commit to user
penyelenggaraan SIPA dan SIEM dengan menggunakan kerangka berpikir
Message Engineering, Message Packaging
serta
Message Meaning.
Dengan kata lain bahwa makna yang ingin dicapai tergantung dari Komunikator, Saluran,
Ruang dan Waktu serta Manifestasi dalam suatu tindak komunikasi.
1. Alasan Mempelajari Pesan
Purwasito dalam bukunya, Message Studies 2003, menjelaskan mengapa kita mempelajari pesan, yaitu:
1. Karena pada dasarnya integritas sosial dan dinamika masyarakat,
kemajuan dan peradaban serta perkembangan sejarah digerakkan oleh pertukaran pesan.
2. Karena pesan dalam konteks ini didefinisikan sebagai penggerak
kebudayaan, maka sebagai produksi simbolik, pertukaran pesan merambah pada locus individual, locus sosial, lokal maupun global. Pesan dianggap
sebagai kekuatan yang mampu membangun harmoni, solidaritas, integritas, dan kerjasama juga potensial melahirkan kesalahpahaman,
persaingan, iri-dengki, prasangka dan konflik dan peperangan.
2. Fungsi Studi Pesan
Fungsi pesan kembali dirumuskan oleh Purwasito dalam buku Message Studies 2003 adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sarana untuk mengkomunikasikan dan mempertukarkan gagasan
dengan tujuan memperoleh kekuasaan.
commit to user
2. Cara mengintrodusir indentitas individu dan kelompok serta mempertegas
eksistensi. 3.
Alat menjelaskan masalah, peristiwa, gejala, warisan budaya sampai tingkat kedalaman tertentu.
4. Manifestasi gagasan, representasi pembatinan resistensial dan support
maupun keindahan. 5.
Signal tanda-tanda zaman dari alam semesta.
Fokus pada fungsi pesan yang pertama, yakni pesan yang disampaikan memiliki tujuan untuk memperoleh kekuasaan, berarti pesan tersebut berupa
“gagasan yang direkayasa sedemikian rupa, dikemas, dimaknai dan dikirim serta dipertukarkan dalam suatu tindak komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu
”. Dalam penelitian mengenai SIEM dan SIPA ini, peneliti hendak meneliti gagasan-
gagasan yang direkayasa sedemikian rupa, dikemas, dan dimaknai serta dikirim dan dipertukarkan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut, mengacu pada
fungsi pesan pertama, adalah tujuan untuk memperoleh kekuasaan. SIEM dan SIPA selanjutnya diteliti untuk mengetahui tujuan perolehan kekuasaan melalui
penyelenggaraan even tersebut. Dalam perkembangannya, studi pesan, merujuk pada kamus bahasa
Prancis Petit Robert yakni sekumpulan tanda-tanda yang dikelola berdasarkan kode-kode tertentu yang dipertukarkan antara komunikator dan komunikan
melalui saluran
ensemble de
signauxorganisesselonun code
et
qu‟unemetteurtransmet a un recepteurparl‟intermediare d‟un canal
commit to user
ndalempoerwahadiningratan.wordpress.com . Di Prancis pengertian “message”
selalu dihubungkan dengan
semiology
ilmu tentang tanda dan
cybernetique
ilmu tentang dunia maya
.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa gagasan Komunikator yang dipertukarkan atau dikomunikasikan kepada
Komunikan berwujud tanda-tanda tertentu, yang isinya mengandung maksud tertentu, dengan sengaja disalurkan oleh Komunikator kepada Komunikan untuk
mendapatkan hasil tertentu kekuasaan yang biasanya telah ditetapkan. Dalam konteks pelaksanaan event SIPA dan SIEM, peneliti ingin mengetahui apakah
gagasan Komunikator yang dipertukarkan dalam bentuk tanda-tanda tertentu, dengan unsur kesengajaan untuk disalurkan kepada Komunikan, memang
bertujuan untuk mendapatkan sesuatu yang telah ditetapkan Komunikator. Jika benar memang ditujukan untuk mendapatkan sesuatu, apakah sesuatu yang
hendak dituju tersebut.
C. Budaya
1. Konsep Budaya
Kata „kebudayaan‟ berasal dari bahasa Sansekerta
buddhayah
, yaitu bentuk jamak dari
buddhi
yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian, ke- budaya-
an dapat diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Namun ada pula yang menyebutkan bahwa
budaya
sebagai suatu perkembangan dari majemuk
budi-daya
yang berarti “daya dari budi”. Karena itu ada pembedaan kata “budaya” dari “kebudayaan”. Demikianlah menurut Koentjaraningrat,
“budaya” adalah “daya dari budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa. Sedangkan
commit to user
“kebudayaan” adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu Koentjaraningrat, 1990:181.
Jika Koentjaraningrat melihat budaya dari perspektif akar katanya, maka Marsella Samovar, 2001 melihat budaya dari sudut pandang pewarisan budaya.
Marsella menyatakan:
“
Culture is shared learned behavior which is transmitted from one generation to another for purposes of promoting individual and social
survival, adaptation, and growth and development. Culture has both external e.g,.artifacts, roles institution and internal representation e.g.,
values, attitudes, beliefs, cognitiveaffectivesensory styles, consciousness
pattern, and epistemology” Budaya adalah perilaku yang dipelajari yang diwariskan dari satu generasi
ke yang lain, bertujuan untuk meningkatkan nilai bertahan, adaptasi, pertumbuhan, dan perkembangan individu dan sosial. Budaya memiliki
representasi ekternal artifak, peraturan institusi dan internal nilai, tingkah laku, kepercayaan, bentuk kognitifafektif sensoris, pola
kesadaran, dan epistemologi.
Sehingga dari perspektif Koentjoroningrat dan Marsella dapat disimpulkan bahwa kebudayaan tersebut berasal dari cipta, rasa dan karsa manusia yang
terepresentasi secara eksternal dan internal. Budaya dipelajari dan kemudian diwariskan dari generasi ke generasi dengan tujuan untuk meningkatkan nilai
bertahan, adaptasi, pertumbuhan dan perkembangan individu dan sosial. Membandingkan konsep budaya Koentjoroningrat dengan Lustig, peneliti
menemukan kesesuaian pendapat dari keduanya. Budaya dalm pandangan Lustig dipandang sebagai keseluruhan cara hidup seseorang didalam suatu komunitas
commit to user
tertentu, dimana terdapat berbagai macam aspek. Antara lain: sistem nilai, sistem sosial, dan lain-lain. Terdapat tiga komponen dalam pola budaya, yaitu Lustig,
1993: a.
Beliefs
Kepercayaan adalah suatu gagasan di mana orang-orang berasumsi mengenai apa yang benar di dunia ini. Kepercayaan juga merupakan
serangkaian interpretasi yang dipelajari yang membentuk basis bagi anggota kebudayaan untuk memutuskan apa yang logis atau tidak, apa
yang benar atau salah. b.
Values
Budaya tidak hanya sebagai pembeda kepercayaan tapi juga nilai-nilai. Nilai mengikutsertakan apa yang suatu budaya anggap baik atau buruk,
benar atau salah, adil atau tidak, bersih atau kotor, cocok atau tidak cocok, dan lainnya. Karena nilai-nilai adalah
desired characteristics
atau tujuan
dari sebuah
budaya, nilai-nilai
budaya tidak
harus menggambarkan perilaku dan karakterisitik yang sesungguhnya.
Walaupun begitu, nilai-nilai sering ditawarkan sebagai penjelasan terhadap bagaimana orang berkomunikasi
c.
Norms
Manifesitasi yang keluar dari nilai-nilai dan kepercayaan adalah norma, yang secara sosial mengharapkan suatu perilaku yang seharusnya. Ketika
tingkah laku seseorang bertentangan dengan norma budaya, maka sanksi
commit to user
sosial pun akan diberlakukan. Norma, seperti halnya bilai, juga bervariasi antar budaya tergantung intensitas dan kepentingannya.
2. Karakteristik budaya