Hakikat Pengetahuan Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan

Perbedaannya adalah jika keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatik diikutinya adalah peraturan yang berupa agama.Adapun ke’yakinan melalui kemampuan kejiwaan manusia yang merupakan pematangan maturation dari kepercayaan.Kepercayaan itu bersifat dinamis dan mampu menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi, sedangkan keyakinan sangat statis, kecuali ada bukti-bukti yang akurat dan sesuai untuk kepercayaannya.

2.1.7. Hakikat Pengetahuan

Menurut Bakhtiar 2004 pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya survival. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan- kebutuhan kelangsungan hidup ini. Manusia memikirkan hal-hal baru karena manusia bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu. Manusia mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna kepada kehidupan, manusia memanusiakan diri dalam hidupnya, dan masih banyak lagi pernyataan semacam ini. Semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu dalam hidupnya yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya dan pengetahuan ini jugalah yang mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di muka bumi ini. Universitas Sumatera Utara Pengetahuan mampu dikembangkan manusia yang disebabkan dua hal utama, yakni pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan dengan cepat adalah kemampuan berfikir menurut alur kerangka berfikir tertentu. Hakikat pengetahuan meliputi apa itu pengetahuan dan bagaimana memperoleh pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental mental state. Mengetahui sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu objek atau menyusun gambaran tentang fakta yang ada di luar akal. Persoalannya kemudian adalah apakah gambaran itu sesuai dengan fakta atau tidak. Bakhtiar 2004 juga mengungkapkan dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan, yaitu: a. Realisme Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata dari fakta atau hakikat. Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah cetakan dari yang asli yang ada di luar akal.Hal ini tidak berbeda seperti gambaran yang terdapat dalam foto.Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan. Ajaran realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau cara lain, ada hal-hal yang hanya terdapat di dalam, tentang dirinya sendiri, dan yang hakikatnya tidak Universitas Sumatera Utara terpengaruh oleh seseorang. Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang bisa salah melihat benda-benda atau seseorang melihat terpengaruh oleh keadaan sekelilingnya.Namun, mereka paham ada benda yang dianggap mempunyai wujud tersendiri dan ada benda yang tetap kendati diamati.Realisme sangat diperlukan dengan alasan bahwa dengan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam pikiran.Kesulitan pikiran tersebut adalah pendapat yang mengatakan bahwa tiap- tiap kejadian dapat diketahui hanya dari segi subjektif.Pernyataan itu tidak benar sebab adanya faktor subjektif bukan berarti menolak faktor objektif. Realisme dianggap penting dengan alasan bahwa dengan memberi pertimbangan-pertimbangan yang positif.Umumnya, orang beranggapan bahwa tiap-tiap benda mempunyai satu sebab. Contohnya apa yang menyebabkan seseorang sakit. Biasanya orang puas ketika orang menjawab karena kuman.Sebenarnya sebab sakit itu banyak karena ada orang yang bersarang kuman dalam tubuhnya, tetapi orang itu tidak sakit.Dengan demikian, penyakit seseorang itu mungkin disebabkan keadaan badannya, iklim, dan sebagainya.Prinsip semacam ini digunakan untuk mempelajari agama karena adanya perasaan yang subjektif dan tidak berarti tidak adanya keadaan yang objektif. b. Idealisme Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan terhadap seorang idealis hanya merupakan gambaran subjektif Universitas Sumatera Utara dan bukan gambaran objektif tentang realistis.Subjektif dipandang sebagai suatu yang mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut.Karena itu, pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran.Pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui subjek. Realisme mempertajam perbedaan antara yang mengetahui dan yang diketahui, sedangkan idealisme adalah sebaliknya.Pendapat mengenai idealisme menegaskan dunia dan bagian-bagiannya harus dipandang sebagai hal-hal yang mempunyai hubungan seperti organ tubuh dengan bagian-bagiannya.Dunia merupakan suatu kebulatan dan bukan kesatuan mekanik, tetapi kebulatan organik yang sesungguhnya sedemikian rupa sehingga suatu bagian darinya dipandang sebagai kebulatan logis dengan makna inti yang terdalam. Premis pokok yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa yang mempunyai kedudukan utama dalam alam semesta. Idealisme tidak mengingkari adanya materi, namun materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat karena seseorang yang akan memikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam, orang tersebut harus memikirkan roh dan akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya materi itu, orang itu harus meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah materi itu. Realisme dan idealisme memiliki kelemahan-kelemahan tertentu.Realisme ekstrim bisa sampai pada monisme materialistik atau dualisme. Seorang pengikut materialisme mengatakan jika demikian halnya, sudah tentu dapat juga dikatakan bahwa jiwa dan materi sepenuhnya sama. Realisme tidak mementingkan subjek Universitas Sumatera Utara sebagai penilai, tetapi hanya memfokuskan pada objek yang dinilai.Padahal, subjek yang menilai memiliki peranan penting dalam menghubungkan antar objek dengan ungkapan tentang objek tersebut. Idealisme subjektif juga akan menimbulkan kebenaran yang relatif karena setiap individu berhak untuk menolak kebenaran yang datang dari luar dirinya yang akibatnya kebenaran yang bersifat universal tidak diketahui. Aturan-aturan agama dan kemasyarakatan hanya bisa benar untuk kelompok tertentu dan tidak berlaku terhadap kelompok lain. Idealisme terlalu mengutamakan subjek sebagai si penilai dengan merendahkan objek yang dinilai karena subjek yang yang menilai kadangkala berada pada keadaan yang berubah-ubah seperti sedang marah dan gembira. Menurut Surajiyo 2010 hakikat pengetahuan ada empat, yaitu rasionalisme, empirisme, kritisme, dan positivisme. a. Rasionalisme Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio atau akal.Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akal yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak, yaitu syarat yang dipakai oleh semua pengetahuan ilmiah.Pengalaman hanya dapat dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang didapatkan oleh akal.Akal dapat menurunkan kebenaran daripada dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas pertama yang pasti.Metode yang diterapkan adalah deduktif.Teladan yang dikemukakan adalah ilmu pasti. Universitas Sumatera Utara b. Empirisme Aliran ini berpendapat bahwa empiris atau pengalamanlah yang menentukan terbentuknya pengetahuan, baik pengalaman batiniah maupun yang lahiriah.Akal bukan menjadi sumber pengetahuan, tetapi akal mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.Metode yang diterapkan adalah induksi.Pengalaman merupakan ukuran terakhir dari kenyataan. Pernyataan tentang fakta adalah hubungan di antara benda dan sama banyaknya dengan pengalaman khusus yang diperoleh secara langsung dengan indra. c. Kritisme Penyelesaian pertentangan antara rasionalisme dan empirisme hendak diselesaikan oleh Immanuel Kant dengan kritismenya.Menurut Immanuel Kant peranan budi sangat besar sekali dalam hakikat kritisme. d. Positivisme Positivisme bermula dari apa yang telah diketahui, yang faktual, dan yang positif. Segala uraian dan persoalan yang di luar apa yang ada sebagai fakta atau kenyataan dikesampingkan. Oleh karena itu, metafisika ditolak.Apa yang orang ketahui secara positif adalah segala yang tampak dan segala gejala. Arti segala ilmu pengetahuan adalah mengetahui untuk dapat melihat ke masa depan. Jadi, kita hanya dapat menyatakan fakta-faktanya dan menyelidiki hubungan satu dengan yang lain. Tidak berguna untuk menyatakan kepada hakikatnya atau kepada penyebab sebenarnya dari gejala-gejala itu.Orang harus menentukan syarat-syarat dengan fakta-fakta tertentu dan menghubungkan fakta-fakta itu menurut persamaan dan urutannya. Universitas Sumatera Utara

2.1.8. Metode Memperoleh Pengetahuan

Dokumen yang terkait

Gambaran Faktor Risiko pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2014

5 27 103

Pengaruh Blog Edukatif Tentang Hipertensi Terhadap Pengetahuan Tentang Hipertensi dan Perilaku Diet Hipertensi pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta

0 4 10

PENGARUH BLOG EDUKATIF TENTANG HIPERTENSI TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DAN PERILAKU DIET HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA

0 3 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN DIIT HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS ANDONG KABUPATEN BOYOLALI

0 3 7

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO KABUPATEN PACITAN Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Donorojo Kabupaten Pacitan.

0 3 16

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARTASURA Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan Penderita Hipertensi Di Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 2 17

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARTASURA Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan Penderita Hipertensi Di Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 2 14

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP PERAWATAN HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI

0 0 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIPERTENSI DENGAN TINGKAT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BANYU URIP SURABAYA TAHUN 2017 SKRIPSI

0 0 27

GAMBARAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA PASIEN PEREMPUAN DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA

0 3 28