Pendidikan di Sumatera Timur

26 a. Perbedaan besar dalam sifat-sifat nasional, ras dan agama, serta pertentangan kepentingan ekonomi di kalangan penduduknya. b. Ketiadan yang tetap akan barisan cendekiawan dan pemimpin-pemimpin yang terpelajar yang berasal dari anak negeri, dibanding dengan mereka yang sebagian besar berasal dari daerah lain; c. Kesulitan kontak langsung dengan masing-masing pengurus pusat gerakannya di tempat lain; d. Penduduk suku-suku pribumi yang konservatif itu pada umumnya tidak mempunyai selera dalam masalah-masalah politik; e. Sikap yang dijalankan Kerajaan terhadap perkumpulan-perkumpulan yang bersifat “ekstem” khususnya dan terhadap setiap pernyataan politik pada umumnya; f. Akhirnya, tapi tidak kurang pentingnya, tindakan-tindakan lebih ketat yang dijalankan gubernemen sejak Agustus 1933, yang telah melengkapi alat-alat kekuasaan gubernemen. 24

2.3 Pendidikan di Sumatera Timur

Masuknya pemerintah kolonial Belanda dan perkebangan perkebunan di Sumatera Timur adalah berkembangnya lembaga pendidikan. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya ekonomi Sumatera Timur dan perlunya tenaga kerja yang tahu membaca dan menulis untuk dipekerjakan sebagai pegawai rendah di pemerintahan 24 Ibid, hal. 114. Universitas Sumatera Utara 27 kerajaan, perusahaan perkebunan dan pemerintahan gubernemen. Adapun sekolah yang didirikan oleh pihak pemerintah adalah: Volk School, Vervolg School, Normaal School, dan Hollandsch Inlandsche School HIS. Volk School merupakan sekolah rakyat yang lama pendidikannya tiga tahun. Sekolah ini berguna untuk memberantas buta huruf, mengisi posisi pegawai rendahan di kantor pemerintahan kerajaan, perusahaan perkebunan sebagai mandor. Guru Volk School diambil dari Jawa dengan bahasa pengantarnya adalah bahasa Jawa dan Melayu. Selanjutnya, didirikanlah Vervolg School Sekolah Sambungan sebagai sekolah lanjutan dari Volk School. Selain itu, untuk mengisi kekurangan tenaga guru maka didirikanlah sekolah guru yang bernama Normaal School. Selain itu, Belanda juga mendirikan sekolah HIS guna untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja yang terampil menggunakan bahasa Belanda sekaligus untuk menolak pengaruh sekolah yang didirikan oleh para tokoh gerakan kebangsaan. HIS terdapat di Medan, Siantar, Tanjung Balai, Binjai, dan Perbaungan. Terdapat diskriminasi dalam HIS dan tidak semua orang dapat bersekolah di HIS. Anak yang diterima di HIS adalah anak-anak raja, pegawai, dan anak pedagang kaya. Selain itu, didirikan juga Meer Uitegebreid Lager Onderwijs MULO, Hogere Burger School HBS, Ambacht School Sekolah Pertukangan, dan sekolah khusus untuk anak-anak Eropa yang disebut Europese Lagere School. Universitas Sumatera Utara 28 Di samping itu, golongan swasta juga tidak mau ketinggalan dalam upaya mencerdaskan masyarakat. Pihak swasta seperti Taman Siswa, Muhammadiyah, dan Al-Washliyah membangun sekolah dengan cita-cita untuk membangun bangsa yang cerdas dan memupuk semangat kebangsaan. Pada umumnya mereka adalah organisasi sosial dan keagamaan. Sekolah Taman Siswa, Muhammadiyah, dan Al- Washliyah tersebar luas di seluruh daerah Sumatera Timur. Sekolah ini mengajarkan bahasa Indonesia, bahasa Belanda dan Inggris, serta menyanyikan lagu Indonesia Raya. Oleh sebab itu, sekolah-sekolah ini tentunya memberikan dampak yang besar bagi perkembangan gerakan kebangsaan di Sumatera Timur. 25 Pada masa Jepang, sekolah-sekolah umum juga didirikan, misalnya Sekolah Rakyat enam tahun Kokumin Gakko dan Sekolah Desa. Di samping itu, khusus untuk sekolah lanjutan dibentuk pula Sekolah Menengah tiga tahun dan Sekolah Menengah Tinggi tiga tahun, Sekolah Guru dua tahun, Sekolah Guru empat tahun, dan Sekolah Guru 6 tahun. Selain itu, baik sekolah-sekolah Islam dan pribumi tetap diizinkan, namun dengan syarat memasukkan kurikulum pendidikan Jepang, seperti pelajaran wajib Bahasa Jepang, latihan kemiliteran, serta melakukan kerja bakti untuk kepentingan perang. Berbeda halnya setelah proklamasi, pendidikan di Sumatera Utara ditata ulang. Pendidikan dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu pendidikan rendah Sekolah Rendah 6 tahun, pendidikan menengah pertama Sekolah Menengah Atas tiga tahun, dan pendidikan tinggi tiga sampai enam tahun. Selain itu, juga didirikan 25 Suprayitno, op. cit, hal. 30-32. Universitas Sumatera Utara 29 sekolah-sekolah kejuruan, yaitu Sekolah Teknik Pertama, Sekolah Teknik Menengah, Sekolah Kepandaian Putri, Sekolah Guru Menengah, Sekolah Pertanian Menengah, dan Sekolah Dagang Menengah, sekolah lanjutan kejuruan tinggi tinggi, seperti Sekolah Menengah Tinggi, Sekolah Menengah Tinggi Teknik, Sekolah Pertanian Menengah Tinggi, Sekolah Guru Kepandaian Putri, dan Sekolah Guru Tinggi. Pada periode 1948-1949, di NST terjadi peningkatan jumlah sekolah, guru dan siswa, baik tingkat sekolah dasar, menengah, dan kejuruan. untuk sekolah dasar yang menggunakan Bahasa Indonesia terjadi peningkatan dari 218 sekolah, 708 guru, dan sekitar 36 ribu menjadi 392 sekolah, 1.559 guru, dan sekitar 92 ribu siswa. Untuk sekolah berbahasa Belanda, di tahun 1948 terdapat 11 sekolah dengan 93 guru, 3.272 siswa, meningkat menjadi 19 sekolah, 124 guru, dan 4.370 siswa. Di sekolah menengah di tahun 1948 terjadi peningkatan dari tujuh buah menjadi 20 buah, dan tujuh di antaranya berbahasa Belanda. 26 26 Edi Sumarno dkk, op. cit, hal. 12-14. Universitas Sumatera Utara 30 BAB III EKSISTENSI SUMATERA TIMUR

3.1 Proklamasi di Sumatra Timur 30 September 1945