Cara Mengukur Kekuatan Motivasi Memanfaatkan Layanan

46 perilaku yang timbul, tujuan yang dituju, pengaruh orang tua, guru dan fasiltas, serta teman yang dapat mendorong sesorang berbuat sesuatu. Keterkaitan dalam proses layanan bimbingan dan konseling, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri konseli, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri konseli. Peneliti sependapat dengan teori Yudrik Jahya karena menjelaskan faktor internal dan eksternal secara lengkap. Faktor-faktor internal yang berpengaruh meliputi: kebutuhan, perilaku yang timbul, tujuan yang dituju. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam motivasi memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling meliputi: pengaruh orang tua, guru dan fasiltas, serta teman yang dapat mendorong sesorang berbuat sesuatu.

5. Cara Mengukur Kekuatan Motivasi Memanfaatkan Layanan

Bimbingan dan Konseling Motivasi merupakan suatu kekuatan yang ada pada setiap individu, namun tidaklah merupakan suatu hal yang dapat diamati secara langsung. Akan tetapi hal yang bisa dilakukan ialah mengidentifikasi beberapa ciri- ciri maupun indikatornya. Menurut Winter Sri Mulyani Martaniah, 1984: 44 untuk mengukur motif, cara yang dapat ditempuh dengan melihat ciri-ciri perilaku yang bertujuan yang termotivasikan. Ada tujuah 47 ciri perilaku yang diambil sebagai dasar pengukuran motif. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: a. Jika tujuan sudah dekat perilaku makin nyata, sehingga semakin mudah untuk diramalkan, b. Perilaku bervariasi menurut kondisinya, terutama jika terjadi halangan atau hambatan, c. Peningkatan kemantapan yang dapat dilihat dari performasi yang menunjukan kecepatan, keefisienan yang meningkat, atau peningkatan performasi yang lain, d. Laporan dari individu yang termotivasikan, apakah menurut yang bersangkutan yang menjadi motif perilakunya, e. Tanggapan emosional dalam menghadapi dan mencapai tujuannya, f. Sifat pilihan dan perhatian, g. Bagaimana gambaran kognitifnya yang mengandung tujuan dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan itu, apakah antisipasinya negatif atau positif, dan bagaimana kepekaan pengamatannya mengenai obyek-obyek yang bertujuan. Pendapat dari Makmun 2004: 40 memaparkan bahwa identifikasi indikator kekuatan motivasi, antara lain: a. Durasinya kegiatan berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan; b. Frekuensinya kegiatan berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu; c. Persistensinya ketetapan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan; d. Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan dalam mencpai tujuan; e. Devosi pengabdian dan pengorbanan uang, tenaga, pikiran, bahkan jiwanya atau nyawanya untuk mencapai tujuan; 48 f. Tingkatan aspirasinya maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target, dan idolanya yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; g. Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatannya berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak; h. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan like or dislike; positif atau negatif. Setelah melihat indikator-indikator tesebut, berbagai teknik pendekatan dan pengukuran tertentu dapat dipergunakan, antara lain: a. Tes tindakan performance test disertai observasi untuk memperoleh informasi dan data tentang persistensi, kueletan, ketabahan, dan kemampuan menghadapi masalah, durasi dan frekuensinya: dalam hal ini berbagai eksperimen dapat dilakukan; b. Kuesioner dan inventori terhadap subyeknya untuk mendapat informasi tentang devosi dan pengorbanannya, aspirasinya; c. Mengarang bebas untuk mengetahui cita-cita dan aspirasinya; d. Tes prestasi dan skala sikap untuk mengetahui kualifikasi dan arah sikapnya. American Encyclopedia Malayu Hasibuan, 2008: 96 menjelaskan bahwa motivasi meliputi kebutuhan biologis dan emosional yang dapat diduga dari pengamatan tingkahlaku manusia. Pendapat tersebut 49 menekankan bahwa motivasi seseorang dapat diamati observasi melalui tingkah laku terhadap obyek yang diikutinya. Pengukuran motivasi kerja dapat diketahui dengan melakukan survei dalam bidang masalah tertentu menggunakan kuesioner Fitriana Purnamasari, 2013: 10. Motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu dapat diukur melalui kuesioner. Berdasarkan paparan ahli di atas, cara mengukur motivasi dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dapat melalui tes tindakan, kuesioner dan inventori, skala sikap, pengamatan observasi, dan angket motivasi memanfaatkan layanan BK. Secara umum, cara mengukur kekuatan motivasi dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dapat melalui teknis tes dan teknis non tes.

C. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling