4.3 Analisis Data
Dalam menganalisis berita mengenai sidang paripurna DPR Maret 2010, peneliti melakukannya dengan mengelompokkan berita dari Jawa Pos dan
Kompas menurut tanggalnya, masing-masing berita yang telah dikelompokkan tersebut dianalisis, diinterpretasi dan dicari frame-nya, kemudian dilakukan lagi
pembahasan terhadap frame dari kedua surat kabar tersebut.
4.3.1 Berita tanggal 3 Maret 2010 1
Frame Jawa Pos “ Anggap Ketua DPR Menyabotase”
Tabel 6. Struktur Frame Jawa Pos
Struktur Jawa Pos
Sintaksis Memberi gambaran bahwa kisruh atau kekacauan yang
terjadi dalam sidang paripurna DPR dikarenakan penyabotasean Marzuki Alie selaku ketua DPR.
Kekacauan dipicu sikap Marzuki Alie yang menutup sidang ketika hujan interupsi.
Skrip Kericuhan pada sidang paripurna dipicu sikap Marzuki
yang menutup sidang. Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar Markus Nari naik ke panggung pimpinan DPR dan
membuang botol air mineral dihadapan Marzuki. Serentak anggota dewan merangsek ke arah Markus.
Tematik Tindakan Marzuki Alie yang dalam sekejap membuat
suasana sidang menjadi chaos
Retoris Menampilkan dua foto yang memperlihatkan kemarahan
anggota DPR. Dengan foto ini maka dapat menurunkan citra Partai Demokrat.Dan terdapat salah satu nama tokoh
besar di Indonesia yang juga sebagai ketua partai tersebut yaitu pemerintah.
.
Struktur sintaksis yang dapat diamati dari artikel berita tersebut dapat dilihat dari penggunaan unsur headline, lead, latar dan pengutipan sumber berita.
Jawa Pos sengaja menggunakan judul di atas selain membuat pembaca lebih tertarik juga memberi gambaran bahwa kisruh atau kekacauan yang terjadi dalam
sidang paripurna DPR dikarenakan penyabotasean Marzuki Alie selaku ketua DPR. Pada lead disebutkan bahwa kekacauan yang terjadi pada sidang paripurna
dipicu sikap Marzuki Alie yang menutup sidang ketika hujan interupsi. “Marzuki dianggap menghalangi pelaksanaan asas kedaulatan dan
hak berpendapat anggota DPR. Sidang DPR ricuh memang karena dipicu langkah Marzuki yang tiba-tiba menutup sidang ketika
sedang terjadi hujan interupsi.”
Latar dari peristiwa ini adalah kericuhan yang dimulai anggota Fraksi Partai Golkar Bambang Soesatyo yang mengajukan interupsi meminta agar sidang
paripurna langsung diambil keputusan terhadap laporan pansus. Keputusan tersebut juga diinginkan oleh sebagian fraksi anggota DPR. Tetapi interupsi
Bambang disanggah oleh Didi Irawadi Syamsudin dari Fraksi Partai Demokrat yang meminta agar ketua DPR tetap konsisten dengan agenda yang telah
ditetapkan Badan Musyawarah BaMus. Kekacauan semakin menjadi disaat anggota Fraksi Partai Demokrat menyerahkan bukti baru yang dianggap akan
memberi petunjuk siapa yang menyebabkan Bank Century gagal. Penyerahan bukti tersebut membuat suasana sidang semakin panas. Hujan interupsi pun makin
tidak terbendung. Disaat anggota DPR berlomba-lomba menyampaikan aspirasinya, ketua DPR secara sepihak menutup sidang.
Untuk mempertegas rasa kecewa sebagian anggota DPR terhadap kepemimpinan Marzuki Alie, di artikel berita dikutipkan pendapat anggota DPR
Fraksi Partai Golkar Markus Nari yang menyebutkan bahwa insiden penutupan sidang merupakan bukti ketidak demokratisan Marzuki Alie sebagai ketua sidang
untuk memimpin jalannya sidang. “….Lebih dari itu, ketua DPR mengambil keputusan tanpa
melihat pandangan yang muncul sebelumnya, Marzuki tidak demokratis”
Pada pengutipan sumber berita, Jawa Pos menampilkan pernyataan Nurul Arifin yang kecewa terhadap sikap ketua DPR. Dan mengingatkan adanya pasal
221 tatib DPR yang menyatakan sidang paripurna merupakan sidang tertinggi. “Paripurna lebih tinggi tingkatannya dari rapat
Bamus”.
Selain itu, Jawa Pos juga memasukkan pendapat Hakim Konstitusi Akil Mochtar yang menilai, penutupan sidang paripurna sebelum pengambilan
keputusan atas hasil pansus merupakan upaya sabotase terhadap hak angket kasus Bank Century karena bertentangan dengan ketentuan dalam UU DPR, tatib DPR,
dan bahkan UUD 1945. “Fokus tugas Pansus itu penyelidikan. Tentu harus ada tindak
lanjutnya. Kalau ditutup begitu saja tanpa ada tindak lanjut, apa gunanya dibentuk pansus”.
Akil Mochtar Anggota Pansus Buloggate di era Presiden Abdurrahman Wahid juga menilai tindakan Marzuki Alie sebagai tindakan genit dan punya
kepentingan terselubung.
Pada struktur skrip, Jawa Pos menulis berita tersebut secara lengkap. Dimana dalam berita tersebut memuat unsur 5W + 1H yakni What apa yang
terjadi yaitu peristiwa kericuhan pada sidang paripurna DPR, Who siapa yang terlibat dalam kericuhan tersebut yakni anggota DPR, Where dimana peristiwa
kericuhan tersebut terjadi yakni di gedung DPR, When kapan peristiwa kericuhan terjadi yakni pada tanggal 2 Maret 2010, Why mengapa peristiwa
kericuhan tersebut bisa terjadi yakni sikap Marzuki Alie yang menutup sidang saat hujan interupsi, dan How bagaimana peristiwa kericuhan tersebut terjadi
yaitu dimulai ketika Markus Nari dari Fraksi Partai Golkar naik ke panggung pimpinan DPR, sejurus kemudian dia membanting botol air mineral dihadapan
Marzuki. Dan sejumlah anggota dewan merangsek ke arah Markus. Puluhan anggota lain pansus juga maju kearah meja pimpinan sidang yang kemudian
Marzuki Alie dikawal puluhan Pamdal Pengamanan Dalam DPR meninggalkan ruang sidang.
“Dia Marzuki Alie ketakutan. Lumrah saja karena dia dari Partai Demokrat. Tapi, jangan sampai tindakan yang
diambil liar dan inkostitusional”.
Secara garis besar tema yang diangkat oleh Jawa Pos adalah mengenai kericuhan yang terjadi pada sidang paripurna dimana dalam elemen detail sikap
Marzuki mengecewakan sebagian anggota DPR diuraikan secara eksplisit. Di tengah hujan interupsi, Marzuki ternyata langsung memutuskan menutup sidang
“Sesuai keputusan rapat Bamus dan Tatib DPR, dengan mengucapkan alhamdullilah, paripurna ini
saya tutu,” katanya, lantas mengetuk palu.
“Tindakan itulah yang dalam sekejap membuat suasana sidang menjadi chaos”.
Penggunaan kata chaos di atas memberikan kesan bahwa sidang paripurna mengalami kekacau-balauan seharusnya hal tersebut tidak terjadi jika pimpinan
sidang memberi kesempatan anggota DPR menyampaikan pendapatnya. Sedangkan struktur retoris dalam artikel berita ini memuat elemen
leksikon, grafis dan metafora. Elemen leksikon terlihat dari penggunaan kata “menyabotase” untuk menggambarkan sikap Marzuki Alie tidak menunjukkan
sikap yang seharusnya dilakukan oleh ketua DPR untuk menyelesaikan perbedaan pendapat diantara anggota DPR. Elemen grafis yaitu dengan menampilkan foto.
Ada dua foto yang dimuat oleh Jawa Pos. Foto pertama memperlihatkan anggota Fraksi Partai Golkar Markus Nari yang sedang melempar botol air mineral
didepan meja pimpinan. Sedangkan foto kedua yang ditampilkan oleh Jawa Pos sejumlah anggota DPR maju ke meja pimpinan, dan Marzuki Alie sedang berdiri
dan mengacungkan tangannya dengan muka marah. Dengan foto ini maka dapat menurunkan citra Partai Demokrat diwakili oleh Marzuki Alie sebagai ketua DPR.
Dan dibelakang nama partai Demokrat terdapat salah satu nama tokoh besar di Indonesia yang juga sebagai ketua partai tersebut yaitu pemerintah.
Sedangkan pada elemen metafora, Jawa Pos menggunakan kata “hujan interupsi” untuk menggambarkan banyaknya interupsi dari anggota DPR selama
sidang paripurna meminta sidang paripurna langsung mengambil keputusan untuk menentukan sikap DPR terhadap kebijakan bailout century.
2 Frame Kompas “Rapat DPR Memalukan”
Tabel 7. Struktur Frame Kompas
Struktur Kompas Sintaksis
Rapat DPR dengan agenda pembacaan hasil penyelidikan pansus Bank Century berlangsung memalukan.
Skrip Kericuhan rapat paripurna DPR terjadi karena kurangnya
pengalaman politik anggota DPR. Tematik
1. anggota DPR memperlihatkan bahwa mereka belum dewasa dalam berpolitik.
2. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar yang menyatakan sikap Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono sudah tepat, yakni bersedia bertanggung jawab. Ini tepat karena penyelamatan Bank Century
merupakan bagian dari tugas pemerintah. Retoris
Kompas menampilkan elemen foto. Foto yang ditampilkan memperlihatkan ketenangan Marzuki Alie di tengah-
tengah kemarahan anggota DPR.
Dari penggunaan headline diatas, Kompas memberikan gambaran bahwa rapat DPR dengan agenda pembacaan hasil penyelidikan pansus Bank Century
berlangsung memalukan.
Dalam lead dijelaskan kericuhan rapat paripurna DPR disebabkan anggota DPR kurang berpengalaman dalam berpolitik. Sehingga menimbulkan banyak
protes di banyak kalangan. “Kericuhan Rapat Paripurna DPR mengundang protes, baik
dikalangan internal DPR maupun diluar parlemen. Kericuhan yang memalukan terjadi karena kurangnya
pengalaman politik”.
Sedangkan pada latar digambarkan bahwa kericuhan tersebut bermula setelah ketua pansus Bank Century Idrus Marham melaporkan hasil akhir. Setelah
selesai membacakan kesimpulan, sejumlah anggota DPR meminta pemungutan suara untuk memilih opsi segera dilakukan. Namun sejumlah anggota Fraksi
Partai Demokrat meminta agar dilakukan pada hari rabu sesuai dengan jadwal yang disusun. Ditengah perdebatan Marzuki Alie menutup sidang dan dilanjutkan
hari rabu dengan agenda pemungutan suara. Dalam pengutipan sumber berita, Kompas melakukan wawancara dengan
ketua DPR sehubungan peristiwa kericuhan dalam rapat paripurna tanggal 2 Maret 2010. Dimana ketua DPR Marzuki Alie mengaku telah melaksanakan tugas
sesuai dengan hasil rapat Badan Musyawarah dan Peraturan Tata tertib DPR. “Sidang sudah selesai, dua agenda sudah dilaksanakan. Jadi
wajar kalau ditutup”
Pada struktur skrip, dimana dalam berita tersebut memuat unsur What apa yang terjadi yaitu kericuhan rapat paripurna DPR, Who siapa yang terlibat dalam
kericuhan tersebut yakni anggota DPR, Where dimana peristiwa kericuhan tersebut terjadi yakni di gedung DPR, When kapan peristiwa kericuhan terjadi
yaitu selasa, 2 Maret 2010, Why mengapa peristiwa kericuhan tersebut bisa terjadi yakni kurangnya pengalaman politik anggota DPR.
Dalam berita mengenai konflik anggota DPR dalam rapat paripurna ini, ada dua tema yang ditampilkan oleh Kompas. Pertama, mengenai kericuhan rapat
paripurna. Tema pertama yang ditulis oleh Kompas ini tidak terlalu merugikan bagi Marzuki Alie politikus partai Demokrat, dimana dilihat dari unsur detail
Kompas menuliskan pernyataan Komite Pemilihan Indonesia Jeirry Sumampouw secara eksplisit yang mengatakan anggota DPR memperlihatkan bahwa mereka
belum dewasa dalam berpolitik. Pernyataan ini saat menguntungkan bagi Marzuki karena sikap anggota DPR lah yang memicu kericuhan rapat paripurna.
“Seperti kata Gus Dur, DPR seperti taman kanak-kanak. Suka bertengkar dan emosional”.
Sedangkan pada tema kedua menampilkan pernyataan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar yang menyatakan sikap Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono sudah tepat, yakni bersedia bertanggung jawab. Ini tepat karena penyelamatan Bank Century merupakan bagian dari tugas pemerintah.
“Itu menunjukkan pemimpin yang punya tanggung jawab. Jadi tidak lari. Banyak orang yang lari, tetapi ini tidak”.
Ditampilkannya pernyataan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang melihat sikap pemerintah untuk menyelamatkan Bank Century sudah tepat
mempertegas dukungan Kompas kepada pemerintah. Struktur retoris berita tersebut dapat diamati dari penggunaan grafis. Ada
dua foto yang dimuat oleh Kompas. Foto pertama memperlihatkan kericuhan yang
terjadi di luar gedung DPR Jakarta yang mendukung terjadinya aksi memalukan rapat paripurna. Sedangkan foto kedua yang ditampilkan oleh Kompas
memperlihatkan ketenangan Marzuki Alie dalam menghadapi kericuhan anggota DPR.
PEMBAHASAN :
Dalam pemberitaannya kali ini kedua surat kabar ini sama-sama menurunkan berita mengenai kericuhan yang terjadi pada rapat paripurna tanggal
2 Maret 2010, meski begitu terdapat perbedaannya yang mencolok dari judul yang digunakan oleh keduanya sebagai headline. Dimana Jawa Pos lebih memilih judul
“Anggap Ketua DPR Menyabotase”, dari judul yang ditampilkan dan besarnya huruf, Jawa Pos terlihat berusaha memanfaatkan kericuhan yang terjadi dalam
sidang paripurna untuk menarik perhatian pembaca. Ini terlihat dari pemilihan kata “Menyabotase”. Penggunaan kata tersebut mengesankan apa yang dilakukan
Ketua DPR itu merupakan sesuatu yang tidak pantas dilakukan sebagai seorang pimpinan.
Sebaliknya, judul yang ditampilkan oleh Kompas sangat bertolak belakang dari judul yang ditampilkan oleh Jawa Pos, jika judul yang dipakai oleh Jawa Pos
terkesan telah terjadi kenakalan atau ketidak demokratisan ketua DPR, tidak halnya Kompas, dengan penggunaan judul “Rapat DPR Memalukan”, Kompas
terkesan berusaha mengalihkan perhatian pembaca dengan menganggap kericuhan yang terjadi di sidang paripurna disebabkan kurangnya pengalaman politik
anggota DPR. Disini Kompas terlihat berusaha menyembunyikan bagaimana peristiwa kericuhan tersebut terjadi How.
Dalam teks beritanya, tidak disebutkan secara langsung bagaimana peristiwa kericuhan itu terjadi, berbeda dengan Jawa Pos yang langsung
menyebutkan penyebab terjadinya kericuhan dimulai ketika Markus Nari dari Fraksi Partai Golkar naik ke panggung pimpinan DPR, sejurus kemudian dia
membanting botol air mineral dihadapan Marzuki. Dan sejumlah anggota dewan merangsek ke arah Markus. Puluhan anggota pansus juga maju kearah meja
pimpinan sidang yang kemudian Marzuki Alie dikawal puluhan Pamdal Pengamanan Dalam DPR meninggalkan ruang sidang.
Pada struktur tematik, walaupun Kompas tidak menyebutkan secara langsung bagaimana kericuhan terjadi, namun secara implisit jelas terlihat
kericuhan yang terjadi karena sejumlah anggota dewan merangsek naik ke atas panggung meja pimpinan, hal ini dapat diamati dari struktur retoris yakni pada
elemen grafis dimana foto yang ditampilkan sangat jelas kemarahan anggota DPR. Kompas sangat terbuka dalam menyampaikan keberpihakannya dengan
pemerintah, sebab dalam beritanya, meski terdapat uraian penyebab kericuhan rapat paripurna, Kompas menampilkan pernyataan para menteri yang mengatakan
bahwa tindakan pemerintah sudah tepat dalam pengambilan keputusan bailout century dan bersedia bertanggung jawab atas keputusannya.
4.3.2 Berita tanggal 4 Maret 2010 1 Frame Jawa Pos