Bongkar Ratoon Landasan Teori 1. Budidaya Tebu

43 kewirausahaan sehingga kelompok sasaran mempunyai kewenangan dalam pengelolaannya dengan pengawasan dari Pemerintah di DaerahKabupaten, Provinsi maupan Pusat Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian.

2.2.6. Bongkar Ratoon

Salah satu kegiatan yang paling penting dari program akselerasi adalah kebun bibit, rehabilitasi atau peremajaan perkebunan tebu dikenal dengan bongkar ratoon guna memperbaiki komposisi tanama varietas sehingga produktivitasnya mendekati produktivitas potensia yang diharapkan. Inti dari program bongkar ratoon sebenarnya bukan terletak pada kegiatan peremajaan tanamannya tetapi lebih pada pembangunan dan penguatan lembaga ekonomi milik petani yaitu Koperasi Petani Tebu Rakyat KPTR dengan dana Penguatan Modal Usaha Kelompok PMUK. Dana yang disalurkan, pada saat panen dikembalikan ke KPTR dengan tingkat bunga yang telah disepakati bersama. Melalui kegiatan ini, pengurus dan petani tebu anggota KPTR dilatih dan didampingi untuk mengelola usaha secara profesional, mandiri, dengan mengembangkan prinsip-prinsip kebersamaan, serta dikembangkan sesuai dengan bakat dan kompetensi masing-masing Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 44 Hal penting lainnya adalah kenyataan bahwa sistem produksi tebu membutuhkan pengorganisasian dan disiplin produksi yang tinggi. Sistem produksi tebu membutuhkan blok pertanaman yang teratur, yang ditanam pada pembagian waktu sedemikian rupa setiap tahun, sehingga dapat dibedakan blok pertanaman untuk varietas masak awal, masak tengah, dan masak akhir, yang berkaitan dengan jadwal tebang. Dari sisi teknis budidaya, lahan pertanian seyogyanya tidak ditanami tebu teru-menerus, tetapi perlu sekali-kali diganti dengan tanaman lain agar tingkat kesuburan tanahnya dapat dipertahankan serta untuk meminimalisasi anacaman hama dan penyakit tertentu. Karakteristik program akselerasi untuk on-farm adalah pelaksanaan bongkar ratoon dengan penggantian varietas unggul baru baik bina maupun non bina. Dana bongkar ratoon yang dipinjamkan secara bergulir adalah sebesar Rp. 1.950.000,- per hektar yang diperuntukkan: 1 bongkar sebesar Rp. 1.000.000,-, 2 pengairan sederhana sebesar Rp. 200.000,- dan 3 sarana produksi sebesar Rp. 750.000,- Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2003. Dana ini sebagai stimulan bagi petani agar bisa menjalankan program, meski biaya tersebut jauh dari kebutuhan petani. Petani bersedia mengikuti program dengan menambah kekurangan biaya tanam dengan swadaya petani. Tingkat produktivitas tebu dan kadar gula di Indonesia sangat rendah, dan cenderung makin menurun disebabkan antara lain oleh karena varietas tebu yang ditanam pada saat ini masih didominasi oleh M Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 45 442-51 BZ 148 dan F 154 BZ 132. Kedua varietas tersebut umumnya telah mengalami kemunduran. Salah satu penyebabnya adalah telah terjangkiti penyakit-penyakit sistemik terutama penyakit pembuluh dan kepekaannya terhadap penyakit luka api yang sangat menekan pertumbuhan serta hasil panennya. Tingkat infeksi penyakit pembuluh di pertanaman tebu di Indonesia saat ini sudah mencapai 60-80 , sedangkan serangan penyakit luka api di daerah-daerah tertentu telah mencapai 40. Tingkat serangan penyakit–penyakit tersebut dapat menurunkan hasil tebu dan rendemen yang berarti. Sebagai contoh di Brazil dengan menggunakan bibit sehat dapat menyelamatkan kehilangan produksi sampai 30. Survey yang dilakukan tahun 1998 di afrika Selatan dan sekitarnya menunjukkan bahwa infeksi penyakit pembuluh RSD pada tanaman tebu komersial menyebabkan penurunan hasil 15- 30 pada lahan-lahan beririgasi dan 20-40 pada lahan tegalan. Tingkat penurunan hasil makin tinggi pada kondisi kering yang nyata Bailey dan Farlane, 1999. Kondisi ini tentunya juga dialami pada pertanaman tebu di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari produktivitas hasil yang terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Penyebab lain adalah telah menurunnya potensi hasil tebu dari varietas lama yang disebabkan oleh berbagai sebab, termasuk sebab-sebab fisiologis dan genetis. Upaya menanggulangi kendala penurunan produktivitas hasil, dipandang perlu untuk membenahi tanaman tebu di lapangan dengan varietas-varietas unggul baru dengan bibit bermutu. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 46 Pergantian dan penataan varietas unggul sekaligus diupayakan untuk memberantas penyakit-penyakit tebu sistemik, seperti penyakit jaringan pembuluh ratoon stunting, penyakit luka api smut, mosaik dan penyakit blendok leaf Scald. Victoria et.al. 1999 menginformasikan bahwa penggunaan bibit sehat telah menurunkan tingkat infeksi RSD di pertanaman tebu komersial Columbia dari 15,3 tahun 1981 menjadi 0,9 untuk 1998. Tampaknya untuk program penyehatan tanaman memerlukan waktu yang panjang untuk secara nyata dapat memperbaiki produktivitas hasil. Oleh karena itu program penyediaan bibit bermutu dari varietas-varietas unggul yang direkomendasikan adalah akan sangat berarti. Melalui program Bongkar Ratoon maka perbaikan mutu bibit dan pengunaan varietas tebu unggul dalam rangka peningkatan produksi gula dapat dilakukan. Sumber bibit yang sehat dan murni sejak dari Kebun Bibit Pokok Utama KBPU sampai dengan jenjang Kebun Bibit Datar KBD. P3GI menyelenggarakan penyediaan sumber bibit tingkat Kebun Bibit Pokok Utama, sedangkan PTPNPT menyelenggarakan KBP tersentral, KBN, KBI dan KBD yang dikelola oleh PG-PG di wilayah kerjanya. Pengawasan dan penilaian tingkat mutu bibit di KBP dilaksanakan oleh P3GI, sedangkan KBN, KBI dan KBD oleh Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih BP2MB Perkebunan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 47

2.2.7. Pembangunan Kebun Bibit