127
Seni Itu Indah
3. Latihan
Bacalah penggalan teks cerpen berikut dengan intonasi, lafal, dan ekspresi yang tepat Mintalah teman-temanmu memberi tanggapan dan
penilaian atas penampilanmu
Aku Cuma HP
Karya: Muslimin Mia tidak mau tahu. Mia mau model yang baru, yang ada radio, kamera,
dan yang 3G seperti milik Tari,” kata Mia ngotot kepada Mama. “Ini kan masih bagus, Mia. Kurang bagus apanya? Belum juga setahun Mama belikan,
garansinya juga belum habis. Lagian apa manfaatnya beli begituan buat kamu? Kamu kan masih SMP, nanti saja kalau sudah SMA atau kuliah,” balas Mama.
“Mia malu, Ma. Model ginian sud ah ketinggalan zaman, sudah kuno dan tidak modif. Ini pantasnya jadi rongsokan atau dibuang saja, itu lebih
baik,” Mia membanting aku ke sofa.
Mama tidak tahu harus berkata apa lagi karena Mama merasa penjelasan apa pun akan percuma kalau Mia sudah ngambek, karena permintaan yang
dia inginkan tidak dipenuhi. “Pokoknya Mia minta ganti. Titik” kata Mia sambil berlari ke kamarnya,
lalu membanting daun pintu dengan keras. Kepalaku masih pening ketika Mama memungutku dari sofa. Mama
mengikuti Mia ke kamar, wajahnya tampak khawatir melihat putri tercintanya itu. Mia adalah anak satu-satunya. Selama ini dia memang begitu dimanja.
Itulah sebabnya Mia selalu berusaha memaksakan semua keinginannya. “Begini, sementara kamu bawa ini dulu, Mama belum ada uang. Awal
bulan saja, setelah Papa kamu gajian. Sekarang kita makan dulu, yuk,” bujuk Mama mengajak Mia makan siang dulu. Tapi Mia tetap ogah, sama sekali ia
tidak menggubrisnya. Mama meletakkan aku di atas meja belajar, lalu keluar kamar Mia. Aku
butuh waktu lama untuk sadar kalau diriku sudah dicampakkan.
Di unduh dari : Bukupaket.com
128
Kompetensi Berbahasa Indonesia SMPMT s VII
Dicampakkan, sungguh kata yang tidak mengenakkan. Ya, Mia sudah tidak butuh aku lagi. Ada yang lain, yang lebih baik dan sempurna dibanding aku.
Karena aku banyak kekurangan dan tidak punya kemampuan untuk membantahnya.
Ya, karena aku hanya sebuah handphone atau yang biasa memanggilku HP saja. Aku adalah alat canggih dari perkembangan telepon kabel.Aku
telah mengubah dunia dengan teknologiku. Bahkan dewasa ini, kebanyakan orang membutuhkan aku seperti mereka membutuhkan nasi. Bisa jadi aku
sekarang sudah digolongkan pada kebutuhan primer atau masuk dalam lima sehat enam sempurna. Aku bukan barang mewah lagi. Semua orang
merasa perlu mempunyai aku. Sudah nasibku, aku kalah saingan dengan model-model baru. Aku harus
dibuang dan disia-siakan. .....................................................
Sumber: Yunior, edisi 09, Tahun ke-8, 15 April 2007, hlm. 6
C. Membaca Indah Puisi