ml pada larutan 25 secara intravena. Natrium nitrit seharusnya diberikan 2,5-5 ml permenit hingga 2-3 menit. Natrium tiosulfat harus diberikan secara cepat setelah
natrium nitrit dengan dosis 12,5 mg pada larutan 25 hingga 10 menit Meredith, 1993.
b. Natrium nitrit
Merupakan obat yang paling sering digunakan untuk keracunan sianida. Dosis awal standart adalah 3 larutan natrium nitrit 10 ml, memerlukan waktu kira-
kira 12 menit untuk membentuk kira-kira 40 methemoglobin. Dosis awal untuk naatrium tiosulfat adalah 50 ml. Penggunaan natrium nitrit tidak tanpa resiko karena
bila berlebihan dapat mengakibatkan methemoglobinemia yang dapat menyebabkan hipoksia atau hipotensi. Untuk itu jumlah methemoglobin harus dikontrol.
Penggunaan natrium nitrit tidak direkomendasikan untuk pasien yang memiliki kekurangan glukosa-6-fosfat dehidrogenase G6DP dalam sel darah merahnya
karena dapat menyebabkan reaksi hemolisis yang serius Olson, 1994.
2. Detoksifikasi sulfur
Setelah methemoglobin dapat mengurangi gejala yang ditimbulkan pada keracunan sianida, sianida dapat diubah menjadi tiosianat dengan menggunakan
natrium tiosulfat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 2. Pengubahan cyanmethemoglobin menjadi tiosianat oleh rodhanese dan tiosulfat
Pada proses kedua membutuhkan donor sulfur agar rodonase dapat mengubah sianmethemoglobin menjadi tiosianat karena donor sulfur endogen biasanya terbatas.
Ion tiosianat kemudian diekskresikan melalui ginjal Meredith, 1993.
3. Kombinasi langsung
Ada 2 macam mekanisme yang berbeda dari kombinasi langsung dengan sianida yang sering digunakan, yaitu kombinasi dengan senyawa kobalt dan
kombinasi dengan hidrosobalamin. a.
Hidroksikobalamin vitamin B
12a
Antidot ini mengikat sianida sangat kuat membentuk sianokobalamin vitamin B
B
12a
, sianokobalamin dieliminasi melalui urin atau melepaskan residu sianida untuk membiarkan adanya detoksifikasi dengan rhodanese. Empat gram hidroksokobalamin
merupakan dosis pemberian standar dan dapat ,mengikat 200mg sianida. Dosis tersebut dapat diulang untuk mencegah terjadinya kambuh. Hidroksokobalamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memiliki beberapa efek samping antara lain reaksi alergi dan kemerahan pada kulit Kerns et al., 2002.
Dibandingkan dengan terapi nitrit dan 4-DMAP, lebih menguntungkan karena tidak mengganggu oksigenasi jaringan. Di USA penggunaaan hidroxokobalamin
merupakan antidot yang dipercaya dapalam penanganan kasus keracunan sianida Olson, 1994.
Kerugiannya adalah dosis besar diperlukan agar bisa efektif. Detoksifikasi 1 mmol sianida sebanding dengan 65 mg KCN membutuhkan 1406 mg
hidroksokobaltamin. Secara komersial tersedia dalam formulasi 1-2 mg per ampul. Pada beberapa negara, misal, Perancis, formulasi yang tersedia mengandung 4 g
serbuk hidroksokobaltamin yang harus ditambah dengan 80 ml larutan natrium tiosulfat 10 untuk digunakan dan diberikan secara intravenous dalam minimum 220
ml dekstrosa 5. Efek samping yang tercatat adalah reaksi anafilaktoid dan jerawat. Penurunan efek antidot akibat penggunaan hidroksokobaltamin dan natrium tiosulfat
pada larutan yang sama Evans, 1964; Friedberg Shukla, 1975. Perubahan histologi pada hati, miokardium, dan ginjal muncul karena induksi
hidroksokobaltamin terjadi hewan Hoebel et al., 1980, tetapi relevansinya ke manusia belum ditemukan. Diskolorasi sementara merah muda pada membran mukus
dan urin tidak begitu penting dan merupakan efek samping nontoksik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 3. Hidroksikobalamin
b. Dikobalt-EDTA
Bentuk garam dari kobalt bersifat efektif untuk mengikat sianida. Kobalt- EDTA lebih efektif sebagai antidot sianida. Kobalt-EDTA lebih efektif sebagai
antidot sianida dibandingkan dengan kobinasi nitrat-tiosulfat. Senyawa ini mengkelat sianida menjadi kobalt sianida. Efek samping dari dikobalt-EDTA adalah reaksi
anafilaksis, yang dapat muncul sebagai urtikaria, angiodema pada wajah, leher, dan saluran nafas, dispnea dan hipotensi. Dikobalt-EDTA juga dapat menyebabkan
hipertensi dan dapat menyebabkan disritmia jika tidak ada sianida saat pemberian dikobalt-EDTA. Pemberian obat ini dapat menyebabkan kematian dan toksisitas berat
dari kobalt terlihat setelah pasien sembuh dari keracunan sianida Meredith, 1993.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4. Dikobalt-EDTA
F. Natrium Tiosulfat