17
Bentuk strategi dengan pendekatan modifikasi tingkah laku dalam pembelajaran tunagrahita dipengaruhi oleh prosedur pengajaran berprogram dan
terapi tingkah laku dalam praktik klinis. Anak tunagrahita lambat dalam kemajuan perkembangan, dan diperlukan prosedur langkah yang kecil dan
pendek untuk mengubah tingkah lakunya. Bentuk strategi yang dikembangkan dari perpaduan pengajaran berprogram dan terapi tingkah laku dalam praktik
klinis menurut Muljono dalam Mumpuniarti, 2007 : 59-62 adalah sebagai berikut :
a. Reinforcement, yang terdiri dari dua macam yaitu positif reinforcer dan
negative reinforcer. Positif reinforcer adalah peristiwa yang menyebabkan meningkatnya perilaku yang diharapkan, sementara negatif reinforcer adalah
hilangnya peristiwa yang tidak menyenangkan setelah hal yang diharapkan nampak.
b. Punishment, kehadiran sesuatu yang tidak menyenangkan yang mengikuti
respon dan dapat mengurangi frekuensi respon tersebut. c.
Extinction, penghentian reinforcement dari suatu respon. Dalam artian suatu peristiwa tidak dihadirkan atau dihilangkan.
d. Shaping dan backward chaining, dimana dalam shaping perilaku akhir yang
diharapkan dicapai melalui reinforcement terhadap setiap langkah menuju respon akhir. Penggunaan strategi ini juga dapat diserta strategi backward
chaining, yaitu melatihkan tahap-tahap perilaku yang dipelajari anak tungrahita dengan arah terbalik dari shaping.
128
e. Promting dan fading, dimana promting berarti suatu peristiwa yang
membantu anak melakukan suatu respon. Sementara fading yaitu menghilangkan secara gradual dari suatu promt.
Bentuk strategi yang telah disebutkan di atas dapat digunakan untuk mengembangkan perilaku anak tunagrahita. Penataan materi juga harus
mempertimbangkan kebutuhan anak dengan cara pengorganisasian materi dengan klasifikasigrouping, sesuai perkembangan kognitif anak, sesuai usia mental anak,
tahapan konkret, semi konkret, dan abstrak.
C. Kerangka Pikir
Kebutuhan akan pendidikan tidak hanya dimiliki oleh anak normal, tetapi juga anak dengan kebutuhan khusus, yang salah satunya adalah tunagrahita. Penyandang
tunagrahita adalah mereka yang memiliki hambatan dalam mental dan intelektual. Meskipun demikian penyandang tunagrahita memiliki kebutuhan yang sama dengan anak
normal, termasuk dalam hal mendapatkan pendidikan. Pembelajaran bagi anak tunagrahita pada dasarnya sama dengan pembelajaran pada
umumnya. Tetapi dengan hambatan intelektual yang disandangnya, penyandang tunagrahita memerlukan penanganan yang lebih. Pembelajaran tunagrahita didasarkan
pada kemampuan, masalah, dan kebutuhannya. Rencana, sistem, dan kurukulum pebelajaran juga disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, bukan malah sebaliknya.
Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada pembelajaran matematika. Pelaksanaan pembelajaran matematika bagi tunagrahita tidak semudah pelaksanaan
pembelajaran bagi anak normal. Pembelajaran bagi tunagrahita memerlukan prinsip-
19
prinsip khusus, pendekatan khusus, maupun pembelajaran yang dilakukan secara individual agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran bagi tunagrahita
dapat dilaksanakan di sekolah khusus, maupun sekolah inklusi. Salah satu sekolah inklusi yang berada di Condongcatur, Depok, didalamnya terdapat
siswa tunagrahita. Pelaksanaan pembelajaran matematika bagi anak tunagrahita di SDN Gejayan telah dilaksanakan dengan baik. Walaupun terdapat kendala dalam pelaksanaan
pembelajarannya. Dengan demikian diperlukan upaya lebih lanjut apakah pelaksanaan pembelajaran matematika bagi siswa tunagrahita telah sesuai dengan prinsip-prinsip
pembelajaran yang telah ditetapkan. Selanjutnya perlu diidentifikasi hambatan-hambatan yang ada selama pelaksanaan pembelajaran matematika bagi tunagrahita, sehingga dapat
dicari upaya untuk menangani hambatan-hambatan tersebut.
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian : 1.
Bagaimana pengorganisasian materi pelajaran matematika kepada siswa tunagrahita dalam pelaksanaan pembelajaran?
2. Bagaimana pelaksanaan strategi pembelajaran matematika bagi siswa tunagrahita di
SDN Gejayan? 3.
Bagaimana hambatan yang dialami guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika bagi tunagrahita?
4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan
oleh guru kelas maupun guru pendamping di SD inklusi Gejayan?