Proklamasi di Sumatra Timur 30 September 1945

30 BAB III EKSISTENSI SUMATERA TIMUR

3.1 Proklamasi di Sumatra Timur 30 September 1945

Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dua buah bom dijatuhkan Amerika Serikat di Hirosima dan Nagasaki. Hal ini membuat pemerintah militer Jepang bertekuk lutut. Presiden Truman dan Perdana Mentri Attlee mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat. Hal ini diperkuat dengan adanya siaran radio Tokyo dan pidato Kaisar Hirohito yang menjelaskan bahwa Jepang mengakhiri perlawanan. Kemudian keputusan ini dikawatkan kepada panglima tentara Jepang di wilayah selatan termasuk Indonesia. Masyarakat Indonesia mempergunakan peristiwa kekalahan Jepang tersebut. Proklamasi dikumandangkan dan berita tersebut sampai ke berbagai pelosok tanah air. Dari Jakarta berita proklamasi tersebar dengan bermacam fasilitas, baik dari Doomei, surat kabar, atau dari mulut ke mulut. 27 Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia yang diproklamasi oleh Soekarno- Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta, tidak sampai ke seluruh Indonesia secara bersamaan. Tiap-tiap wilayah menerimanya dalam waktu yang berbeda. Hal ini disebabkan seluruh alat komunikasi dikuasai oleh tentara Jepang. Tidak ada satu berita pun yang dapat disiarkan tanpa melalui sensor yang ketat dari tentara Jepang. Berita proklamasi termasuk dalam kategori berita yang dilarang untuk 27 Lapian ed, Di Bawah Pendudukan Jepang, Jakarta: Penerbitan Sejarah Lisan Nomor 4, 1988, hal. 123. Universitas Sumatera Utara 31 disebarluaskan. Bahkan operator kantor Doomei di Medan yang berkebangsaan Indonesia dilarang masuk keruangan kerja. Tanggal 22 Agustus 1945 Tyokon Sumatra Timur Residen Sumatera Timur mengeluarkan maklumat resmi bahwa Jepang kalah dalam perang melawan Sekutu. Pada hari yang sama, para anggota Syu Sangi Kai Sumatera Timur mengadakan sidang di bawah pimpinan ketuanya dr. Mansoer, dimana turut hadir seluruh anggotanya yang merupakan kalangan kerajaan dan pemimpin-pemimpin rakyat seperti Abdul Xarim MS dan lain-lain. Selain itu sidang tersebut juga dihadiri petinggi Jepang untuk menentukan cara untuk menjamin keamanan dan ketertiban umum dalam masa pemerintahan peralihan sebelum tibanya tentara Sekutu. Tanggal 25 Agustus, diadakan pertemuan antara raja-raja, sultan-sultan dan para pamongpraja yang terkemuka di kediaman dr. Mansoer di sudut Jalan Raya Medan Jalan Amaliun. Pertemuan ini diadakan untuk membicarakan penyambutan kedatangan Belanda. Dalam pertemuan ini dibentuk comite van ontvangst dengan ketua Sultan Langkat dan dr. Mansoer sebagai wakil ketuanya. Hal ini menjadi berita desas-desus dan akhirnya setelah semakin jauh dari tempat asal kejadian, semakin berbeda isi dan artinya. Selanjutnya, tanggal 2 September T. M. Hasan 28 dan dr. Amir 28 T. M. Hasan Teuku Mohammad Hasan merupakan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan yang ditugaskan untuk membentuk Komite Nasional Indonesia dan pemerintahan di seluruh Sumatera 22 Agustus-22 September 1945. Selanjutnya, T. M. Hasan juga menjadi Gubernur Sumatera dengan surut keputusan No.1215 Dedagri di Purwokerto 22 September-31 Mei 1948. Selanjutnya, T. M. Hasan menjadi Komisaris Negara Urusan Umum di Sumatera yang berkedudukan di Bukit Tinggi 1 Juli 1948-22 Desember 1948. Selain itu, T. M. Hasan juga menjadi Wakil Ketua pemerintah Darurat Republik Indonesia PDRI merangkap menjadi Menteri Pendidikan dan pada Agustus 1949 T. M. Hasan menjadi delegasi Indonesia dalam perundingan dengan Belanda. Universitas Sumatera Utara 32 bersepakat untuk menyampaikan instruksi pemimpin besar Indonesia Ir. Soekarno tentang pembentukan Komite Nasional Indonesia KNI daerah dan perealisasi proklamasi kepada Ketua Syu Sangi Kai Sumatera Timur, dr. Mansoer. Beliau dianggap sebagai pemimpin rakyat yang terkemuka dan berwenang untuk menanggulangi persoalan tersebut. Tanggal 3 September, dr. Amir menemui dr. Mansoer dan didampingi oleh pembantu-pembantunya yang terdekat yang juga terdiri unsur-unsur kerajaan. dr. Amir mengajukan kepada dr. Mansoer tuntutan-tuntutan proklamasi kemerdekaan dan langkah pertamanya membentuk KNID Komite Nasional Indonesia Daerah Sumatera Timur. Namun, usaha dr. Amir ini mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan tokoh-tokoh yang ditemuinya itu masih menginginkan dipulihkannya kembali kekuasaan Belanda kembali. Menurut laporan dr. Amir kepada T. M. Hasan, orang-orang yang diajaknya berunding itu tidak berani mendirikan badan politik seperti KNI, karena tentara Jepang masih berkuasa dan wakil-wakil Belanda dan Inggris saat itu telah berada di Kota Medan. Dengan kata lain T. M. Hasan tidak memperoleh dukungan yang diharapkan sehingga ia tidak memiliki alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan dan merampungkan tugasnya yaitu mewujudkan tuntutan-tuntutan proklamasi kemerdekaan keseluruh Sumatera kedalam Republik Indonesia dalam waktu yang singkat. dr. Amir pesimis kalau proklamasi dapat diwujudkan di Sumatera Timur. Selanjutnya, tanggal 17 September di adakan rapat bertempat di Gedung Syu Sangi Universitas Sumatera Utara 33 Kai Sumatera Timur sejumlah pemimpin rakyat dan orang-orang terkemuka berkumpul. Pada rapat tersebut T. M. Hasan tidak didampingi dr. Amir menyampaikan berita proklamasi kemerdekaan dan instruksi Soekarno untuk membentuk KNID serta merealisasikan proklamasi kemerdekaan di Sumatera Timur. Dr. A. K. Gani yang notabenenya adalah Ketua Koordinator PNI Sumatera memiliki wewenang untuk mengeluarkan instruksi-instruksi untuk merealisasikan proklamasi ke seluruh daerah-daerah di Pulau Sumatera. Selain itu, Dr. A. K. Gani juga sempat mengirimkan telegram pada tanggal 15 September 1945 kepada dr. Pringadi di Medan yang mengatakan bahwa kemerdekaan Indonesia sudah resmi diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta di Jakarta. Proklamasi di Sumatera Selatan juga telah terealisasi, dengan demikan Sumatera Timur juga harus segera merealisasikan proklamasi, membentuk KNID dan mengambil alih pemerintahan dari tangan Jepang. Selanjutnya, Achmad Tahir 29 berpikir untuk membentuk sebuah organisasi pemuda revolusioner guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Organisasi ini diberi nama Barisan Pemuda Indonesia BPI. Tanggal 22 September di Gedung Taman Siswa Jalan Amplas Medan, diadakan kegiatan penting, yaitu: a. Pengambilan janji dan sumpah Sugondo Kartoprodjo. b. Mengesahkan anggaran dasar BPI. 29 Achmad Tahir merupakan Ketua Tentara Keamanan Rakyat TKR Sumatera Timur. Terhitung mulai 15 Juli 1946 Achmad Tahir menjadi Komandan Divisi Gajah II dengan pangkat Kolonel. Universitas Sumatera Utara 34 c. Meresmikan berdirinya BPI. Pada tanggal 30 September, BPI merencanakan pengumuman proklamasi kemerdekaan di Kota Medan. Di Pematang Siantar terjadi kegiatan-kegiatan tersembunyi untuk merealisasikan proklamasi kemerdekaan. Mereka membentuk sebuah organisasi di bawah pimpinan Abdul Aziz, lalu mengirimkan utusan ke Medan untuk mengadakan kontak dengan kelompok Abdul Manan. Pada tanggal 30 September, bertempat di Gedung Perguruan Taman Siswa lebih dari 250 orang berkumpul. Pertemuan ini awalnya hanya untuk meresmikan berdirinya BPI, namun dengan sendirinya menjadi rapat umum untuk menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dalam pertemuan tersebut juga hadir T. M. Hasan, sebagai utusan dari Soekarno. Awalnya, Achmad Tahir membuka rapat pukul 08.30 dan Sugondo sebagai pembicara kedua yang membicarakan azas dan tujuan BPI dan disusul T. M. Hasan sebagai pembicara ketiga dan ditutup dengan pidato dari B. H. Hutajulu 30 . Dalam pidatonya T. M. Hasan mengatakan bahwa Indonesia merdeka dan diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus oleh Soekarno-Hatta. “Saya dapat pastikan,” kata beliau lebih lanjut, “Bahwa sekarang ini seluruh Jawa dan Madura telah berada dibawah kekuasaan pemerintah Negara Republik Indonesia.” Berita harian Pewarta Deli yang mengabarkan bahwa Soekarno-Hatta telah ditangkap Sekutu adalah berita bohong sama sekali. Jangan percaya kepada berita-berita musuh yang merugikan perjuangan. 30 B. H. Hutajulu merupakan Kepala Jabatan Penerangan TRI Divisi Sumatera Timur. Universitas Sumatera Utara 35 Sekarang ini nasib kita benar-benar berada dalam tangan kita sendiri, terutama pada pemuda-pemudanya. Dengan berakhirnya pidato T. M. Hasan ini, maka berita proklamasi telah resmi diumumkan kepada rakyat Sumatera Timur. Selanjutnya, Abdul Xarim M. S dalam pidatonya mengatakan seluruh pemuda untuk mempertaruhkan segenap jiwa raga dalam mempertahankan kemeredekaan tanah air. Semangat rakyat Sumatera Timur menjadi menyala-nyala. Tidak sedikit diantara para hadirin meloncat-loncat dan memukul-mukul dinding. Seluruh yang hadir pada saat itu tampaknya sudah dimasuki jiwa baru, jiwa merdeka yang meluap- luap dengan hebatnya. Inilah gambaran yang representatif dari jawaban rakyat Sumatera Timur terhadap proklamasi. Suatu semangat berjuang yang berkoar-koar. Tak cukup sampai disitu, B. H. Hutajulu dalam pidatonya mengatakan bahwa tak ada dan tak mungkin perjuangan yang seberat ini hanya dimodali dengan bicara saja. Disamping nyawa dan darah, uang, pakaian, bahan makanan, dan alat-alat lainnya sangat kita perlukan. Semuanya itu sangat dibutuhkan untuk membiayai perjuangan ini. Setelah Hutajulu berbicara, berhamburanlah uang yang dilemparkan hadirin. dr. Pringadi berjanji akan menyerahkan sebulan gajinya untuk dana BPI. Jumlah uang tunai yang terkumpul sekitar Rp. 17.000,- dan uang yang dijanjikan akan disetor Universitas Sumatera Utara 36 sekitar Rp 5.000,-. Tepat pukul 12.30 rapat peresmian berdirinya BPI ini berakhir. Para hadirin kembali ketempatnya masing-masing dengan semangat yang bergelora. 31 Pada tanggal 3 Oktober 1945, T. M. Hasan mengumumkan bahwa dirinya secara resmi telah diangkat menjadi Gubernur Sumatera. Selain itu, beliau juga mengangkat para Residen se-Sumatera, para walikota dan pembantunya atau pegawai tinggi. Tanggal 4 Oktober 1945, bendera merah putih dihalaman atau puncak gedung pemerintahan dikibarkan. Di Balaikota Medan, bendera yang dikibarkan dilarang bahkan diturunkan oleh Walikota Jepang Nakasima. Akibatnya, terjadilah tarik- menarik antara pihak Jepang dan para pemuda yang akan menaikkannya kembali. Pada tanggal 6 Oktober 1945, diadakan rapat raksasa di Lapangan Esplanade Medan Lapangan Merdeka. Rapat raksasa ini dihadiri utusan dari Binjai, Stabat, Tanjungpura, Pangkalan Brandan, Tebing Tinggi, Pematang Siantar. Ditempat ini secara resmi dibacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan langsung oleh T. M. Hasan. Sebelum pembacaan proklamasi ini terlebih dahulu diadakan upacara penaikan bendera Sang Saka Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. 32 31 Biro Sejarah PRIMA, Medan Area Mengisi Proklamasi, Medan: Badan Musyawarah Pejuang Republik Indonesia Medan Area, 1976, hal. 87-116. 32 Parulian Hutabaran dkk, Perjuangan Koprs Brigade Mobil Polri Masa Perang Kemerdekaan RI Pemerintahan Darurat RI di Sumatera, Medan: Yayasan Keluarga Besar Pejuang Kemerdekaan RI Benteng Huraba, 1996, hal. 60-61. Universitas Sumatera Utara 37 Repro: Sepno Semsa Tanggal 9 Oktober 1945 diadakan pawai mendukung proklamasi kemerdekaan seperti yang terlihat dalam gambar di atas. Sumber: Muhammad TWH, Perjuangan Rakyat Sumatera Dalam Gambar: YKPYayasan Pelestarian Fakta Perjuangan, 1991, hal. 189. Dengan adanya pengumuman T. M. Hasan tentang kemerdekaan Indonesia tersebut, ada berbagai tanggapan dari pihak kerajaan mengenai proklamasi di Sumatera Timur ini. Ada yang masih pasif, ada yang masih bersifat menunggu keadaan, tetapi ada pula yang secara tegas menanggapinya seperti Sultan Siak dan Sultan Serdang. Sultan Serdang sudah menaikkan bendera Merah Putih di istana dan di kantor-kantor kerajaan serta menganjurkan penduduk untuk menaikkan bendera Merah Putih dan serta menganjurkan pemuda-pemuda bangsawan untuk masuk Tentara Keamanan Rakyat TKR dan partai-partai serta organisasi massa lainnya dan mulailah diadakan latihan baris-berbaris di Perbaungan. Universitas Sumatera Utara 38

3.2 Revolusi Sosial di Sumatera Timur Maret 1946