Tingkat kesulitas tes Daya Beda Tes

156 analisis dilakukan tidak hanya pada tingkat kesulitan soal tapi pada saat yang bersamaan juga dikalibrasi tingkat tingkat kemampuan sampelrespondensiswa, sehingga untuk setiap butir soal dapat ditentukan sebuah model ideal. Dalam model ini, secara logis, jika sebuah butir tingkat kesulitannya rendah, maka siswa dengan kemampuan tinggi memiliki peluang peluang besar untuk menjawab benar proporsi menjawab benar besar, sebaliknya jika sebuah butir memiliki tingkat kesulitan tinggi, maka siswa yang memiliki kemampuan rendah hanya akan memiliki proporsi menjawab benar yang rendah. Jika tingkat kesulitan butir, setara dengan tingkat kemampuan siswa, maka peluang menjawab dengan benar butir soal tersebut adalah 50. Hubungan antara tingkat kesulitan soal, tingkat kemampuan responsiswa, dan probabilitas menjawab benar sebuah soal dapat digambarkan dengan diagram dibawah ini: Gambar 15. Item Characteristics Curve Gambar diatas adalah kurva model ICC dari satu butir soal yang sebagai contoh memiliki tingkat kesulitan 0 nol logit dalam IRT, tingkat kesulitan butir dan tingkat kemampuan siswaresponden dinyatakan dalam satuan logit yang biasanya terentang dari -4 sampai +4. Sumbu X menggambarkan tingkat kemampuan siswa ability. Sumbu Y menggambarkan proporsi menjawab benar butir soal tersebut. Semakin tinggi tingkat kemampuan siswa semakin IPS SMP KK I 157 ke kanan pada sumbu X, semakin besar proporsi menjawab benar semakin ke atas pada sumbu Y. Tingkat kesulitan dalam teori tes klasik tidak berhubungan dengan kompleksitas kognitif taxonomy kognitif. Soal dengan tingkat kesulitan yang tinggi yaitu sedikit yang mampu menjawab benar, 30 tidak berarti ia menerapkan kompleksitas kognitif yang tinggi, seperti aplikasianalisismencipta, tapi sebatas karena banyak yang tidak mampu menjawab dengan benar, misalnya pertanyaan tentang “apa rumus kimia kopi” mengingatrecalling yang ditanyakan pada para guru IPS .

E. Daya Beda Soal

Daya beda sebuah butir soal adalah sejauh mana butir soal tersebut dapat membedakan antara siswa yang kompeten dan yang kurang kompeten. Daya beda dapat diukur dengan beberapa cara, antara lain: The Findlay Index, Point Biserial Correlation, Biserial Correlation. Sebelum menghitung Indeks daya beda butir soal, guru perlu memilah siswa menjadi 3 kelompok berdasarkan hasil jawaban mereka. Kelompok atas berisi siswa-siswa yang mendapatkan skor tinggi, kelompok tengah, dan kelompok bawah. Misalnya dalam kelas terdapat 25 siswa, maka kelompok atas dapat terdiri dari 10 siswa, kelompok tengah 5 siswa, dan kelompok bawah 10 siswa. Indeks daya beda sebuah butir soal dihitung dengan mengurangkan proporsi jawaban benar dari siswa kelompok tinggi dengan proporsi jawaban benar dari siswa kelompok bawah, rumusnya adalah sebagai berikut: � = �������� ������� ����� ���. ���� − �������� ������� ����� ���. ����ℎ Contoh, jika 10 siswa kelompok atas menjawab benar sebuah butir soal, dan 5 dari 10 siswa kelompok bawah menjawab benar soal tersebut, maka daya beda butir soal adalah : � = 10 10 − 7 10 = 1.0 − 0.7 = 0.3 Di samping rumus di atas, untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda dapat dipergunakan rumus korelasi poin biserial r pbis dan korelasi biserial r bis seperti berikut.