38
3.2 Revolusi Sosial di Sumatera Timur Maret 1946
Menurut Mochtar Lubis, revolusi itu seperti banjir, dan sekarang tidak seorang pun dapat mengendalikannya. Apapun yang kita lakukan, ia mengikuti
jalannya sendiri, tanpa menghiraukan kita yang menciptakannya. Revolusi sosial adalah suatu revolusi untuk mengubah struktur masyarakat kolonial atau feodal
kepada suatu susunan masyarakat atas dasar Undang-Undang Dasar 1945.
Pada tanggal 25 Agustus 1945, dr. Mansoer yang pada saat itu menjadi Ketua Shu Shangi Kai Sumatera Timur mengadakan sebuah pertemuan yang melibatkan
raja-raja, sultan-sultan dan para pamongpraja yang terkemuka di kediamannya di sudut Jalan Raja Jalan Amalium. Pertemuan ini diadakan untuk mengatur cara-cara
dalam menyambut kedatangan Belanda kembali. Dalam pertemuan tersebut telah dibentuk comittee van ontvangat panitia penyambutan kedatangan Belanda yang
diketuai oleh Sulthan Langkat dan dr. Mansoer sebagai wakil ketuanya. Selanjutnya, fakta-fakta yang tidak diumumkan secara resmi tersebut tersebar luas di masyarakat.
Hal ini lah yang menjadi desas-desus dan akhirnya setelah semakin jauh dari dari tempat asal kejadian, maka semakin berbeda pula isinya.
33
Sebenarnya, berita akan adanya suatu panitia untuk menyambut kedatangan Belanda yang dilakukan oleh bangsawan ini hanya sebatas isu. Alasan pertemuan
yang diadakan di kediaman dr. Mansoer 25 Agustus 1945 sebenarnya untuk membicarakan masalah perihal mengenai kepentingan untuk mencegah tindakan
33
Biro Sejarah PRIMA, Medan Area Mengisi Proklamasi, Medan: Badan Musyawarah Pejuang Republik Indonesia, 1976, hal. 94-116.
Universitas Sumatera Utara
39 balas dendam dan mengadukan “kolabultor – kolabulator” kepada Sekutu yang akan
mendarat. Kelompok ini mengedarkan suatu pengumuman yang menyerukan kepada penduduk agar tetap tenang. Selain itu, sebuah panitia yang dipimpin oleh Sultan
Langkat dan dr. Mansoer telah dibentuk. Panitia ini dibentuk guna menjelaskan kepada Sekutu mengapa setiap orang merasa perlu bekerja sama dengan Jepang.
Hal inilah yang menimbulkan kesan seolah-olah pihak kerajaan telah membentuk sebuah committee van ontvangst. Namun, pada kenyataannya pertemuan
ini bukan semata diadakan untuk kepentingan bangsawan. Pertemuan tersebut mengundang mengundang kelompok–kelompok diluar bangsawan tokoh
pergerakan itu sendiri tetapi yang hadir hanya diantaranya seperti Xarim M. S dan Mr. Joesoef. Namun, kepercayaan kepada adanya committee van ontvangst yang
samar-samar tersebut menjadi tuduhan yang sering terdengar terhadap kerajaan.
34
Awal Febuari 1946, diadakan sebuah pertemuan antara Gubernur Sumatera T. M. Hasan dan stafnya dengan para sultan, raja, dan sibayak di seluruh Sumatera
Timur. Pertemuan ini untuk mempererat hubungan dan memperbincangkan posisi swapraja dalam pemerintahan Republik Indonesia. Dalam konferensi tersebut, T. M.
Hasan berkata:
“………. Pemerintah Negara Rebublik Indonesia telah menegaskan politiknya terhadap daerah istimewa yaitu Negara
Republik Indonesia mengakui daerah “zelfbestuur”.
34
Anthony Reid, op. cit, hal. 260-261.
Universitas Sumatera Utara
40 Di jaman Belanda kedudukan raja-raja terikat sekali;
Belanda yang melakukan pemerintahan, sedang raja-raja digunakan sebagai perkakas kaum penjajah dan kaum kapitalis.
Dalam zaman Indonesia merdeka ini, raja-raja mesti menjadi pemimpin bangsanya kembali. Pemerintahan otokrasi
raja-raja yang ditanamkan oleh Belanda harus ditukar menjadi pemerintahan demokrasi dan raja-raja hendaknya bersiap
memimpin rakyat. Raja-raja berhak menjadi pemimpin Negara Republik Indonesia
Sultan-sultan dan raja-raja akan memerinta sesuai dengan kemauan dewan itu. Dewan tersebut membuat undang-
undang, raja-raja mengerjakan keputusan dari Badan Perwakilan tersebut………. ”
35
Dilain pihak, Sultan Kerajaan Negara Langkat selaku wakil kerajaan-kerajaan menerangkan:
“………. Telah menjadi kewajiban bagi kami sultan-sultan dan raja-raja untuk menyesuikan pemerintahan dalam daerah
kerajaan-kerajaan Sumatera Timur dengan susunan demokrasi. Kami bersama-sama berdiri teguh dibelakang presiden dan
pemerintah Republik Indonesia dan turut menegakkan serta memperkokoh Republik Indonesia, yaitu dengan pemerintahan
kedaulaan rakyat. Pada hari ini kami akan memperbincangkan badan-badan Perwakilan Rakyat untuk Daerah Instimewa
Sumatera Timur dan rancangan yang kami buat itu dalam sedikit waktu kami persembahkan pada pemerintah untuk
diperiksa dan dipertimbangkan. Dengan perantara Gubernur kami sultan-sultan dan raja-raja memohon dengan hormat agar
disampaikan janji setia kami kepada PYM Presiden dan Pemerintah Agung………”
36
Sultan-sultan Sumatera Timur belum menyatakan kesediaannya meletakkan haknya sebagai swapraja, yang diakui oleh Undang-Undang Dasar dan Pemerintah
Republik Indonesia. Namun, dalam pertemuan yang disebutkan diatas kalangan
35
A. H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid II, Bandung: DISJARAH- AD dan Angkasa Bandung, 1977, hal. 595.
36
Ibid, hal. 596.
Universitas Sumatera Utara
41 sultan telah menyanggupi pelaksanaan kedaulatan rakyat dan siap melaksanakan
sistem pemerintahan yang berdemokrasi. Namun, kecurigaan-kecurigaan tetap ada dari kaum repubiliken, ditambah lagi dengan terdengarnya committee van ontvangst.
Tanggal 1 Maret 1946, tidak ada tanda-tanda akan terjadi revolusi sosial. Pada saat itu, masih ada pertemuan makan di Hotel Wi Yap, di mana hadir antara lain
Datuk Jamil, Tengku Busu dari Indrapura, Tengku Hafaz, Raja Kaliamsyah dari Simalungun, Raja Silima Huta, dan Mahadi. Selanjutnya, tepat tanggal 3 Maret
terjadi revolusi sosial di Sumatera Timur.
37
Pada pukul 00.00 tanggal 3 Maret beralih ke tanggal 4 Maret 1946 telah terjadi sebuah peristiwa yang dikenal dengan nama revolusi sosial di Sumatera
Timur. Raja-raja atau sultan-sultan dikabarkan menjadi korban pembunuhan, demikian pula keluarga-keluarga mereka. Harta mereka pun ikut dirampas. Berikut
komunike dr. M. Amir selaku Wakil Gubernur Sumatera: 1.
Dengan tiba-tiba rakyat seluruh Sumatera Timur telah bertindak menegakkan keadilan dan membanteras kelaziman di daerah masing-masing, gerakan ini
merupakan satu revolusi sosial yang maha hebat. 2.
Tindakan rakyat untuk menyapu bersih segala musuh Negara Republik di dalam negeri ini saya terima dengan perasaan syukur, awal segala tindakan dilakukan
dengan perhitungan laba-rugi dan dilakukan dengan dasar keprimanusiaan supaya korban revolusi sosial ini adalah sedikit mungkin.
37
Ibid, hal. 598.
Universitas Sumatera Utara
42 3.
Kepada rakyat warga negara Sumatera Timur saya mohonkan supaya saudara- saudara tinggal aman dan tenteram dan meneruskan pekerjaan masing-masing
supaya roda Republik berputar terus. Saya yakin bahwa segala orang yang tidak bersalah atau berdosa terhadap tanah air tidak akan mendapat gangguan apa-apa.
4. Kepada bangsa-bangsa asing yang menjadi tamu di negeri ini, saya harapkan
supaya jangan mencampuri revolusi sosial penduduk Sumatera Timur ini dan mengambil sikap netral terhadap gerakan itu dan loyal terhadap Negara Republik
Indonesia. 5.
Dalam keadaan yang genting ini perlu diambil tindakan yang luar biasa yaitu akan diubah susunan pemerintahan dan cara pemerintahan, dengan radikal, undang-
undang yang selaras dengan keinginan kedaulatan rakyat. Berhubung dengan hal itu pemerintah Sumatera Timur buat sementara waktu mulai hari ini dijalankan
oleh sdr. M. Yunus Nasution selama ini asisten residen dengan bantuan dari badan perwakilan dari Komite Nasional Pusat dan dari voklsfront. Pemerintahan
diluar Medan akan diatur umumnya menurut dasar keadilan rakyat. Saya telah angkat Mr. Luat Siregar jadi juru damai pacificator untuk seluruh Sumatera
Timur dengan volmacht yang seluas-luasnya. Saya harap Komite Nasional disegala tempat berusaha segiat-giatnya bekerja
bersama-sama dengan saudara juru damai ini dan mengemukakan segala keinginan rakyat kepada beliau itu.
6. Sebelumnya pemerintahan baru di seluruh Sumatera Timur dibentuk maka buat
sementara waktu pemerintahan dan penjagaan keamanan di luar medan diselenggarakan oleh Negara Republik Indonesia dan Persatuan Perjuangan.
Universitas Sumatera Utara
43 Menurut Saragih Ras
38
, sekitar delapan hari sebelum revolusi sosial dimulai, ia telah menerima instruksi rahasia dari pimpinan Markas Agung Medan yang ketika
itu datang untuk mengadakan pertemuan di Simalungun Club di Pematang Siantar. Pemimpin tersebut, Sarwono yang didampingi sekretaris Zainal Baharuddin,
mengemukakan bahwa raja-raja dan kaki tangan kolonial sudah jelas akan menjadi penghalang kemerdekaan.
39
Menurut NIP Xarim
40
ada tiga motif mendasari instruksi dalam melakukan revolusi sosial di Sumatera Timur, yaitu:
1. Untuk melemahkan setiap dukungan yang potensial terhadap Belanda;
2. Untuk mengumpulkan harta kekayaan untuk dana komunis;
3. Untuk menambah geloranya dukungan rakyat.
41
Dibeberapa daerah di Sumatera Timur telah terjadi revolusi sosial yang ditunjukkan oleh rakyat kepada orang-orang atau golongan yang dianggap berkhianat
38
A. E. Saragih Ras merupakan putera perbapaan Tiga Ras di Pane. Hal ini mendapat pendidikan seadanya dan magang di Kantor Kerajaan Pane. Dia berhenti pada tahun 1923, masuk
dunia dalam dunia kejahatan untuk beberapa tahun, kemudian menjadi supir taksi 1927-1930. Pada tahun 1931 menggantikan ayahnya sebagai kepala di kampungnya, tetapi rupanya Raja Pane
menolaknya menurunkan diri, dan menjadi salah seorang pertama dari sedikit masuk Gerindo pada tahun 1938 dan F-kikan pada tahun 1942. Oleh kerenanya, wajar dia diserahkan Kenkokutai di
Simalungun dan kemudian penerusnya, Barisan Harimau Liar. Pasukannya pada mulanya tidak begito menonjol, sampai pasukan ini mengumpulkan harta kekayaannya dalam “revolusi sosial”. Sesudah
tahun 1949, Saragih Ras banyak berada dalam penjara Republik dan perkaranya tidak pernah dibawa ke sidang pengadilan. A. E. Saragih Ras merupakan salah seorang pemimpin revolusi sosial untuk
bagian Kabupaten Simalungun sekaligus menjadi pemimpin Barisan Harimau Liar, Anthony Reid, op. cit, hal. 307.
39
Prabudi Said, Sejarah Harian Waspada Dan 50 Tahun Peristiwa Halaman Satu, Medan: Prakarsa Abadi Press, 1995, hal.110 a-110 b.
40
NIP Xarim Nip Masydulhaq Xarim merupakan salah satu pendiri TKR Sumatera Timur yang berfungsi sebagai Kepala Jawatan persenjataan, Komandan TRI “B”, Komandan Resimen Laskar
Medan Area, Komandan Bataliyon B dan wakil Komandan Brigade Langkat Area, lihat Muhammad TWH, Perjuangan Rakyat Sumatera Dalam Gambar: YKPYayasan Pelestarian Fakta
Perjuangan, 1991.
41
Anthony Reid, op.cit, hal.372-373.
Universitas Sumatera Utara
44 bagi Bangsa Indonesia maupun yang menghalangi pertumbuhan NRI. Awalnya
kerusuhan tersebut terjadi di Sunggal Deli, Kabanjahe Karo, Tanjung Balai Asahan, dan Pematang Siantar Simalungun. Tidak sedikit bangsawan yang
ditangkap, ditahan dan disingkirkan oleh voklsfront. Berikut gambaran revolusi sosial di berbagai daerah Sumatera Timur:
1. Langkat