Faktor Risiko Hipertensi 1. Defenisi Faktor Risiko Hipertensi
2.4. Faktor Risiko Hipertensi 2.4.1. Defenisi Faktor Risiko Hipertensi
Menurut Mansoor 2001 faktor risiko hipertensi merupakan karakteristik, tanda atau kumpulan gejala penyakit hipertensi yang secara statistik berhubungan
dengan peningkatan kejadian kasus hipertensi. 2.4.2. Faktor Risiko Hipertensi
Menurut Mansoor 2001 faktor-faktor risiko hipertensi adalah sebagai
berikut:
a. Usia
Kejadian tertinggi pada usia 30-40 tahun. Kejadian tiga kali lebih besar pada orang kulit hitam dan 5 kali lebih besar untuk wanita kulit hitam.
b. Jenis Kelamin
Komplikasi hipertensi meningkat pada laki-laki. c.
Keturunan Riwayat keluarga yang menunjukkan adanya tekanan darah yang tinggi
merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi di masa yang datang. Tekanan darah pada dewasa tingkat pertama,
yaitu orang tua dan saudara kandung yang dikorelasikan terhadap umur dan jenis kelamin tampak pada semua tingkat tekanan darah.
Pembahasan lebih lanjut menunjukkan bahwa fenomena ini dapat ditelusuri sejak masa kanak-kanak. Misalnya dalam kajian Tecumseh, kelompok
Universitas Sumatera Utara
orang yang berumur empat puluh tahun yang tekanan darahnya meningkat mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi daripada keadaan normal pada saat
mereka berusia tujuh tahun. Walaupun pembahasan itu efektif dalam memperkirakan pengalaman kelompok, kemampuan untuk memperkirakan
tekanan darah orang dewasa pada masa kanak-kanak masih terbatas. d.
Faktor Genetika Dasar genetika terhadap tekanan darah tinggi telah didukung oleh
penelitian eksperimental dan beberapa penyakit monogen pada manusia telah dipaparkan.Hipertensi secara umum masih dianggap sebagai poligen. Sejumlah
besar gen calon pembawa hipertensi sedang diselidiki terutama enzim pengubah angiotensin II ACE II dan polimorfisme gen angiotensinogen. Penggunaan
genetika molekuler mungkin dalam waktu dekat dapat meningkatkan kemampuan kita untuk secara lebih spesifik memperhatikan beberapa orang yang rentan
tekanan darah tinggi. Beberapa ciri fenotipe telah diselidiki terhadap sejumlah orang yang
normotensi dan yang hipertensi, baik dalam riwayat keluarganya terdapat peningkatan tekanan darah atau pun tidak. Ciri-cirinya adalah adanya beberapa
sistem transport-membran kation seperti ko-transpor natrium-kalium dan ko- transpor litium-kalium
e. Obesitas
Meningkatnya berat badan pada masa anak-anak atau usia pertengahan dapat meningkatkan risiko hipertensi. Obesitas yang ditunjukkan oleh kenaikan
lingkar pinggang terhadap panggul secara positif telah dikorelasikan dengan
Universitas Sumatera Utara
hipertensi pada beberapa populasi. Beberapa kajian menyatakan adanya hubungan peningkatan insulin dengan
tekanan darah, baik pada populasi obesitas maupun populasi non obesitas. Resistensi insulin telah ditemukan pada keturunan yang sehat dari pasien
penderita hipertensi dan pada orang yang kurus pengidap normotensi peka garam. Hal ini menunjukkan bahwa resistensi insulin sudah ada sebelum berkembangnya
hipertensi pada orang yang mempunyai kecenderungan secara genetik. Gemuk yang normal dengan gemuk yang tidak normal sangatlah
berlainan. Gemuk yang normal biasanya hanya merupakan kelebihan berat badan antara 3-5 kg dari berat badan ideal seseorang dan hal ini belum dapat dijadikan
sebagai pedoman bahwa kelebihan berat badan itu dapat memicu timbulnya penyakit hipertensi. Banyak orang-orang yang merasa gemuk tidak normal, yaitu
memiliki berat badan di atas normal, misalnya kelebihan berat badan sampai mencapai 30-40 dari berat idealnya. Hal ini cenderung terserang hipertensi.
Selain itu, keadaan gemuk yang berlebihan akan menyulitkan upaya pengembalian kesehatan.
Orang yang gemuk sudah pasti berat badannya melebihi batas normal dan akan menyulitkan pada saat pertolongan, misalnya terlalu berat untuk diangkat
atau dipindahkan jika sewaktu-waktu pingsan. Berbeda dengan mereka yang hanya kelebihan berat badan beberapa kilogram saja, meskipun kakinya lemas,
tetapi kemungkinan untuk bangkit dan berjalan pelan-pelan masih bisa jika dibandingkan dengan pasien yang kegemukan dengan kondisi yang sama sekali
hanya mampu duduk di kursi roda Irawan Mulyadi, 1998.
Universitas Sumatera Utara
f. Alkohol Minuman Keras
Minuman keras, khusunya yang berkadar alkohol tinggi sangat membahayakan terhadap sirkulasi darah. Hal ini disebabkan karena alkohol
mengandung suatu unsur yang bersifat membakar sehingga jika masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan panas dan ini menyebabkan tekanan darah menjadi
tinggi. Selain itu, alkohol juga mengganggu dan merusak karbohidrat dan dapat menyebabkan paru-paru terbakar, ginjal rusak, jantung bocor, dan lain sebagainya
akibat dari minuman berkadar alkohol tinggi. Jadi, peminum berat atau pecandu alkohol sudah pasti organ tubuhnya tidak akan sempurna.
Alkohol juga merupakan salah satu faktor risiko tinggi yang mampu menimbulkan hipertensi dan memperbasar kemungkinan timbulnya trombosis,
khususnya terhadap peminum yang berat.Selain itu, seringnya meminum minuman berkadar alkohol tinggi juga menyebabkan terjadinya dehidrasi
kekurangan cairan yang seringkali diikuti oleh muntah-muntah dan menyebabkan terjadinya viskositas darah Irawan Mulyadi, 1998.
Beberapa orang yang mengkonsumsi minuman keras selalu berkaitan dengan tekanan darah tinggi, seperti yang ditunjukkan oleh kajian penelitian
maupun kajian observasi.Efek akut dan kronis telah dilaporkan dan tidak tergantung pada obesitas, merokok, kegiatan fisik, jenis kelamin, maupun umur.
Jika minuman keras diminum sedikitnya dua kali per hari, TDS naik kira-kira 1,0 mmHg 0,13 kPa dan TDD kira-kira 0,5 mmHg 0,07 kPa per satu kali minum.
Peminum harian ternyata mempunyai TDS dan TDD lebih tinggi, berturut-turut
Universitas Sumatera Utara
6,6 mmHg 0,89 kPa dan 4,7 mmHg 0,63 kPa dibandingkan dengan peminum yang hanya sekali seminggu.
g. Serum lipid
Meningkatnya triglycerida atau kolesterol peningkatan LDL dan penurunan HDL meningkat pada risiko dari hipertensi. Kolesterol berkadar
tinggi dalam darah merupakan penyebab pembentukan lemak dalam tubuh, termasuk juga dalam pembuluh darah. Lemak dalam darah dapat dibagi menjadi 4
kelompok, yaitu trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan bagian lemak yang kurang berperan. Di antara empat jenis lemak itu, kolesterol yang dapat dikatakan paling
berbahaya karena sering menjadi penyebab utama hipertensi dan penyakit jantung. Ada dua macam kolesterol utama dalam tubuh, yaitu Low Density
Lipoprotein LDL yang sering disebut sebagai kolesterol jahat dan High Density Lipoprotein HDL atau yang disebut sebagai kolesterol baik. LDL mengangkut
hampir 70 total kolesterol darah yang dibawa dari hati menuju sel-sel di seluruh tubuh yang membutuhkannya dan jenis kolesterol ini dibawa oleh Apo-8.
Kemudian untuk HDL mengangkut hampir 20 total kolesterol darah dan berasal dari sel-sel tubuh yang sudah tidak terpakai dibawa kembali menuju ke hati
sehingga mencegah terjadinya penumpukan lemak jenuh. HDL diangkut oleh Apo-A1. Peningkatan kolesterol total antara jumlah LDL dan HDL biasanya
disebabkan karena meningkatnya jumlah kolesterol LDL. Kolesterol di dalam darah sangat dipengaruhi oleh pola makan dan
metabolisme tubuh. Produk-produk makanan yang berasal dari hewan seperti susu, keju, kuning telur, daging berlemak serta yang lainnya merupakan sumber
Universitas Sumatera Utara
utama kolesterol, sedangkan makanan yang bersifat nabati seperti sayur-sayuran dan buah-buahan sama sekali tidak mengandung kolesterol, kecuali beberapa jenis
buah-buahan seperti kelapa, alpukat, durian, dan lain-lain. Kolesterol menimbulkan akumulasi penambahan lemak dalam darah.
Bila dibiarkan terus-menerus tanpa terkendali dan tanpa upaya menanggulangi akibatnya akan terjadi penyempitan pembuluh darah dan sudah pasti hal itu akan
memperberat kerja jantung dalam memompa darah untuk bersirkulasi ke seluruh organ tubuh. Kalau sudah demikian dapat dipastikan akan terjangkit penyakit
hipertensi. Hal seperti ini akan lebih buruk lagi bila ditambah dengan kebiasaan yang merugikan, seperti merokok, kurang aktivitas gerak kurang berolahraga
dan cenderung lebih suka makan enak. Jika hal seperti di atas berlangsung secara terus-menerus, maka
penimbunan lemak akan berlangsung terus dan ini menyebabkan penebalan pembuluh darah berlangsung cepat karena tidak pernah diubah menjadi energi
kinetik yang disebabkan kurang gerak, sedangkan nikotin rokok mempercepat korosi atau pengeroposan pembuluh darah.
Hasil riset para medis yang telah dilakukan membuktikan bahwa kadar lemak darah atau kolesterol berlebihan cenderung mengacu pada penyakit
hipertensi dan akhirnya akan berakibat stroke. Oleh karena itu, untuk mengetahui berapa besar kadar kolesterol yang dimiliki setiap orang maka dilakukan
pengambilan darah untuk pemeriksaan dan sebaiknya dilakukan setelah berpuasa. Jika ternyata kolesterol memang telah meninggi segeralah diantisipasi Irawan
Mulyadi, 1998.
Universitas Sumatera Utara
h. Diet Faktor Nutrisi
a. Natrium klorida
Kajian eksperimental dan pengamatan menunjukkan bahwa asupan natrium klorida yang melebihi kebutuhan fisiologi bisa menimbulkan hipertensi.
Hubungan antara pengeluaran natrium melalui urin dan tekanan darah akan semakin nyata dengan bertambahnya umur. Intisari 14 kajian berdasarkan
populasi menghasilkan kemiringan-regresi gabungan untuk TDS dan TDD berturut-turut sebesar 3,7 mmHg 0,49 kPa dan 2,0 m24 kajian mHg 0,27 kPa
per 100 mmol natrium melalui urin per hari. Analisis lain yang mencakup 24 kajian pengamatan, kemiringan yang dihitung untuk regresi TDS dan TDD
berdasarkan perkiraan asupan natrium harian berturut-turut adalah 4,9 mmHg 0,65 k Pa dan 1,8 mmHg 0,24 kPa per 100 mmol natrium pada orang berusia
20-29 tahun,sedangkan pada usia 60-69 tahun adalah 10,3 mmHg 0,4 kPa dan 2,9 mmHg 0,39 kPa per 100 mmol natrium.
b. Kalium
Berbagai kajian telah mengidentifikasi adanya hubungan terbalik antara tekanan darah dan asupan kalium melalui makanan. Kajian intersalt menyatakan
bahwa jika pengeluaran kalium meningkat 60 mmolhari melalui urin maka terjadi pengurangan TDS sebesar 2,7 mmHg 0,36 kPa. Tekanan darah lebih erat
kaitannya antara natrium dan kalium dalam urin dibandingkan dengan salah satu elektrolit. Analisis intersalt menunjukkan bahwa pengurangan kalium-natrium
urin selama 24 jam dari 3:1 170 mmol natrium55 mmol kalium menjadi 1:1 70
Universitas Sumatera Utara
mmol natrium70 mmol kalium berkaitan dengan pengurangan TDS sebesar 3,4 mmHg 0,45 kPa.
c. Mikronutrisi Lain
Peranan mikronutrisi lain seperti kalsium, magnesium, dan seng dalam menentukan tekanan telah diteliti pada beberapa populasi dan kajian intervensi,
tetapi peranan bebas yang utama dari mikronutrisi yang menentukan risiko hipertensi di masa depan belum diketahui.
d. Makronutrisi
Meskipun kajian pengamatan menunjukkan adanya hubungan beberapa makronutrisi lemak, asam lemak, karbohidrat, serat, dan protein dengan tekanan
darah belum terdapat bukti hubungan sebab akibat dengan hipertensi.Selain itu terdapat sedikit bukti bahwa keragaman jangka pendek yang relatif dalam asupan
makronutrisi dapat mempengaruhi tekanan darah pada penderita normotensi atau hipertensi ringan.
i. Kegiatan fisik yang Minimal
Orang normotensi serta kurang gerak dan tidak bugar mempunyai risiko 20-50 lebih besar untuk terkena hipertensi selama masa hidupnya jika
dibandingkan dengan orang yang lebih aktif dan bugar.Olahraga aerobik secara teratur yang cukup untuk mencapai kebugaran fisik ternyata bermanfaat, baik
untuk mencegah hipertensi maupun untuk menangani masalah hipertensi.Hubungan antara tekanan darah dan kegiatan aerobik tetap ada,
sekalipun telah disesuaikan dengan faktor umur, jenis kelamin, indeks massa- badan, dan kegiatan di tempat kerja.
Universitas Sumatera Utara
j. Faktor Lingkungan
Adanya polusi udara, polusi suara, dan air yang tercemar ternyata telah diindikasikan sebagai faktor penyebab tekanan darah tinggi.Meskipun diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Melindungi masyarakat dari polusi merupakan skala prioritas dengan alasan bahwa selain mempengaruhi kesehatan
dengan banyak cara, polusi juga memiliki pengaruh besar terjadinya hipertensi. k.
Faktor Psikososial Terdapat bukti bahwa berbagai bentuk stres yang akut dapat meningkatkan
tekanan darah, tetapi hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa stres jangka panjang mempunyai efek jangka panjang juga.Tekanan darah yang tinggi ternyata
dapat terjadi pada orang yang tenang, tidak mudah marah, dan pada orang yang tidak mempunyai kekhawatiran.Selain itu, hipertensi juga terjadi pada orang yang
gelisah atau pada orang yang memiliki emosi yang meledak.Meskipun demikian, tekanan di tempat kerja atau di rumah juga dapat menjadi penyebab hipertensi
yang penting bagi beberapa orang, meskipun tidak untuk setiap orang. Istilah hipertensi digunakan di kalangan medis yang sama artinya dengan
tekanan darah tinggi. Namun, hal ini tidak berarti bahwa setiap orang yang merasa tegang sudah pasti akan memiliki tekanan darah tinggi dan tidak berarti
juga bahwa sebagian besar orang yang mempunyai tekanan darah tinggi merasa tegang. Tekanan darah akan turun selama tidur yang normal, baik pada orang
dengan tekanan darah yang normal atau pada orang dengan tekanan darah yang tinggi. Latihan relaksasi juga menurunkan tekanan darah untuk sementara waktu
dan dapat memberi efek jangka panjang yang bermanfaat untuk orang yang
Universitas Sumatera Utara
mempunyai tekanan darah tinggi yang belajar bagaimana menenangkan diri, tetapi tidak ada bukti bahwa perawatan dengan relaksasi saja merupakan alternatif yang
efektif atau aman dibanding perawatan dengan obat untuk orang dengan tekanan darah yang sangat tinggi.
Faktor penyebab stres berbagai jenis, mulai dari memikirkan diri sendiri, tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah dimiliki, tidak puas dengan apa
yang dicapai, dan selalu berusaha untuk mendapat yang lebih banyak lagi merupakan penyebab tumbuhnya gangguan emosi dan stres. Jika hal tersebut
terjadi maka kecenderungan untuk terkena hipertensi, infark jantung, dan jenis penyakit degeneratif yang lain sangatlah mudah. Bahkan orang-orang yang
awalnya telah terkena penyakit degeneratif akan lebih terpicu bila mengalami stres yang berkesinambungan.
Beban pekerjaan yang terlalu berat yang sekiranya tidak sesuai dengan kemampuannya, sering pindah kerja atau mutasi, masalah yang selalu bertumpuk
yang tidak kunjung dapat diselesaikan sering meyebabkan orang terkena stres. Orang yang mengalami stres karena satu dan lain penyebab dapat terkena
hipertensi lebih besar daripada orang yang suka santai dan menganggap segala persoalan mudah diselesaikan.
Hasil riset yang dilakukan oleh The farmingham Study membuktikan bahwa seseorang yang bekerja dalam lingkungan pengawasan yang tidak terlalu
ketat dan tidak terlalu kaku memiliki risiko terkena serangan jantung lebih sedikit dibandingkan jika bekerja pada perusahaan dengan beban kerja yang lebih banyak
pengawasan dan terlalu ketat kedisiplinannya.
Universitas Sumatera Utara
Tubuh manusia telah dilengkapi dengan mekanisme yang mampu menanggulangi stres.Persoalannya adalah mampukah manusia memanfaatkan
kemampuannya untuk menanggulangi stresnya. Stres seharusnya ditanggulangi dengan cara menelusuri permasalahannya, tidak dengan keluh kesa, tidak minum
alkohol sampai mabuk, dan tidak menghabiskan rokok sampai beberapa bungkus sehari. Jika manusia bisa menelusuri berbagai pokok permasalahan yang
menyebabkan diri manusia stres maka faktor terjadinya serangan hipertensi dapat dihindari sedini mungkin.
l. Merokok
Kebiasaan merokok adalah kebiasaan yang tidak baik.Selain tidak bermanfaat dan merugikan kesehatan juga hanya membakar uang secara
percuma.Di samping itu kebiasaan merokok bisa secara mendadak meningkatkan tekanan darah.Racun nikotin, karbon monoksid, dan ribuan zat-zat lain yang
terdapat di dalam rokok yang sudah pasti sangat merugikan.Gangguan akibat kebiasaan merokok itu biasanya dimulai dari batuk-batuk, nyeri di dada, dan bila
sudah menjurus ke hal yang gawat adalah kanker paru-paru. Merokok bukan penyebab tekanan darah tinggi tetapi dapat meningkatkan
risiko yang berkaitan dengan tekanan darah tinggi.Jika seseorang mempunyai tekanan darah yang tinggi dan memiliki kebiasaan merokok, kemungkinan terkena
serangan jantung tiga kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang bukan perokok.Merokok adalah faktor risiko yang besar sehingga menimbulkan penyakit
jantung koroner dan stroke.Selain itu, merokok juga faktor risiko terjadinya kanker mulut, hidung, tenggorokan, paru, kandung kemih, pankreas, asma, dan
Universitas Sumatera Utara
penyakit paru lainnya.Berbeda dengan semua faktor risiko lainnya, merokok juga mempengaruhi teman dan keluarga karena mereka dapat menjadi perokok yang
pasif. Merokok juga menyebabkan zat adrenalin meningkat yang mengakibatkan
detak jantung dan tekanan darah menjadi semakin tinggi. Ditambah lagi jumlah pembuluh darah yang mengeras pun ikut meningkat dan itu sama sekali sangat
tidak menguntungkan terhadap penderita hipertensi. Pengapuran atau pengerasan pembuluh darah yang lebih sering disebut
aterosklerosis juga merupakan akibat dari merokok.Racun nikotin yang dihisap tar juga mengakibatkan berkurangnya volume plasma darah sehingga viskositas
darah menjadi naik darah menjadi lebih pekat yang akibatnya bisa mengacu pada hipertensi.
Menghentikan kebiasaan merokok tidak mudah.Perokok sering mengatakan lebih baimemusatkan pikiran konsentrasiuk tidak makan daripada
tidak merokok. Selain itu, perokok berat akan menjadi mudah tersinggung, frustasi, dan sulit memusatkan pikiran konsentrasi jika kebiasaan merokok
dihentikan sama sekali secara tiba-tiba. Perokok berat pasti bisa menghilangkan kebiasaan merokonya jika ada
kemauan keras.Caranya kurangi posinya secara bertahap. Dari dua belas batang sehari menjadi sepuluh batang, kemudian delapan batang sampai seminimal
mungkin yang pada akhirnya berhenti sama sekali. Jika sangat sulit untuk menghentikan kebiasaan merokok dapat dicari alternatif lain, misalnya dengan
mengunyah permen karet Irawan Mulyadi, 1998.
Universitas Sumatera Utara
m. Minum Obat Antihamil
Pencegahan kehamilan dengan program KB dengan menggunakan obat- obat anti hamil, khusunya yang berbentuk tablet juga merupakan salah satu faktor
terjadinya hipertensi pada sebagian wanita yang meminumnya.Obat pencegah kehamilan generasi pemula umumnya mengandung hormon estrogen yang cukup
tinggi dan sangat tidak baik terhadap sirkulasi darah, tetapi tidak semua tablet kontrasepsi berbahaya. Salah satu misalnya adalah pil kontrasepsi generasi
sekarang yang proses pembuatannya telah diawasi dengan baik dan memiliki kandungan hormon estrogen yang tidak terlalu tinggi sehingga masih
memungkinkan keamanan untuk digunakan terhadap wanita-wanita muda di bawah usia tiga puluh lima tahun.
Walaupun demikian harus perlu tetap diwaspadai.Kaum ibu yang menggunakan pil kontrasepsi untuk mencegah kehamilan seyogyanya jangan
merokok.Jika tergolong peecandu rokok juga usahakan untuk berhenti merokok.Jika pada waktu menggunakan pil KB merasa ada tanda-tanda tidak
beres, seperti migrain dengan gejala disfasia atau gangguan fungsi sensorik otak serta lemas maka penggunaan pil KB harus segera dihentikan.
n. Diabetes Mellitus.
Diabetes mellitus atau kencing manis juga merupakan salah satu penyebab terjadinya serangan hipertensi, terutama bila kadar gula darah dalam tubuh tidak
terkendali dengan baik. Bila kadar gula darah tidak normal, maka akan mengakibatkan penurunan volume plasma darah sehingga konsentrasi hemoglobin
atau sel darah merah meningkat dan cairan darah menjadi lebih pekat.
Universitas Sumatera Utara
Diabetes mellitus atau kencing manis sama bahanya dengan hipertensi. Seseorang yang menderita diabetes mellitus harus segera mengendalikan kadar
gula darahnya secara baik agar selalu terkontrol dan stabil. Kencing manis memang merupakan faktor risiko tinggi terkena serangan otak.
Penurunan berat badan terhadap pasien yang menderita diabetes mellitus khususnya pasien yang gemuk sudah merupakan upaya yang sangat baik untuk
menstabilkan kadar glukosa. Pelaksanaan program pengendalian diabetes mellitus secara teratur antara lain dengan merencanakan pola makan yang baik, berolah
raga, serta pengobatan yang tepat dan akurat maka penyakit kencing manis sudah pasti akan ditanggulangi dengan baik. Dengan demikian terhadap penderita
kencing manis, risiko terkena serangan stroke dapat diminimalkan sekecil mungkin Irawan Mulyadi, 1998.
o. Penyakit Ginjal.
Faktor risiko hipertensi salah satunya adalah penyakit ginjal seperti adanya penyakit parenkim ginjal glomerulonefritis dan gagal ginjal dan penyakit
renovaskuler yang mekanismenya karena perubahan fisiologis yang dipengaruhi oleh berbagai macam penyakit dan beratnya insufisiensi ginjal.Selain itu,
mekanismenya adalah berkurangnya perfusi ginjal karena aterosklerosis atau fibrosis yang membuat arteri renalis menyempit dan menyebabkan tahanan
vaskular perifer meningkat Bareadero, Dayrit, Siswandi, 2008.
Universitas Sumatera Utara