62
tekanan jumlah penduduk dan lingkungan fisik maupun non fisik seperti harga gula dan kebijakannya yang kurang kondusif. Namun setelah tahun
1998, dengan kondisi lingkungan fisik yang sangat mendukung untuk mencapai produksi mendekati potensinya telah merangsang kembali
perluasan area perkebunan tebu, meskipun secara signifikan baru terlihat dari pengunaan lahan tegalan.
Luas areal pengelolaan tebu di Jawa Timur baik dari sisiluas total yang dimiliki perusahaan maupun dari komposisi luar area tebu sawah,
tebu tegalan, TR maupun TS per periode waktu tahun
perkembangannya sangat dinamis. Karena luas areal perkebunan tebu merupakan variabel dari produksi gula, maka semakin luas areal
pengelolaan tebu akan memberikan kontribusi hasil gula dan lebih besar. Penulis memilih Jawa Timur, karena kontribusi gula Nasional
mencapai lebih dari 50, dan memiliki 31 Pabrik Gula. Pabrik gula mengandalkan tebu dari rakyat. Untuk keberlanjutan industri gula di Jawa
maka Pemerintah mengeluarkan kebijakan Akselerasi Produksi Gula Nasional, biasa dikenal dengan program “Bongkar Ratoon“.
5.2. Pelaksanaan Program Bongkar Ratoon di Jawa Timur
Pabrik Gula dalam kinerjanya sangat tergantung kepada pasokan tebu dari petani sebagai mitra usaha yang diharapkan akan mampu
memberikan pasokan tebu yang memenuhi baik secara kualitas maupun kuantiítas.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
63
Terkait dengan bahan tanaman, ada dua faktor penyebab rendahnya produktivitas. Pertama, varietas yang ditanam umumnya sudah
lama dengan produktivitas yang lebih rendah dibanding varietas baru. Masalah kedua adalah umumnya petani tidak melakukan Bongkar Ratoon
secara berkala sehingga tanaman yang ada sebagian besar berupa tanaman keprasan dengan potensi produktivitas hanya 67
−85 dari tanaman pertama. Kondisi tersebut di Propinsi Jawa Timur sebelum tahun
2003 mencapai lebih dari 65. Keengganan petani untuk melakukan bongkar raton terutama
disebabkan oleh keterbatasan modal. Pergantian tanaman memerlukan modal sekitar Rp 17-20 jutaha diluar sewa lahan. Kebijakan pemerintah
dalam peningkatan produksi gula seiring dengan meningkatnya kebutuhan gula sebagai dampak dari peningkatan jumlah penduduk dan
perkembangan industri yang menggunakan bahan baku gula adalah Bongkar Ratoon yang juga diiringi oleh penguatan modal untuk mampu
mendorong petani dalam melakukan Bongkar Ratoon dengan menanam varietas baru.
Pelaksanaan Program Bongkar Ratoon di Provinsi Jawa Timur berjalan dengan baik yaitu :
1. Pelaksanaan kegiatan pembangunan kebun bibit menggunakan
perbandingan sesuai dengan kondisi penyedian bibit tebu yang berkualitas seperti berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
64
a. Rasio penangkaran KBPU menjadi KBP minimal= 1 : 6 1 Hektar KBPU menjadi 6 Hektar KBP
b. Rasio penangkaran KBP menjadi KBN minimal= 1 : 7 1 Hektar KBP menjadi 7 Hektar KBN
c. Rasio penangkaran KBN menjadi KBI minimal = 1 : 6 1 Hektar KBN menjadi 6 Hektar KBI
d. Rasio penangkaran KBI menjadi KBD minimal = 1 : 7 1 Hektar KBI menjadi 7 Hektar KBD
e. Rasio penangkaran KBD menjadi KTG minimal= 1 : 8 1 Hektar KBD menjadi 8 Hektar KTG
2. Pelaksanaan Bongkar Ratoon mengacu pada Penataan komposisi
tanaman tebu tertata dalam blok-blok pertanaman masak awal, masak tengah, dan masak akhir, yang dibedakan berdasarkan
varietas tebu, di lapangan yang sebelum program komposisi tanaman tebu yang tidak tertata.
3. Adanya program PMUK Penguatan Modal Usaha Kelompok pada
Koperasi Petani Tebu Rakyat yang dimanfaatkan oleh anggotanya. Dengan Bongkar Ratoon akan lebih terjalin kemitraan yang baik
antara petani dan Pabrik Gula, bagi petani kepastian tebang angkutnyapenjualan.
Program Bongkar Ratoon di Provinsi Jawa Timur yang mengarah pada penguatan kelembagaan ditujukan untuk pengutaan modal petani
dalam bentuk pemberian kredit yang dikelola dalam bentuk Koperasi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
65
Petani Tebu Rakyat KPTR di masing masing wilayah Pabrik Gula yang tersebar di 24 Kabupaten tersebut didasarkan padam kondisi antara lain :
1. Dalam berusahatani tebu membutuhkan waktu yang cukup lama
dengan biaya yang cukup tinggi sedangkan petani yang ada di Jawa Timur pada umumnya mempunyai keterbatasan dalam kepemilikan
sumberdaya terutama modal. Dengan Program penguatan modal pada usahatani tebu maka kebutuhan modal usaha akan terpenuhi
dan yang perlu dipikirkan lebih lanjut oleh para petani hanyalah pemenuhan terhadap kebutuhan sehari-harinya,
sehingga kegairahan petani akan lebih dalam melakukan usaha tani tebu
akibat beban yang akan ditanggung oleh petani lebih ringan. 2.
Semakin banyaknya petani yang mempunyai keterbatasan akan modal sehingga banyak lahan sawah yang hanya diusahakan sangat
tradisional dengan hasil yang kurang dapat memberikan keuntungan yang memuaskan, padahal lahan sawah sangat memungkinkan
untuk memberikan hasil dengan diusahakan pada jenis-jenis komoditi yang cukup mempunyai nilai komersial tinggi yang dapat
meningkatkan kesejahteraan petani jika diusahakan secara maksimal. Dengan adanya bantuan pinjaman dalam usahatani tebu
yang cukup memberikan harapan keuntungan yang cukup baik dalam pengelolaan lahan sawah dengan perbandingan jika lahan
yang dimiliki diusahakan sesuai dengan kemampuan modal yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
66
dimiliki sehingga kegairahan petani dalam melakukan usaha tebu lebih tinggi.
Selain itu juga Program Bongkar Ratoon di Provinsi Jawa Timur yang mengarah pada pembangunan Kebun Bibit didasarkan bahwa petani
tebu dalam kegiatan usahatani tebu masih banyak menggunakan bibit yang bukan berasal dari Kebun Bibit sehingga varietasnya bukan
merupakan hasil rekomendasi dari Lembaga Pusat Pengembangan dan Penelitian Gula Indonesia P3GI serta varietasnya beragam sehingga
kematangan optimal saat panen dilakukan tidak optimal yang dapat berpengaruh terhadap rendemen yang dihasilkan. Sebelum adanya
program Bongkar Ratoon di Provinsi Jawa Timur, varietas tebu yang digunakan masih didominasi varietas-varietas unggul lama seperti BZ 148,
BZ132 dan PS 56, yang tentunya sudah mengalami degradasi potensi produksi.
Sasaran dari program akselerasi Bongkar Ratoon sampai dengan tahun 2007 yang ditetapkan oleh pemerintah adalah terpenuhinya
kapasitas produksi gula nasional yaitu 3 juta ton gula kristal, dengan rendemen rata-rata 8,79 dan hablur rata-rata 7,74 ton per hektar. Dari
target produksi tersebut, sekitar 40 atau 1,2 juta ton merupakan target produksi di Jawa Timur sebagai provinsi penghasil gula utama di
Indonesia.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
67
5.3. Dampak Program Bongkar Ratoon di Jawa Timur