8 cm, lebar 4 mm sampai 1 cm, ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, dan
tepi daun rata, susunan pertulangan menyirip, pemukaan atas dan bawah halus; bunga berwarna putih agak krem, menebar aroma khas; buah berbentuk segitiga
memanjang berwarna cokelat setelah tua; biji berbentuk bulat, ketika muda berwarna hijau terang dan berubah berwarna cokelat kehitaman ketika polong
matang dan kering Bagian kayu warna cokelat muda atau krem berserabut Anwar, et al., 2007.
2.1.6 Kandungan Kimia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun kelor banyak mengandung nutrisi dan senyawa kimia, antara lain: protein 27, kaya vitamin A dan C, zat
besi, kalsium, fosfor, alkaloid, flavonoid, alkaloid, glikosida, saponintriterpenoid, polisakarida, asam amino, serta kandungan polifenol lainnya Gaikwad, et al.,
2011. Selain itu, daun kelor juga mengandung nitril glikosida, yaitu niazirin dan niazirinin; three mustard oil glycosides, seperti 4 [4-O-acetyl-
α-L- rhamnosyloxy benzyl] isotiosianat, niaziminin A ,dan niaziminin B; asam-asam
fenolik, seperti asam gallat, klorogenik, asam ferulat, dan asam ellagat; flavonoid kaempferol, quercetin dan rutin dan karotenoid terutama lutein and β-karoten
Pandey, et al., 2012.
2.1.7 Khasiat Tumbuhan
Pemanfaatan tanaman kelor cukup beragam. Kelor biasanya ditanam sebagai bahan sayur dan tanaman pagar. Selain itu, dapat pula dimanfaatkan
sebagai pakan ternak sapi dan kambing. Kelor juga dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan. Akar kelor ampuh menyembuhkan nyeri, rematik, sariawan, dan
asma. Kulit akar juga mujarab mengatasi pembengkakan dan sariawan. Sementara
Universitas sumatera utara Universitas sumatera utara
9 kulit batang digunakan untuk pelancar haid, flu, dan sariawan. Ramuan daun kelor
dapat membantu penyembuhan pembengkakan limpa, penurun gula darah, dan meningkatkan nafsu makan. Selain itu, daun juga bersifat diuretik serta dapat
menangani panas dalam, anemia, dan mempelancar air susu ibu. Berbagai penelitian yang telah dilakukan seperti antioksidan, urolitiasis, hepatoprotektor,
immunomodulator, hipokolesterolemik penurun kolesterol, dan hipoglikemik penurun gula darah Mardiana, 2013. Secara tradisional daun kelor juga
digunakan sebagai obat malaria, penyembuh luka, antiasma, antiinflammasi,
antiarthritis dan analgesik, antitiroid, antimikroba, antitumor, antipiretik, anafilaksis, antiulser, antifertilitas, antiplasmodial, antihipertensi Pandey, et al.,
2012. 2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair
Ditjen POM, 2000. Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau
simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Ditjen POM
a
, 1995. Menurut Ditjen POM 2000, metode ekstraksi dengan menggunakan
pelarut dapat dibagi ke dalam dua cara, yaitu : 1.
Cara dingin Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara dingin terdiri dari:
Universitas sumatera utara Universitas sumatera utara
10 a.
Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya. b.
Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
penetesanpenampungan ekstrak secara terus-menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat.
2. Cara Panas
Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara panas terdiri dari: a.
Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
b. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. c.
Digesti Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur 40 – 50
o
C.
Universitas sumatera utara Universitas sumatera utara
11 d.
Infundasi Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96 – 98
o
C selama waktu tertentu 15 – 20 menit. e.
Dekoktasi Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama 30 menit dan
temperatur sampai titik didih air.
2.3 Metotreksat