyat biasa. Belakangan ini baru diketahui bahwa para korban dibunuh ke Mesjid Raya Sultan Ahmadsyah Tanjung Balai oleh para sanak saudara pada tanggal 11 12 Mei 2002. Dalam revolusi sosial di Asahan, tiga orang putera Tengku Mohammad Adil meninggal, diantaranya: Tengku Moesa, Tengku Bahari, Tengku Nazar. 42 Sebelum peristiwa revolusi sosial ini terjadi, Kesultanan Deli telah memberitahu keluarga Asahan agar segera mengasingkan diri ke Kota Medan karena berita bahwa akan ada semacam grakan revolusi. Tetapi pihak Asahan tidak menanggapi peringatan tersebut karena situasi di Kota Tanjung Balai biasa-biasa saja. dr. Mansoer dan T. M. Noer selamat dari revolusi sosial dikarenakan mereka tidak berada di Kota Tanjung Balai pada waktu revolusi sosial tersebut. Seandainya mereka ada disana, mereka akan dijadikan target pembunuhan. Setelah mendengar ada gerakan revolusi sosial secara serentak di Sumatera Timur, dr. Mansoer melalui seorang kurir orang India memerintahkan kepada sanak saudara yang selamat agar 42 Tengku Moesa, Tengku Bahari, Tengku Nazar merupakan saudara-saudara dr. Mansoer yang meninggal dalam revolusi sosial. Universitas Sumatera Utara 48 segera mengungsi ke Kota Medan dan meninggalkan Kota Tanjung Balai pada tahun 1947. 43

5. Labuhan Batu