Universal Transverse Mercator UTM

B. Satu layer dapat dikaitkan dengan atau mengandung banyak atribut sehingga dapat menghemat ruang penyimpanan secara keseluruan. C. Memiliki resolusi spasial yang tinggi. D. Trasformasi koordinat dan proyeksi tidak sulit dilakukan. E. Dengan banyak atribut yang dapat dikandung oleh satu layer, banyak peta tematik lain layer yang dapat dihasilkan sebagai peta turunannya. Adapun kekurangan Data Vektor. A. Memiliki struktur data yang kompleks. B. Dtanya tidak muda untuk dimanipulasi. C. Tidak compatible dengan data citra satelit pengindraan jauh. D. Pengguna tidak mudah berkreasi untuk membuat programnya sendiri untuk memenuhi kebutuhan aplikasinya. Hal ini disebabkan oleh struktur pada vektor yang lebih kompleks dan prosedur - prosedur funsi dan analisisnya memerlukan kemampuan yang tinggi karena lebih sulit dan rumit. Pengguna harus membeli sistem perangkat lunaknya karena teknologinya masih mahal. Prosedurnyapun terdang lebih sulit.

2.18. Universal Transverse Mercator UTM

Salah satu sistem proyeksi peta yang terkenal dan sering digunakan adalah UTM. Pada sistem proyeksi ini didefinisikan posisi horizontal dua dimensi x,y utm dengan menggunakan proyeksi selinder, tranversal, dan konform yang memotong bumi pada dua meridian standard. Meridian standard ini diproyeksikan secara ekuidistan. Seluruh permukaan burni, dalarn sistem koordinat ini, dibagi menjadi 60 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. bagian yang disebut sebagai zone UTM. Setiap zone ini dibatasi uleh dua meridian selebar 6 o dan memiliki meridian tengah sendiri. Sebagai contoh, zone 1 dimulai dari 180° BB hingga 174° BB, zone 2 dan i 174° BB hingga 168° BB, terus ke arah timur hingga zone 60 yang dimulai dari 174° BT hingga 180° BT. Batas lintang di dalam sistem koordinat ini adalah 80 o LS hingga 84° LU. Setiap bagian derajat memiliki lebar 8° yang pembagiannya dimulai dan i 80° LS ke arah utara. Bagian derajat dari bawah LS dinotasikan dimulai dari C, D, E, F, hingga X tetapi huruf I dan 0 tidak digunakan. Jadi, bagian derajat 80° LS hingga 72° LS diberi notasi C, 72° LS hingga 64° LS diberi notasi D, 64° LS hingga 56° LS diberi notasi E, dan seterusnya. Setiap zone UTM memiliki sistem koordinat sendiri dengan titik nol sejati pada perpotongan antara meridian sentralnya dengan ekuator. Dan, untuk menghindari koordinat negatif, meridian tengah diberi nilai awal absis x 500,000 meter. Untuk zone yang terletak di bagian selatan ekuator LS, juga untuk menghindari koordinat negatif, ekuator diberi nilai awal ordinat y 10,000,000 meter. Sedangkan untuk zone yang terletak di bagian utara ekuator, ekuator tetap memiliki nilai ordinat 0 meter. Gambar 2.11 Pembagian Zone UTM sumber Earth20 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 2.12 Salah Satu Zone UTM Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zone UTM, mulai dari meridian 90° BT hingga meridian 144 BT dengan batas paralel lintang 11 LS hingga 6° LU. Dengan demikian, wilayah Indonesia dimulai dari zone 46 meridian sentral 93° BT hingga zone 54 meridian sentral 141° BT.

2.19. Project dalam ArcView

Dokumen yang terkait

EVALUASI KINERJA BUNDARAN DENGAN METODE MKJI 1997 (STUDI KASUS BUNDARAN MASTRIP JEMBER)

8 29 21

EVALUASI KINERJA BUNDARAN DENGAN METODE MKJI 1997 (STUDI KASUS BUNDARAN MASTRIP JEMBER)

1 7 21

ANALISIS PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DENGAN METODA MKJI ANALISIS PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DENGAN METODA MKJI (STUDI KASUS SIMPANG BBERSINYAL UIN KALIJAGA YOGYAKARTA).

0 2 19

Studi Perbandingan Tingkat Kinerja Jalan Lembong, Bandung Menggunakan Metode MKJI 1997 Sebelum dan Setelah Rekayasa Lalu Lintas Di Persimpangan Jalan Braga - Jalan Suniaraja.

0 1 16

PEMETAAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN ( STUDI KASUS BUNDARAN WARU ) DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

1 10 101

PEMETAAN KONDISI ARUS LALU LINTAS PADA RUAS JALAN BASUKI RAHMAT KECAMATAN TEGAL SARI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

0 0 93

PEMETAAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN ( STUDI KASUS BUNDARAN WARU ) DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS AKHIR - PEMETAAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN ( STUDI KASUS BUNDARAN WARU ) DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

0 0 16

PEMETAAN KONDISI ARUS LALU LINTAS PADA RUAS JALAN BASUKI RAHMAT KECAMATAN TEGAL SARI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

0 0 14

PEMETAAN KINERJA LALU LINTAS BUNDARAN WARU SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE MKJI TUGAS AKHIR - PEMETAAN KINERJA LALU LINTAS BUNDARAN WARU SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE MKJI

1 3 20

Analisa Kinerja Lalu Lintas Akibat Pembangunan Underpass Di Simpang Bundaran Dolog Kota Surabaya - ITS Repository

0 0 257